Bupati Eka Turun Tangan Obati Penari yang Kerauhan
Pasca-pentas kolosal sebanyak 1.800 penari tari Rejang Sandat Ratu Segara pada pembukaan Tanah Lot Art and Food Festival, Sabtu (18/8), banyak penari yang terdiri dari siswi SMP, SMA, dan SMK di Tabanan, kerauhan.
TABANAN, NusaBali
Bahkan peristiwa kerauhan terus terjadi hingga Sabtu kemarin. Untuk menangani penari yang kerauhan, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti langsung turun tangan mengobati.
Didampingi Ratu Nabe Subagia dan para sisia Perguruan Siwa Murti, Bupati Eka mengunjungi Posko Pengobatan Sekala Niskala di Kantor Camat Kediri, Sabtu (25/8). Tak hanya mengunjungi posko yang didirikan untuk mengantisipasi dan menangani para penari yang kerauhan usai pementasan Rejang Sandat Ratu Segara, Bupati Eka pun turun tangan mengobati dan membersihkan (ngelukat) dan menyiapkan panyengker karang buat para penari yang mengalami masalah nonmedis.
Bupati Eka sadar, orang yang mengalami kerauhan tidak bisa didiamkan. Mereka harus segera ditangani sesuai dengan prosedur yang ada dan tentunya atas kehendak Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Bupati Eka menyatakan, karena tari tersebut sakral dan dipersembahkan secara tulus dengan tujuan yang baik, tentu akan menimbulkan aura yang positif. Terbukti dengan membawakan tarian ini, para penari yang terdiri dari siswi SMP, SMA, dan SMK tersebut banyak yang kerauhan. Kerauhan tersebut terjadi akibat aura positif yang mengalir ke tubuh para penari yang berisi aura negatif, sehingga bersinggungan dan terjadilah kerauhan.
Apalagi dari sekian siswi yang diobatinya, banyak hal aneh yang diderita mereka. Di antaranya ada yang dari kelahiran merupakan keturunan pamangku/pengiring. Bagi mereka yang demikian, agar segera dilakukan pewintenan (pembersihan). Beberapa peserta ada juga yang sabda bayu dan idepnya tidak menyatu dengan raganya, sehingga harus dilakukan upacara penebusan di Pura Dalem. Kondisi lain ada yang medis berupa sakit mag dan asam lambung tinggi.
“Sudah jelas persembahan ini merupakan yadnya yang menimbulkan aura positif, dan Tuhan membersihkan semua yang ikut ngayah. Dengan adanya tarian ini, yang tidak diketahui memiliki penyakit jadi bisa diketahui penyakitnya. Dan pemkab berniat membantu sampai tuntas,” jelas Bupati Eka itu di hadapan 60 penari yang berobat, dan seluruh OPD di lingkungan Pemkab Tabanan.
Bupati Eka sudah sempat menjelaskan bahwa pengobatan ini wajib dilakukan. Dia berencana turun ke sekolah-sekolah melakukan kegiatan pengobatan ini, karena usai pementasan Rejang Sandat Ratu Segara ini banyak sekali siswi yang mempunyai penyakit desti (penyakit niskala).
“Dan nanti kita akan coba turun ke sekolah-sekolah, karena banyak sekali anak-anak kita (siswi) kena desti. Doakan program ini agar segera terwujud. Karena apa? Karena ini buat Tabanan. Karena anak-anak ini adalah penerus Tabanan,” kata Bupati perempuan pertama di Bali itu.
Sementara itu, Ratu Nabe Subagia mengungkapkan bahwa kerauhan itu bukanlah kesurupan, melainkan kedatangan Ida Batara (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Dikatakannya, kerauhan dan kesurupan itu adalah hala yang sangat berlainan. Kerauhan adalah kedatangan Ida Sang Hyang Widhi, sedangkan kesurupan adalah kerasukan unsur jahat atau roh-roh jahat.
Dirinya juga membenarkan, bahwa kerauhan yang dialami oleh para penari Rejang Sandat Ratu Segara usai pementasan diakibatkan oleh bergeseknya antara aura positif yang ditimbulkan tarian tersebut dengan aura negatif yang melekat di dalam tubuh penari. Dan itu dianggapnya merupakan fenomena yang sudah biasa terjadi di Bali. Diakuinya, sedari kecil sudah sering mengalami hal tersebut.
“Ini adalah bagian dari anugerah Ida Batara, jadi kerauhan itu jangan dibesar-besarkan tetapi perlu ditangani secara maksimal,” tandas Ratu Nabe. *de
Didampingi Ratu Nabe Subagia dan para sisia Perguruan Siwa Murti, Bupati Eka mengunjungi Posko Pengobatan Sekala Niskala di Kantor Camat Kediri, Sabtu (25/8). Tak hanya mengunjungi posko yang didirikan untuk mengantisipasi dan menangani para penari yang kerauhan usai pementasan Rejang Sandat Ratu Segara, Bupati Eka pun turun tangan mengobati dan membersihkan (ngelukat) dan menyiapkan panyengker karang buat para penari yang mengalami masalah nonmedis.
Bupati Eka sadar, orang yang mengalami kerauhan tidak bisa didiamkan. Mereka harus segera ditangani sesuai dengan prosedur yang ada dan tentunya atas kehendak Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Bupati Eka menyatakan, karena tari tersebut sakral dan dipersembahkan secara tulus dengan tujuan yang baik, tentu akan menimbulkan aura yang positif. Terbukti dengan membawakan tarian ini, para penari yang terdiri dari siswi SMP, SMA, dan SMK tersebut banyak yang kerauhan. Kerauhan tersebut terjadi akibat aura positif yang mengalir ke tubuh para penari yang berisi aura negatif, sehingga bersinggungan dan terjadilah kerauhan.
Apalagi dari sekian siswi yang diobatinya, banyak hal aneh yang diderita mereka. Di antaranya ada yang dari kelahiran merupakan keturunan pamangku/pengiring. Bagi mereka yang demikian, agar segera dilakukan pewintenan (pembersihan). Beberapa peserta ada juga yang sabda bayu dan idepnya tidak menyatu dengan raganya, sehingga harus dilakukan upacara penebusan di Pura Dalem. Kondisi lain ada yang medis berupa sakit mag dan asam lambung tinggi.
“Sudah jelas persembahan ini merupakan yadnya yang menimbulkan aura positif, dan Tuhan membersihkan semua yang ikut ngayah. Dengan adanya tarian ini, yang tidak diketahui memiliki penyakit jadi bisa diketahui penyakitnya. Dan pemkab berniat membantu sampai tuntas,” jelas Bupati Eka itu di hadapan 60 penari yang berobat, dan seluruh OPD di lingkungan Pemkab Tabanan.
Bupati Eka sudah sempat menjelaskan bahwa pengobatan ini wajib dilakukan. Dia berencana turun ke sekolah-sekolah melakukan kegiatan pengobatan ini, karena usai pementasan Rejang Sandat Ratu Segara ini banyak sekali siswi yang mempunyai penyakit desti (penyakit niskala).
“Dan nanti kita akan coba turun ke sekolah-sekolah, karena banyak sekali anak-anak kita (siswi) kena desti. Doakan program ini agar segera terwujud. Karena apa? Karena ini buat Tabanan. Karena anak-anak ini adalah penerus Tabanan,” kata Bupati perempuan pertama di Bali itu.
Sementara itu, Ratu Nabe Subagia mengungkapkan bahwa kerauhan itu bukanlah kesurupan, melainkan kedatangan Ida Batara (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Dikatakannya, kerauhan dan kesurupan itu adalah hala yang sangat berlainan. Kerauhan adalah kedatangan Ida Sang Hyang Widhi, sedangkan kesurupan adalah kerasukan unsur jahat atau roh-roh jahat.
Dirinya juga membenarkan, bahwa kerauhan yang dialami oleh para penari Rejang Sandat Ratu Segara usai pementasan diakibatkan oleh bergeseknya antara aura positif yang ditimbulkan tarian tersebut dengan aura negatif yang melekat di dalam tubuh penari. Dan itu dianggapnya merupakan fenomena yang sudah biasa terjadi di Bali. Diakuinya, sedari kecil sudah sering mengalami hal tersebut.
“Ini adalah bagian dari anugerah Ida Batara, jadi kerauhan itu jangan dibesar-besarkan tetapi perlu ditangani secara maksimal,” tandas Ratu Nabe. *de
Komentar