Festival Tepi Sawah Kembali Digelar
Untuk kali kedua, Festival Tepi Sawah bakal kembali digelar di Omah Apik, Pejeng, Gianyar pada 8-9 September 2018.
DENPASAR, NusaBali
Festival seni berorientasi ramah lingkungan itu, tahun ini bakal melibatkan seniman-seniman dari berbagai cabang seni, untuk berkolaborasi dan berkarya dalam kebersamaan. Ide menggelar Festival Tepi Sawah merupakan perpaduan passion dan gagasan dari tiga pelaku seni, yaitu Nita Aartsen, Anom Darsana, dan Etha Widiyanto, yang masing-masing memiliki latar belakang pengalaman di bidang Music Education & Performance, Sound Engineering & Event Management, Architecture & Designs.
Dari tangan mereka, terintergrasikan elemen kreatif dari festival ini dengan edukasi dan implementasi tentang environmental sustainability. Anom Darsana mengatakan, beberapa tujuan dari festival ini bukan saja untuk pertunjukan seni, melainkan juga edukasi berupa workshop-workshop, serta film.
“Intinya Festival Tepi Sawah ini kita buat bersama, dan kita ini adalah orang-orang kreatif seni, bukan pengusaha besar. Festival ini based on community. Kami membangun bersama, ikut maju bersama, karena tanpa komunitas kami tidak akan bisa melakukan festival-festival seperti ini,” ujar Anom saat jumpa media di Denpasar, Sabtu (25/8).
Dari sisi pertunjukan seni, para seniman yang akan terlibat diantaranya Trie Utami, Mathew Sayerz, Nita Aartsen, Wayan Gde Yudane “Wrdhi Cwaram”, Bismo Kuno Kini, Dian Pratiwi, Genggong Kutus, Fascinating Rhythm Community, Lenong Betawi, Gamelan Ceraken, Bli Ciaaattt… and Kids of Pegok, Nuswantoro Trio, dan Eny Darmayani. Ada juga beberapa agenda pertunjukan lainnya yang tak kalah seru antara lain Tribute to Chrisye, Lagu Dolanan Jawa, Bali Teens, Dayak Kaltim, Maluku & Papua, Betawi & Sumatera, Java Ensamble, Komposer Indonesia Timur, Art & Ritual from Nusantara.
Penggagas Festival Tepi Sawah lainnya, Nita Aartsen, mengatakan sawah bukan hanya menjadi tempat melangsungkan aktivitas perekonomian. Melainkan lebih dari itu, tepi sawah adalah tempat untuk berkreativitas. “Tahun ini sangat luar biasa teman-teman yang mensupport. Semua berkolaborasi. Senang sekali tahun ini kita akan bisa mempersembahkan Tribute to Chrisye, dimana saya secara personal pernah terlibat dengan beliau,” ucapnya bangga.
Sementara itu, dari sisi gerakan kesadaran lingkungan, Festival Tepi Sawah berkolaborasi dengan Clean Bali Series, sebuah program buku dan pendidikan tentang kesadaran lingkungan untuk anak-anak, yang sudah dimulai sejak tahun 2006. Etha Widiyanto mengatakan, program ini telah aktif menggalang program bulanan ‘Bali Bersih’ di lokasi festival, Omah Apik, bersama dengan sejumlah organisasi dan aktifis lingkungan, pendidikan, seni dan budaya, untuk memberikan ruang belajar kepada anak-anak setempat tentang kesadaran lingkungan.
Festival yang jadi perkumpulan komunitas ini, juga akan melibatkan Komunitas Rumah Berdaya. Komunitas ini aktif berfungsi untuk menghapus stigma terhadap Orang Dengan Skizofrenia (ODS), Rumah Berdaya menciptakan berbagai macam program yang berguna dalam penyampaian psiko-edukasi ke masyarakat. Selain itu, Festival Tepi Sawah juga melibatkan Maestro dongeng dan permainan tradisional anak-anak Bali, yaitu Made Taro. *ind
Festival seni berorientasi ramah lingkungan itu, tahun ini bakal melibatkan seniman-seniman dari berbagai cabang seni, untuk berkolaborasi dan berkarya dalam kebersamaan. Ide menggelar Festival Tepi Sawah merupakan perpaduan passion dan gagasan dari tiga pelaku seni, yaitu Nita Aartsen, Anom Darsana, dan Etha Widiyanto, yang masing-masing memiliki latar belakang pengalaman di bidang Music Education & Performance, Sound Engineering & Event Management, Architecture & Designs.
Dari tangan mereka, terintergrasikan elemen kreatif dari festival ini dengan edukasi dan implementasi tentang environmental sustainability. Anom Darsana mengatakan, beberapa tujuan dari festival ini bukan saja untuk pertunjukan seni, melainkan juga edukasi berupa workshop-workshop, serta film.
“Intinya Festival Tepi Sawah ini kita buat bersama, dan kita ini adalah orang-orang kreatif seni, bukan pengusaha besar. Festival ini based on community. Kami membangun bersama, ikut maju bersama, karena tanpa komunitas kami tidak akan bisa melakukan festival-festival seperti ini,” ujar Anom saat jumpa media di Denpasar, Sabtu (25/8).
Dari sisi pertunjukan seni, para seniman yang akan terlibat diantaranya Trie Utami, Mathew Sayerz, Nita Aartsen, Wayan Gde Yudane “Wrdhi Cwaram”, Bismo Kuno Kini, Dian Pratiwi, Genggong Kutus, Fascinating Rhythm Community, Lenong Betawi, Gamelan Ceraken, Bli Ciaaattt… and Kids of Pegok, Nuswantoro Trio, dan Eny Darmayani. Ada juga beberapa agenda pertunjukan lainnya yang tak kalah seru antara lain Tribute to Chrisye, Lagu Dolanan Jawa, Bali Teens, Dayak Kaltim, Maluku & Papua, Betawi & Sumatera, Java Ensamble, Komposer Indonesia Timur, Art & Ritual from Nusantara.
Penggagas Festival Tepi Sawah lainnya, Nita Aartsen, mengatakan sawah bukan hanya menjadi tempat melangsungkan aktivitas perekonomian. Melainkan lebih dari itu, tepi sawah adalah tempat untuk berkreativitas. “Tahun ini sangat luar biasa teman-teman yang mensupport. Semua berkolaborasi. Senang sekali tahun ini kita akan bisa mempersembahkan Tribute to Chrisye, dimana saya secara personal pernah terlibat dengan beliau,” ucapnya bangga.
Sementara itu, dari sisi gerakan kesadaran lingkungan, Festival Tepi Sawah berkolaborasi dengan Clean Bali Series, sebuah program buku dan pendidikan tentang kesadaran lingkungan untuk anak-anak, yang sudah dimulai sejak tahun 2006. Etha Widiyanto mengatakan, program ini telah aktif menggalang program bulanan ‘Bali Bersih’ di lokasi festival, Omah Apik, bersama dengan sejumlah organisasi dan aktifis lingkungan, pendidikan, seni dan budaya, untuk memberikan ruang belajar kepada anak-anak setempat tentang kesadaran lingkungan.
Festival yang jadi perkumpulan komunitas ini, juga akan melibatkan Komunitas Rumah Berdaya. Komunitas ini aktif berfungsi untuk menghapus stigma terhadap Orang Dengan Skizofrenia (ODS), Rumah Berdaya menciptakan berbagai macam program yang berguna dalam penyampaian psiko-edukasi ke masyarakat. Selain itu, Festival Tepi Sawah juga melibatkan Maestro dongeng dan permainan tradisional anak-anak Bali, yaitu Made Taro. *ind
1
Komentar