180 Siswa SMAN 2 Semarapura Pentaskan Cak Modern
SMAN 2 Semarapura, Klungkung, untuk ketiga kalinya secara berturut-turut mewakili Gumi Serombotan pentaskan Tari Cak Modern event dalam Nawa Natya.
SEMARAPURA, NusaBali
Kali ini mereka akan pentas di Art Center, Denpasar, pada 8 September mendatang. Untuk mematangkan persiapan, guru pembina dan penata tari terus menggodok para siswa yang akan menarikan Cak Modern tersebut. Pantauan NusaBali, Jumat (24/8) pagi, latihan dipusatkan di aula SMAN 2 Semarapura usai pelajaran efektif di kelas. Adapun siswa yang dilibatkan sebanyak 180 siswa, yakni penari cak 150 siswa dan 30 siswa sebagai penabuh.
Mereka nampak semangat mengikuti latihan dengan masih mengenakan seragam sekolah. Kali ini mereka benar-benar mempersiapkan secara matang untuk pentas dalam event Nawa Natya, karena ingin tampil optimal karena berbekal dari pengalaman pertama mereka terus berbenah, kini benar-benar sudah siap.
"Evaluasi kami terhadap grup cak pertama, power kami saat tampil masih terlihat lemah, sehingga pentas kedua kami benar-benar memperbaiki," ujar Kepala SMAN 2 Semarapura Gusti Made Lanang Puji. Walhasil pada pentas kedua grup Cak tampil optimal.
Kata Kasek Lanang Puji, saat pentas Nawa Natya 8 September, akan tampil pada hari yang sama dengan duta dari Gianyar. Lebih lanjut dijelaskan, adapun dalam Cak ini kisah yang diangkat berjudul Sumambang.
Dikisahkan penyerangan Walunata Ing Dirah yang dilakukan oleh Mpu Baradah dan anak-anaknya berlangsung dengan sangat sengit. Pertempuran Siwagandu melawan Sumambang yang masing-masing melibatkan prajurit ternyata pada saat itu Sumambang tak mampu melawannya. Ketika itu, Siwagandu memerintahkan prajuritnya untuk membunuh Sumambang, tetapi Sumambang tak dapat dibunuh bahkan dapat melarikan diri dan masuk ke dalam sebuah gua hingga tidak ditemukan prajurit Siwagandu. Di gua itulah, Sumambang melakukan pertapaan. Dewi Durga menggodanya dengan berbagai cara. Sumambang tak bergeming, yang pada akhirnya permohonan Sumambang kepada Dewi Durga terkabulkan.
Sumambang kembali menjadi sakti. Ketika itu, ia ingin menunjukkan perangai kesaktiannya, dengan menantang kembali Siwagandu. Sumambang menyebarkan penyakit untuk memancing Siwagandu.
Siwagandu tidak terpancing, Sumambang menculik anak Siwagandu. Pada saat itulah Siwagandu sangat marah dan mengepung Sumambang untuk mendapatkan anaknya kembali. Peperangan pun tak terhindarkan yang didahului dengan pernyataan, "Siapa yang menang itulah yang berhak terhadap anak itu".
Peperangan pun bersabung dengan masing-masing menunjukkan ajian kesaktiannya. Siwagandu mengambil posisi yoga dan Sumambang nyukti rupa (berganti rupa) menjadi Banaspati (rangda berwarna merah). Kesaktian bertempur kesaktian. "Akhirnya, Sumambang hangus oleh dirinya sendiri," ujarnya. Lebih lanjut Lanang Puji mengatakan, lewat cak modern ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk berkreasi dalam bidang kesenian. *wan
Mereka nampak semangat mengikuti latihan dengan masih mengenakan seragam sekolah. Kali ini mereka benar-benar mempersiapkan secara matang untuk pentas dalam event Nawa Natya, karena ingin tampil optimal karena berbekal dari pengalaman pertama mereka terus berbenah, kini benar-benar sudah siap.
"Evaluasi kami terhadap grup cak pertama, power kami saat tampil masih terlihat lemah, sehingga pentas kedua kami benar-benar memperbaiki," ujar Kepala SMAN 2 Semarapura Gusti Made Lanang Puji. Walhasil pada pentas kedua grup Cak tampil optimal.
Kata Kasek Lanang Puji, saat pentas Nawa Natya 8 September, akan tampil pada hari yang sama dengan duta dari Gianyar. Lebih lanjut dijelaskan, adapun dalam Cak ini kisah yang diangkat berjudul Sumambang.
Dikisahkan penyerangan Walunata Ing Dirah yang dilakukan oleh Mpu Baradah dan anak-anaknya berlangsung dengan sangat sengit. Pertempuran Siwagandu melawan Sumambang yang masing-masing melibatkan prajurit ternyata pada saat itu Sumambang tak mampu melawannya. Ketika itu, Siwagandu memerintahkan prajuritnya untuk membunuh Sumambang, tetapi Sumambang tak dapat dibunuh bahkan dapat melarikan diri dan masuk ke dalam sebuah gua hingga tidak ditemukan prajurit Siwagandu. Di gua itulah, Sumambang melakukan pertapaan. Dewi Durga menggodanya dengan berbagai cara. Sumambang tak bergeming, yang pada akhirnya permohonan Sumambang kepada Dewi Durga terkabulkan.
Sumambang kembali menjadi sakti. Ketika itu, ia ingin menunjukkan perangai kesaktiannya, dengan menantang kembali Siwagandu. Sumambang menyebarkan penyakit untuk memancing Siwagandu.
Siwagandu tidak terpancing, Sumambang menculik anak Siwagandu. Pada saat itulah Siwagandu sangat marah dan mengepung Sumambang untuk mendapatkan anaknya kembali. Peperangan pun tak terhindarkan yang didahului dengan pernyataan, "Siapa yang menang itulah yang berhak terhadap anak itu".
Peperangan pun bersabung dengan masing-masing menunjukkan ajian kesaktiannya. Siwagandu mengambil posisi yoga dan Sumambang nyukti rupa (berganti rupa) menjadi Banaspati (rangda berwarna merah). Kesaktian bertempur kesaktian. "Akhirnya, Sumambang hangus oleh dirinya sendiri," ujarnya. Lebih lanjut Lanang Puji mengatakan, lewat cak modern ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk berkreasi dalam bidang kesenian. *wan
1
Komentar