Bakti Negara Siapkan Penyambutan 3 Pendekar Peraih Emas Asian Games
Anak sulung Sang Ayu Ketut Sidan Wilantari yang baru berusia 5 tahun, Putu Satria Darma Laksmana, tak mau lepas dari gendongan ibunya yang baru sabet medali emas nomor seni ganda putri pencak silat
Usai Raih Emas Pencak Silat, Made Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan Wilantari Kangen-kangenan dengan Keluarga
JAKARTA, NusaBali
Ada yang luput dari pandangan saat pasangan Ni Made Dwi Yanti, 26, dan Sang Ayu Ketut Sidan Wilantari, 27, sukses persembahkan medali emas dari nomor seni ganda putri pencak silat Asian Games XVIII 2018, Rabu (29/8). Begitu usai pengalungan medali di Padepokan Pencak Silat TMII Jakarta Timur siang itu, pasangan Made Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan langsung berangkulan dengan keluarga, termasuk suami masing-maisng. Sementara, PSPS Bakti Negara siapkan penyambutan tiga pendekarnya yang sabet medali emas di Asian Games 2018.
Pasangan Made Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan berhak atas medali emas, setelah dalam tarung final hari itu mengungguli Saowanee Chanthamunee/Oraya Choosuwan dari Thailand dengan poin 574 banding 564. Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan mengikuti jejak pendekar Bakti Negara asal Bali lainnya, Komang Harik Adi Putra, 24, yang juga sukses sabet medali emas Asian Games 2018 melalui kategori laga Kelas E (65-20 Kg) Putra, Senin (27/8) lalu.
Segenap keluarga Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan ikut menyaksikan langsung pertandingan yang berlangsung menegangkan dan berakhir dengan kemenangan dramatis itu. Sang Ayu Sidan (pendekar Bakti Negara kelahiran 26 Maret 1991 asal Kintamani, Bangli) disupport langsung suaminya, I Made Dwi Surya Adnyana, serta putra sulungnya, Putu Satria Darma Laksmana, 5. Bapak mertuanya, Wayan Selamat, yang mantan pelatih nasional pencak silat, juga ikut datang ke Jakarta.
Sedangkan Ni Made Dwi Yanti (pendekat Bakti Negara asal Banjar Bayad, Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar kelahiran 1 September 1992) disupport langsung suaminya, Putu Anom Wiraguna. Hanya saja, anak semata wayangnya yang baru berusia 1,5 tahun, Gede Bagus Dharma Wedana, tidak ikut diboyong ke Jakarta.
Setelah pengalungan medali dan victory lap keliling lapangan, pasangan Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan langsung jadi incaran untuk foto bersama dan diminta tandatangan di topi oleh penonton. Habis itu, mereka menemui keluarga masing-masing seraya berangkulan untuk melepas kangen.
Sang Ayu Sidang pun langsung menggendong anak sulungnya yang berusia 5 tahun, Putu Satria Darma Laksmana. Ketika wawancara dengan berbagai media, anaknya itu selalu dibawa. Maklum, sang anak tidak ingin lepas dari ibunya yang selama ini berada di Pelatnas.
"Kami sudah lama tidak bertemu, jadi kangen berat anak saya ini," tutur Sang Ayu Sidan kepada NusaBali. Menurut Sang Ayu Sidan, suami bersama anak dan mertuanya baru tiba di Jakarta, Rabu pagi, lantaran masih menyelesaikan upacara pengabenan kakeknya di kampung. “Ya, kami tiba pagi tadi (Rabu) lewat Bandara Halim Perdana Kusuma. Jadi, tidak terlalu jauh ke Padepokan Pencak Silat TMII dan bisa menyaksikan mereka tanding," sambung sang mertua, Wayan Selamat.
Pasangan Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan mengaku bangga bisa meraih medali emas bersejarah, saat penmcak silat untuk kali pertama dipertandingkan di ajang Asian Games. Apalagi, perjalanan Juara Dunia 2010 dan 2012 ini menuju Pelatnas Asian Games 2018 penuh liku.
Ketika namanya sedang berada di puncak pasca menjuarai Kejuaraan Dunia 2012, mereka justru sempat berpisah selama 2 tahun. Keduanya pilih pulang dari Pelatnas di Padepokan Pencak Silat TMII, karena cabang pencak silat tidak dipertandingkan di SEA Games 2013.
Sepulang dari Pelatnas, Sang Ayu Sidan menikah dengan Made Dwi Surya Adnyana, hingga dikaruniai. Dia praktis istirahat total selama setahun lebih sejak 2013 sampai 2014. Sebaliknya, Dwi Yanti saat itu tetap berkecimpung di pencak silat. Namun, dia tidak pernah mengikuti pertandingan resmi.
Barulah pada 2015, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan kembali rujuk setelah berpisah selama 2 tahun. Meski sempat lama cerai, namun pasangan jawara dunia ini tetap bisa kompak dan eksis dalam prestasi. Buktinya, mereka mampu merebut medaliu emas PON 2016 di Jawa Barat, kemudian medali emas Test Event Asian Games di Jakarta, awal Februari 2018 lalu
Pasca rujuk kembali setelah cerai selama 2 tahun, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan mengawali debutnya dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali 2015 di Singaraja, Buleleng. Mereka langsung sabet emas nomor ganda putri. Kemudian, mereka sukses meraih medali emas Pra PON 2016, berlanjut dengan torehan medali emas PON 2016 di Jawa Barat. Hebatnya, kala itu Dwi Yanti bertarung dalam kondisi sedang hamil pertama dari pernikahannya dengan Putu Anom Wiraguna.
Pasca PON 2016, giliran Dwi Yanti yang meninggalkan Sang Ayu Sidan karena hamil hingga melahirkan anak pertamanya, Gede Bagus Dharma Wedana. Sang Ayu Sidan pun mengisi hari-harinya dengan tetap berlatih. Setelah Dwi Yanti bisa beraktivitas lagi, pasangan jawara dunia ini pun berlaga kembali. Sebagai juara PON 2016, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan sebenarnya berhak mewakili Indonesia ke SEA Games 2017. Namun, karena Dwi baru melahirkan, semantara Sang Ayu Sidan mengandung anak kedua, posisi mereka kemudian diganti pesilat asal Jawa Barat.
Nah, saat seleksi pembentukan tim pencak silat Asian Games, November 2017 lalu, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan dipanggil kembali. Mereka ditarungkan dengan pesilat andalan Jawa Barat yang tampil di SEA Games 2017. Hasilnya, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan keluar sebagai pemenang. Sampai akhirnya Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan masuk tim inti dan sukses sabet medali emas Asian Games 2018.
Sementara itu, Ketua Lembaga Dewan Pendekar Pusat PSPS Bakti Negara, Bagus Alit Sucipta, memastikan akan ada penyambutan bagi tiga pendekarnya yang dapat medali emas di Asian Games 2018. Mereka akan disambut begitu tiba di Bali. Selain itu, mereka juga akan diberi bonus. "Penyambutan dan bonus akan kami berikan begitu mereka tiba di Bali," ujar Bagus Alit Sucipta ali8as Gus Bota saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis (30/8).
Hanya saja, Gus Bota masih merahasikan seperti apa kemasan penyambutan tiga pendekar peraih medali emas Asian Games ini nanti. Begitu pula nominal reward yang akan diberikan, masih rahasiau. Yang jelas, dengan sukses mereka, Gus Bota merasa lebih tertantang melahirkan pencak silat andal ke depannya. Termasuk juga persiapan PON XX 2020 di Papua. "Kami dari Bakti Negara ingin mengutus atlet sebanyak mungkin. Kami minimal harus mengamankan 2 emas yang diraih saat PON XIX 2016 di JAWA Barat,” jelas pembina pencak silat yang juga politisi PDIP ini. *k22,dek
JAKARTA, NusaBali
Ada yang luput dari pandangan saat pasangan Ni Made Dwi Yanti, 26, dan Sang Ayu Ketut Sidan Wilantari, 27, sukses persembahkan medali emas dari nomor seni ganda putri pencak silat Asian Games XVIII 2018, Rabu (29/8). Begitu usai pengalungan medali di Padepokan Pencak Silat TMII Jakarta Timur siang itu, pasangan Made Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan langsung berangkulan dengan keluarga, termasuk suami masing-maisng. Sementara, PSPS Bakti Negara siapkan penyambutan tiga pendekarnya yang sabet medali emas di Asian Games 2018.
Pasangan Made Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan berhak atas medali emas, setelah dalam tarung final hari itu mengungguli Saowanee Chanthamunee/Oraya Choosuwan dari Thailand dengan poin 574 banding 564. Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan mengikuti jejak pendekar Bakti Negara asal Bali lainnya, Komang Harik Adi Putra, 24, yang juga sukses sabet medali emas Asian Games 2018 melalui kategori laga Kelas E (65-20 Kg) Putra, Senin (27/8) lalu.
Segenap keluarga Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan ikut menyaksikan langsung pertandingan yang berlangsung menegangkan dan berakhir dengan kemenangan dramatis itu. Sang Ayu Sidan (pendekar Bakti Negara kelahiran 26 Maret 1991 asal Kintamani, Bangli) disupport langsung suaminya, I Made Dwi Surya Adnyana, serta putra sulungnya, Putu Satria Darma Laksmana, 5. Bapak mertuanya, Wayan Selamat, yang mantan pelatih nasional pencak silat, juga ikut datang ke Jakarta.
Sedangkan Ni Made Dwi Yanti (pendekat Bakti Negara asal Banjar Bayad, Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar kelahiran 1 September 1992) disupport langsung suaminya, Putu Anom Wiraguna. Hanya saja, anak semata wayangnya yang baru berusia 1,5 tahun, Gede Bagus Dharma Wedana, tidak ikut diboyong ke Jakarta.
Setelah pengalungan medali dan victory lap keliling lapangan, pasangan Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan langsung jadi incaran untuk foto bersama dan diminta tandatangan di topi oleh penonton. Habis itu, mereka menemui keluarga masing-masing seraya berangkulan untuk melepas kangen.
Sang Ayu Sidang pun langsung menggendong anak sulungnya yang berusia 5 tahun, Putu Satria Darma Laksmana. Ketika wawancara dengan berbagai media, anaknya itu selalu dibawa. Maklum, sang anak tidak ingin lepas dari ibunya yang selama ini berada di Pelatnas.
"Kami sudah lama tidak bertemu, jadi kangen berat anak saya ini," tutur Sang Ayu Sidan kepada NusaBali. Menurut Sang Ayu Sidan, suami bersama anak dan mertuanya baru tiba di Jakarta, Rabu pagi, lantaran masih menyelesaikan upacara pengabenan kakeknya di kampung. “Ya, kami tiba pagi tadi (Rabu) lewat Bandara Halim Perdana Kusuma. Jadi, tidak terlalu jauh ke Padepokan Pencak Silat TMII dan bisa menyaksikan mereka tanding," sambung sang mertua, Wayan Selamat.
Pasangan Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan mengaku bangga bisa meraih medali emas bersejarah, saat penmcak silat untuk kali pertama dipertandingkan di ajang Asian Games. Apalagi, perjalanan Juara Dunia 2010 dan 2012 ini menuju Pelatnas Asian Games 2018 penuh liku.
Ketika namanya sedang berada di puncak pasca menjuarai Kejuaraan Dunia 2012, mereka justru sempat berpisah selama 2 tahun. Keduanya pilih pulang dari Pelatnas di Padepokan Pencak Silat TMII, karena cabang pencak silat tidak dipertandingkan di SEA Games 2013.
Sepulang dari Pelatnas, Sang Ayu Sidan menikah dengan Made Dwi Surya Adnyana, hingga dikaruniai. Dia praktis istirahat total selama setahun lebih sejak 2013 sampai 2014. Sebaliknya, Dwi Yanti saat itu tetap berkecimpung di pencak silat. Namun, dia tidak pernah mengikuti pertandingan resmi.
Barulah pada 2015, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan kembali rujuk setelah berpisah selama 2 tahun. Meski sempat lama cerai, namun pasangan jawara dunia ini tetap bisa kompak dan eksis dalam prestasi. Buktinya, mereka mampu merebut medaliu emas PON 2016 di Jawa Barat, kemudian medali emas Test Event Asian Games di Jakarta, awal Februari 2018 lalu
Pasca rujuk kembali setelah cerai selama 2 tahun, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan mengawali debutnya dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali 2015 di Singaraja, Buleleng. Mereka langsung sabet emas nomor ganda putri. Kemudian, mereka sukses meraih medali emas Pra PON 2016, berlanjut dengan torehan medali emas PON 2016 di Jawa Barat. Hebatnya, kala itu Dwi Yanti bertarung dalam kondisi sedang hamil pertama dari pernikahannya dengan Putu Anom Wiraguna.
Pasca PON 2016, giliran Dwi Yanti yang meninggalkan Sang Ayu Sidan karena hamil hingga melahirkan anak pertamanya, Gede Bagus Dharma Wedana. Sang Ayu Sidan pun mengisi hari-harinya dengan tetap berlatih. Setelah Dwi Yanti bisa beraktivitas lagi, pasangan jawara dunia ini pun berlaga kembali. Sebagai juara PON 2016, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan sebenarnya berhak mewakili Indonesia ke SEA Games 2017. Namun, karena Dwi baru melahirkan, semantara Sang Ayu Sidan mengandung anak kedua, posisi mereka kemudian diganti pesilat asal Jawa Barat.
Nah, saat seleksi pembentukan tim pencak silat Asian Games, November 2017 lalu, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan dipanggil kembali. Mereka ditarungkan dengan pesilat andalan Jawa Barat yang tampil di SEA Games 2017. Hasilnya, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan keluar sebagai pemenang. Sampai akhirnya Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan masuk tim inti dan sukses sabet medali emas Asian Games 2018.
Sementara itu, Ketua Lembaga Dewan Pendekar Pusat PSPS Bakti Negara, Bagus Alit Sucipta, memastikan akan ada penyambutan bagi tiga pendekarnya yang dapat medali emas di Asian Games 2018. Mereka akan disambut begitu tiba di Bali. Selain itu, mereka juga akan diberi bonus. "Penyambutan dan bonus akan kami berikan begitu mereka tiba di Bali," ujar Bagus Alit Sucipta ali8as Gus Bota saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis (30/8).
Hanya saja, Gus Bota masih merahasikan seperti apa kemasan penyambutan tiga pendekar peraih medali emas Asian Games ini nanti. Begitu pula nominal reward yang akan diberikan, masih rahasiau. Yang jelas, dengan sukses mereka, Gus Bota merasa lebih tertantang melahirkan pencak silat andal ke depannya. Termasuk juga persiapan PON XX 2020 di Papua. "Kami dari Bakti Negara ingin mengutus atlet sebanyak mungkin. Kami minimal harus mengamankan 2 emas yang diraih saat PON XIX 2016 di JAWA Barat,” jelas pembina pencak silat yang juga politisi PDIP ini. *k22,dek
Komentar