Bayi Tabung Kembar Empat Lahir di RSIA Puri Bunda
Bayi kembar empat lahir dalam persalinan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Puri Bunda, Jalan Gatot Subroto VI Denpasar, 1 Agustus 2018 lalu.
DENPASAR, NusaBali
Bayi kembar empat hasil program bayi tabung (terdiri dari 1 berjenis kelamin laki dan 3 perempuan) ini merupakan anak pasangan Putu Agra Ricna Sukarmawan, 32, dan Luh Gede Irin Pradnyawati, 29, pasutri asal Banjar Desa, Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng.
Satu-satunya yang berjenis kelamin laki untuk bayi kembar empat ini diberi nama Putu Agartha Delano Rinandra alias Agartha, lahir dengan berat badan 1.660 gram. Sedangkan 3 bayi perempuan masing-masing diberi nama Made Anaila Zeina Rinandra alias Naila (lahir dengan berat 1.530 gram), Komang Anaira Isyani Rinandra alias Naira (lahir dengan berat 1.470 gram), dan Ketut Anaisya Kamila Rinandra alias Naisya (lahir dengan berat 1.200). Pasca lahir melalui operasi, keempat bayi ini dirawat di Ruang Intensif Neonatus RSIA Kasih Bunda. Sedangkan ibundangia, Luh Gede Irin Pradnyawati, dirawat di Ruang ICU.
Kelahiran bayi kembar empat melaluyi proses operasi di RSIA Puri Bunda ini ditangani tim medis profesional beranggotakan Prof Dr Made Wiryana SpAN (KIC), dr Ida Bagus Upadana Pemaron SpOG, dr I Wayan Artana Putra SpOG (K), dr Ida Bagus Semadi Putra SpOG, dan dr I Wayan Dharma Artana SpA (K), dr Made Rini Suari MBiomed SpA (K), dr AA Ngurah Prayoga SpA, dr Made Sumiartini SpA, dr I Gede Budiarta SpAn-KMN, dr IB Krisna SpAn MKes, dan dr Novandi Kurniawan SpAn.
Ibunda bayi kembar empat, Luh Gede Irin Pradnyawati, mengakan dia dan suaminya, Putu Agra Ricna Sukarmawan, sudah menikah tiga tahun, namun baru sekarang dikarunai buah hati. Pada awal pernikahannya, mereka sudah terus mecoba secara alami, namun tidak berhasil. Pasutri ini juga rajin berkonsultasi dengan beberapa dokter dan diberikan beberapa macam vitamin, namun tidak berhasil juga. “Suatu hari, ada yang menyarankan untuk pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG) untuk mengetahui apakah ada sumbatan yang letaknya pada saluran telur,” kenang Irin Pradnyawati di RSIA Puri Bunda, Jumat (31/8).
“Saat pemeriksaan HSG itu, ternyata ditemukan bahwa saya ada mengalami masalah reproduksi. Saluran tuba fallopii (saluran telur) saya non paten. Jadi, memang tidak bisa dengan cara yang alami, sehingga kami memutuskan untuk program (bayi tabung, Red),” lanjut wanita asal Banjar Uma Candi, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi, Badung yang menikah ke Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Sedangkan suaminya, Putu Agra Ricna Sukarmawan, mengatakan setelah istrinya melakukan pemeriksaan HSG dan mengetahui kedua tuba fallopiinya non paten atau buntu, mereka sempat membuat keputusan untuk operasi. Ternyata, tetap non paten alias tidak bisa mendapatkan buah hati secara alami. “Saya benar-benar menjaga hati dan perasaan istri,” ujar pria Buleleng yang sehari-harinya bekerja di PLN Denpasar ini.
Menurut Putu Agra, keputusan mengikuti program bayi tabung pun sudah bulat. Mereka memilih program di RSIA Puri Bunda Denpasar, setelah mensurvei beberapa pelayanan rumah sakit khususnya yang punya program bayi tabung dengan pelayanan yang lebih spesifik. Sembari terus berdoa dan penuh keyakinan, akhirnya proses bayi tabung mulai dari mempertemukan sel sperma dan sel telur hingga menanam embrio ke dalam rahim, berjalan lancar. “Istri saya mulai hamil Januari 2018 saat usianya 29 tahun,” jelas Putu Agra yang tinggal di Perumahan Dalung Permai, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung.
Irin Pradnyawati tidak menyangka karena saat jadwal pemeriksaan kandungan pertama, ternyata ada tiga kantong kehamilan. Lebih kaget lagi ketika pemeriksaan kedua kalinya, jumlah jabang bayi bertambah menjadi empat. “Pertama kali kami periksa, itu kelihatan ada tiga. Saya berpikir, kalau tiga, masih bisalah. Karena saya juga sering mendengar bayi kembar tiga. Tapi, saat bulan depannya kami periksa, tiba-tiba ada empat. Syukurnya, membelah dengan sempurna dan ada detak jantung-nya,” papar Irin Pradnyawati, yang kesehariannya menjadi Guru Matematika di SMPK 2 Harapan Denpasar.
Sementara itu, dokter yang merawatnya di RSIA Puri Bunda, dr Ida Bagus Semadi Putra SpOG, mengatakan kehamilan kembar empat tergolong langka. Angka kejadiannya diperkirakan 1 : 512.000 keha-milan. Berbagai risiko kehamilan quadruplet jauh lebih sering terjadi dan cenderung lebih berat. Dibandingkan kehamilan tunggal, risiko kehamilan akan meningkat seiring jumlah janin yang dikandung. “Gejala seperti mual muntah saat ngidam yang berlebihan, risiko keguguran dan lahir prematur lebih sering terjadi. Ibu berisiko lebih sering mengalami hipertensi, diabetes, dan anemia,” jelas dr Semadi Putra saat jumpa pers kepulangan bayi kembar empat itu di RSIA Puri Bunda, Jumat kemarin.
Menurut dr Semadi Putra, persalinan kehamilan quadruplet, terlebih melalui operasi seksio sesaria, jauh lebih berisiko baik bagi ibu maupun bayinya. Ibu rentan mengalami preeklampsi dan pendarahan. Sedangkan si bayi rentan mengalami gangguan napas, pendarahan, anemia, dan hipotermi. Pihaknya bersyukur dengan fasilitas yang lumayan lengkap, persiapan yang matang, dan kerjasama tim yang baik, operasi bayi kembar empat ini berjalan lancar dan sukses.
Keempat bayi tersebut sempat mengalami perdarahan saluran cerna. Bayi kembar empat yang lahir prematur ini berhasil melewati masa-masa kritis dan keluar dari perawatan intensif. Setelah melewati masa transisi di ruang intermediate, kini keempatnya sudah bisa dirawat di ruang perawatan biasa. Setelah dirawat hampir sebulan, kondisi keempat bayi ini sudah stabil dan mampu minum susu dengan baik. Pertumbuhan yang baik bisa dilihat dari peningkatan berat badannya, yang masing-masing 2.100 gram, 2.020 gram, 2.000 gram, dan 1.600 gram. “Berdasarkan kondisi tersebut, tim dokter menyatakan keempat bayi sudah sehat dan dibolehkan pulang,” papar dr Semadi Putra.
Menurut dia, risiko bagi bayi kembar empat cukup tinggi, seperti sering mengalami gangguan pertumbuhan, terjadi perbedaan pertumbuhan antara bayi satu dengan saudaranya yang lain. Karena itu, perawatan pasca persalinan juga sangat penting, baik saat di RS maupun setelah dirawat di rumah. Makanya, pihak RSIA Puri Bunda juga menyiapkan Tim Health Home Care yang akan berkunjung secara periodik ke rumah si bayi, untuk membantu memastikan kesiapan kamar agar layak buat perawatan keempat bayi.
“Kami bahkan memberikan pelatihan kepada keluarganya, bagaimana nanti cara merawat bayi pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Sebab, masing-masing bayi ini kebutuhannya berbeda,” katanya.*ind
Satu-satunya yang berjenis kelamin laki untuk bayi kembar empat ini diberi nama Putu Agartha Delano Rinandra alias Agartha, lahir dengan berat badan 1.660 gram. Sedangkan 3 bayi perempuan masing-masing diberi nama Made Anaila Zeina Rinandra alias Naila (lahir dengan berat 1.530 gram), Komang Anaira Isyani Rinandra alias Naira (lahir dengan berat 1.470 gram), dan Ketut Anaisya Kamila Rinandra alias Naisya (lahir dengan berat 1.200). Pasca lahir melalui operasi, keempat bayi ini dirawat di Ruang Intensif Neonatus RSIA Kasih Bunda. Sedangkan ibundangia, Luh Gede Irin Pradnyawati, dirawat di Ruang ICU.
Kelahiran bayi kembar empat melaluyi proses operasi di RSIA Puri Bunda ini ditangani tim medis profesional beranggotakan Prof Dr Made Wiryana SpAN (KIC), dr Ida Bagus Upadana Pemaron SpOG, dr I Wayan Artana Putra SpOG (K), dr Ida Bagus Semadi Putra SpOG, dan dr I Wayan Dharma Artana SpA (K), dr Made Rini Suari MBiomed SpA (K), dr AA Ngurah Prayoga SpA, dr Made Sumiartini SpA, dr I Gede Budiarta SpAn-KMN, dr IB Krisna SpAn MKes, dan dr Novandi Kurniawan SpAn.
Ibunda bayi kembar empat, Luh Gede Irin Pradnyawati, mengakan dia dan suaminya, Putu Agra Ricna Sukarmawan, sudah menikah tiga tahun, namun baru sekarang dikarunai buah hati. Pada awal pernikahannya, mereka sudah terus mecoba secara alami, namun tidak berhasil. Pasutri ini juga rajin berkonsultasi dengan beberapa dokter dan diberikan beberapa macam vitamin, namun tidak berhasil juga. “Suatu hari, ada yang menyarankan untuk pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG) untuk mengetahui apakah ada sumbatan yang letaknya pada saluran telur,” kenang Irin Pradnyawati di RSIA Puri Bunda, Jumat (31/8).
“Saat pemeriksaan HSG itu, ternyata ditemukan bahwa saya ada mengalami masalah reproduksi. Saluran tuba fallopii (saluran telur) saya non paten. Jadi, memang tidak bisa dengan cara yang alami, sehingga kami memutuskan untuk program (bayi tabung, Red),” lanjut wanita asal Banjar Uma Candi, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi, Badung yang menikah ke Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Sedangkan suaminya, Putu Agra Ricna Sukarmawan, mengatakan setelah istrinya melakukan pemeriksaan HSG dan mengetahui kedua tuba fallopiinya non paten atau buntu, mereka sempat membuat keputusan untuk operasi. Ternyata, tetap non paten alias tidak bisa mendapatkan buah hati secara alami. “Saya benar-benar menjaga hati dan perasaan istri,” ujar pria Buleleng yang sehari-harinya bekerja di PLN Denpasar ini.
Menurut Putu Agra, keputusan mengikuti program bayi tabung pun sudah bulat. Mereka memilih program di RSIA Puri Bunda Denpasar, setelah mensurvei beberapa pelayanan rumah sakit khususnya yang punya program bayi tabung dengan pelayanan yang lebih spesifik. Sembari terus berdoa dan penuh keyakinan, akhirnya proses bayi tabung mulai dari mempertemukan sel sperma dan sel telur hingga menanam embrio ke dalam rahim, berjalan lancar. “Istri saya mulai hamil Januari 2018 saat usianya 29 tahun,” jelas Putu Agra yang tinggal di Perumahan Dalung Permai, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung.
Irin Pradnyawati tidak menyangka karena saat jadwal pemeriksaan kandungan pertama, ternyata ada tiga kantong kehamilan. Lebih kaget lagi ketika pemeriksaan kedua kalinya, jumlah jabang bayi bertambah menjadi empat. “Pertama kali kami periksa, itu kelihatan ada tiga. Saya berpikir, kalau tiga, masih bisalah. Karena saya juga sering mendengar bayi kembar tiga. Tapi, saat bulan depannya kami periksa, tiba-tiba ada empat. Syukurnya, membelah dengan sempurna dan ada detak jantung-nya,” papar Irin Pradnyawati, yang kesehariannya menjadi Guru Matematika di SMPK 2 Harapan Denpasar.
Sementara itu, dokter yang merawatnya di RSIA Puri Bunda, dr Ida Bagus Semadi Putra SpOG, mengatakan kehamilan kembar empat tergolong langka. Angka kejadiannya diperkirakan 1 : 512.000 keha-milan. Berbagai risiko kehamilan quadruplet jauh lebih sering terjadi dan cenderung lebih berat. Dibandingkan kehamilan tunggal, risiko kehamilan akan meningkat seiring jumlah janin yang dikandung. “Gejala seperti mual muntah saat ngidam yang berlebihan, risiko keguguran dan lahir prematur lebih sering terjadi. Ibu berisiko lebih sering mengalami hipertensi, diabetes, dan anemia,” jelas dr Semadi Putra saat jumpa pers kepulangan bayi kembar empat itu di RSIA Puri Bunda, Jumat kemarin.
Menurut dr Semadi Putra, persalinan kehamilan quadruplet, terlebih melalui operasi seksio sesaria, jauh lebih berisiko baik bagi ibu maupun bayinya. Ibu rentan mengalami preeklampsi dan pendarahan. Sedangkan si bayi rentan mengalami gangguan napas, pendarahan, anemia, dan hipotermi. Pihaknya bersyukur dengan fasilitas yang lumayan lengkap, persiapan yang matang, dan kerjasama tim yang baik, operasi bayi kembar empat ini berjalan lancar dan sukses.
Keempat bayi tersebut sempat mengalami perdarahan saluran cerna. Bayi kembar empat yang lahir prematur ini berhasil melewati masa-masa kritis dan keluar dari perawatan intensif. Setelah melewati masa transisi di ruang intermediate, kini keempatnya sudah bisa dirawat di ruang perawatan biasa. Setelah dirawat hampir sebulan, kondisi keempat bayi ini sudah stabil dan mampu minum susu dengan baik. Pertumbuhan yang baik bisa dilihat dari peningkatan berat badannya, yang masing-masing 2.100 gram, 2.020 gram, 2.000 gram, dan 1.600 gram. “Berdasarkan kondisi tersebut, tim dokter menyatakan keempat bayi sudah sehat dan dibolehkan pulang,” papar dr Semadi Putra.
Menurut dia, risiko bagi bayi kembar empat cukup tinggi, seperti sering mengalami gangguan pertumbuhan, terjadi perbedaan pertumbuhan antara bayi satu dengan saudaranya yang lain. Karena itu, perawatan pasca persalinan juga sangat penting, baik saat di RS maupun setelah dirawat di rumah. Makanya, pihak RSIA Puri Bunda juga menyiapkan Tim Health Home Care yang akan berkunjung secara periodik ke rumah si bayi, untuk membantu memastikan kesiapan kamar agar layak buat perawatan keempat bayi.
“Kami bahkan memberikan pelatihan kepada keluarganya, bagaimana nanti cara merawat bayi pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Sebab, masing-masing bayi ini kebutuhannya berbeda,” katanya.*ind
Komentar