Di Balik Tirai Aroma Karsa, Buku Non-Fiksi Pertama Dewi Lestari
Sebuah buku yang akan mengupas proses kreatif di balik novel teranyar Dee, Aroma Karsa.
JAKARTA, NusaBali
Cikal bakal karya terbaru yang berupa buku non-fiksi karya Dewi Lestari yang akrab disapa Dee ini dimulai ketika ia menulis buku antologi prosa pendek dan puisi yang berjudul Madre. Di salah satu cerita yang berjudul sama, Dee lebih banyak membahas tentang aroma dan pertama kalinya secara sadar memasukkan unsur penciuman, seperti aroma ragi, tepung, serta roti-roti yang baru keluar dari pemanggangan.
Topik penciuman ini kian kuat ketika ia mengikuti sebuah workshop penulisan dan menyimak cerita mentornya yang mengatakan bahwa penciuman merupakan indra yang paling kuat, paling primitif, dan paling instingtif. Hanya saja, karena manusia lebih berevolusi ke visual, terutama dalam karya fiksi, deksripsi dalam penciuman sering kali terlupakan.
“Buatku ini menantang karena pertama, ini adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya, kedua, ada sedikit karya yang fokusnya pada penciuman, dan ketiga, deskripsi penciuman jarang digunakan dalam cerita fiksi,” jelas Dee di salah satu video di akun instagramnya (red: @deelestari).
Dua puluh dua Februari 2017, novel bertemakan aroma itu pun diam-diam dimasak oleh Dee selama 9 bulan. Satu demi satu, petunjuk mulai ditebar untuk membuat penggemarnya penasaran,hingga tidak sabar ingin menimang karya Dee. Akhirnya, pada 8 November 2017, novel itu pun rampung. Petunjuk yang dulunya samar kini telah nyata dan bernama, Aroma Karsa.
Singkatnya, Dee yang sangat menggandrungi cerita bersambung ini telah menggandeng 2 penerbit dari lini yang berbeda untuk menerbitkan novelnya dalam versi digital dan cetak. Versi digital digawangi oleh Bookslife dan menuntaskan dahaga Dee untuk membuat bagian demi bagian novel menjadi cerita bersambung dan dapat dinikmati pembaca setiap Senin-Kamis di ponsel atau gadget masing-masing. Tak hanya itu, Dee pun mengajak pembaca setianya untuk bergabung dalam grup tertutup di Facebook bernama ‘Digital Tribe Aroma Karsa’ yang dengannya baik penulis, editor, penerbit, produser, mau pun pembaca dapat saling berdiskusi dalam satu wadah. Sedangkan versi cetak digawangi oleh penerbit Bentang Pustaka yang tempo cetak dan rilisnya telah ditentukan jauh-jauh hari.
Tidak disangka, 5 bulan setelah diskusi Aroma Karsa berakhir, Dee memberi kejutan baru dengan menerbitkan sebuah buku non-fiksi pertama berjudul ‘Di Balik Tirai Aroma Karsa,’ yang lebih menekankan pada riset, proses kreatif, latar keputusan kreatif yang diambil, serta teknik penulisan yang gunakan Dee dalam setiap karyanya. Dalam buku ini pula, pembaca akan diajak untuk mengintip dapur lahirnya karya-karya fiksi Dee secara detail, yang dalam hal ini adalah novel Aroma Karsa.
Dee pun masih betah menggunakan metode cerita bersambung digital dan terjun langsung dalam forum diskusi agar lebih dekat dengan pembacanya. Ada 6 bagian kisah yang akan diterbitkan berturut-turut pada Senin dan Kamis, dan kurang lebih ada waktu 3 minggu berdiskusi langsung bersama Dee, bagi para pembaca yang berlangganan penuh buku Di Balik Tirai Aroma Karsa.
Buku ini hanya terbit dalam versi cetak yang dibanderol dengan harga Rp50.000 melalui pre-sale yang masih diperpanjang hingga 2 September 2018 besok. Setiap pembelian buku Di Balik Tirai, pelanggan akan mendapat, 1) Akses penuh ke Digital Tribe Aroma Karsa dan baca bareng Dewi Lestari, 2) Hak membeli dahulu T-shirt (red: baju kaos) Aroma Karsa, serta berdonasi ke perpustakaan BGBJ (red: bijibiji) di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.
“Melalui buku Di Balik Tirai, kami ingin berbagi untuk Komunitas Bantar Gebang. Setiap pembelian dari buku tersebut, sebagia penghasilan akan dikonversi menjadi buku yang akan didonasikan ke BGBJ, sebuah komunitas pengasukan anak-anak Bantar Gebang, dan kami berharap sumbangan dari teman-teman semua akan menjadi manfaat yang luar biasa dan terus akan punya jejak di Bantar Gebang,” tutup Dee. *ph
Komentar