Harga HP Terdampak Tiga Bulan Lagi
Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan dominasinya terhadap Rupiah.
JAKARTA, NusaBali
Pengusaha handphone mengaku dampak penguatan dolar terhadap harga penjualan baru akan terasa dalam kurun waktu tiga bulan lagi. Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI), Ina Hutasoit saat ini penguatan dolar belum akan berdampak pada harga penjualan. Sebab, saat ini barang yang dijual masih merupakan stok yang dipesan beberapa waktu lalu.
Sedangkan, tiga bulan ke depan merupakan waktu untuk pedagang memesan kembali handphone dari luar negeri. "Ini belum terasa dampaknya, tiga bulan lagi baru terasa. Soalnya stok yang lama kan belum keluar sebelum dia pesan lagi dua sampai tiga bulan," jelas dIna dikutip detikFinance, Jumat (31/8).
Lebih lanjut, kata Ina, saat ini pengusaha handphone tengah mengurangi margin keuntungannya. Hal ini akibat dari adanya penguatan dolar. "Sekarang pada mengurangi margin dulu ya. Kalau dulu biasanya 5%-10% ambil untung sekarang dikurangi jadi 4%," terang dia.
Berbeda dengan handphone, harga dari beberapa barang elektronik terutama laptop dan aksesorisnya mengalami kenaikan. Salah satu pedagang aksesoris laptop dan komputer di Harco Mangga dua Pranoto menjelaskan kenaikan harga dolar tidak langsung terdampak pada item yang dia beli di suplier.
Namun, harga beberapa produk seperti keyboard game, mouse, coolpad, speaker mengalami kenaikan yang cukup besar sampai Rp 10.000.
Sebagai pemasok yang kerap kali mendapat pesanan besar dari reseller, ia mengaku kerap menerima keluhan akibat kenaikan harga yang terdampak penguatan dolar. "Ada naik hanya memang untuk beberapa item yang agak mahal. Kita naikan sekitar Rp 10.000, cuma kan keluhan ada terutama dari reseller," jelasnya.
Ia menjelaskan, banyak reseller yang akhirnya mengambil barang dengan kualitas yang lebih bawah, untuk mendapatkan harga yang lebih murah.
"Misalnya untuk yang keyboard dia biasa beli yang Rp 300.000, nah karena yang Rp 300.000 jadi 315.000 dia jadi beli yang Rp 250.000. Reseller beli ke harga yang lebih rendah dan kualitasnya juga yang agak bawah," katanya.
Ia menjelaskan dulu sempat jadi pengimpor langsung. Namun, karena segala proses dan berkas administrasi dirasa rumit maka ia mengambil barang dari suplier lokal di mangga dua. "Ikutin maunya suppliernya aja. Mereka juga kan terkena imbas kenaikan. Nggak semua item dinaikin banyak produk dan nggak. Karena semudah itu menganti harha dalam waktu dekat," katanya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, ia sengaja memberikan harga agak tinggi untuk mengantisipasi fluktuasi terutama saat harga naik. "Misalnya kalau sudah nggak bisa lagi bertahan, kita naikan agak tinggi misalnya naik Rp 5.000- 10.000 agar nanti kalau ada kenaikan harga dari suplier kita nggak deg-degan, kata dia.*
Sedangkan, tiga bulan ke depan merupakan waktu untuk pedagang memesan kembali handphone dari luar negeri. "Ini belum terasa dampaknya, tiga bulan lagi baru terasa. Soalnya stok yang lama kan belum keluar sebelum dia pesan lagi dua sampai tiga bulan," jelas dIna dikutip detikFinance, Jumat (31/8).
Lebih lanjut, kata Ina, saat ini pengusaha handphone tengah mengurangi margin keuntungannya. Hal ini akibat dari adanya penguatan dolar. "Sekarang pada mengurangi margin dulu ya. Kalau dulu biasanya 5%-10% ambil untung sekarang dikurangi jadi 4%," terang dia.
Berbeda dengan handphone, harga dari beberapa barang elektronik terutama laptop dan aksesorisnya mengalami kenaikan. Salah satu pedagang aksesoris laptop dan komputer di Harco Mangga dua Pranoto menjelaskan kenaikan harga dolar tidak langsung terdampak pada item yang dia beli di suplier.
Namun, harga beberapa produk seperti keyboard game, mouse, coolpad, speaker mengalami kenaikan yang cukup besar sampai Rp 10.000.
Sebagai pemasok yang kerap kali mendapat pesanan besar dari reseller, ia mengaku kerap menerima keluhan akibat kenaikan harga yang terdampak penguatan dolar. "Ada naik hanya memang untuk beberapa item yang agak mahal. Kita naikan sekitar Rp 10.000, cuma kan keluhan ada terutama dari reseller," jelasnya.
Ia menjelaskan, banyak reseller yang akhirnya mengambil barang dengan kualitas yang lebih bawah, untuk mendapatkan harga yang lebih murah.
"Misalnya untuk yang keyboard dia biasa beli yang Rp 300.000, nah karena yang Rp 300.000 jadi 315.000 dia jadi beli yang Rp 250.000. Reseller beli ke harga yang lebih rendah dan kualitasnya juga yang agak bawah," katanya.
Ia menjelaskan dulu sempat jadi pengimpor langsung. Namun, karena segala proses dan berkas administrasi dirasa rumit maka ia mengambil barang dari suplier lokal di mangga dua. "Ikutin maunya suppliernya aja. Mereka juga kan terkena imbas kenaikan. Nggak semua item dinaikin banyak produk dan nggak. Karena semudah itu menganti harha dalam waktu dekat," katanya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, ia sengaja memberikan harga agak tinggi untuk mengantisipasi fluktuasi terutama saat harga naik. "Misalnya kalau sudah nggak bisa lagi bertahan, kita naikan agak tinggi misalnya naik Rp 5.000- 10.000 agar nanti kalau ada kenaikan harga dari suplier kita nggak deg-degan, kata dia.*
Komentar