Pantang Menyerah Hingga Tangan Patah
Aksi heroik ditunjukkan pejudo Bali Ni Kadek Anny Pandini saat duel melawan pejudo Sevara Nishanbayeva dari Kazastan di kelas -57 kg putri pada babak 16 besar Asian Games 2018, di Plenary Hall Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (30/8).
Kisah Heroik Kadek Anny Pandini
JAKARTA, NusaBali
Kadek Anny tampil all out dan pantang menyerah, meski lawan mengunci. Kadek Anny pun terus berusaha keras melepaskan diri dari kuncian Sevara. Namun tidak berhasil, dan akibatnya tulang tangan kiri anak kedua dari tiga bersaudara ini fraktur (patah). Ia pun segera dilarikan ke RSAL Mintoharjo. Dokter menilai, tangannya di arm sling. Kini Anny beraktivitas normal kembali. Bahkan memberikan support kepada rekan-rekannya yang belum bertanding pada Sabtu (1/9).
"Kejadian itu, saat saya ambil teknik ada pergumulan di bawah. Tangan kiri saya, diambil dia untuk patahan. Kejadian itu lama sekali, karena saya tidak mau tepuk lantai. Saya tidak mau menyerah," ujar Kadek Anny.
Padahal, kata Anny, tangan kirinya sampai bagian siku hampir lepas dari pejudo Sevara. Saat bersamaan, teknik patahan dia masuk. Ketika patahan itu, dirinya tidak tahan lagi. Anny pun tergelak beberapa saat di matras. Kemudian ia bangkit lagi bersalaman dengan Sevara.
Sambil turun dari matras, tangan kanan Anny memegangi tangan kirinya. Didampingi pelatih Ni Made Suyudani, ia segera mendapat pertolongan tim medis. Kadek Anny mengatakan, untuk ukuran Asia pejudo Kazastan dan Tajikistan powernya di atas pejudo Indonesia. Begitupula bodynya lebih besar.
Cedera Kadek Anny di Asian Games 2018, bukan pertama kali. Ia juga pernah patah jari kelingking kanan pada SEA Games 2015 di Singapura saat mengalahkan pejudo tuan rumah Xuan Yi Ang dan meraih emas bagi kontingen. Kadek Anny pun tak kapok kejadian itu. Ia teguh menggeluti judo dan cedera bukan alasan meninggalkan judo. "Saya cinta dengan judo. Ibaratnya sudah kecebur, ya sekalian basah," ucap anggota Dinas Jasmani Angkatan Darat Kodam (Jasdam) IX Udayana, Bali.
Anny mengatakan, dalam cabor bela diri sebenarnya cedera merupakan hal biasa. Demi meminimalisir cedera, ia kerap menggunakan alat pengaman saat latihan. Ketika sakit baru ia menggunakan pleste) dan deker. Menurutnya, proses pengobatan dan penyembuhan memakan waktu dua bulan lebih atau tergantung apa yang dikonsumsi. Bila banyak konsumai kalsium, prosesnya cepat.
"Tanggal 5 September saya pulang ke Bali," ucap Anny. Ibu, kakak dan keponakannya menyaksikan langsung perjuangannya. Mereka tetap gembira. Anny lama tak berjumpa keluarga. Sejak SEA Games 2017, ia menjalani Pelatnas di Ciloto, Jawa Barat. Bahkan saat Nyepi 2018, ia training camp di Jepang. "Mereka menangis, karena kasihan lihat kondisi saya. Namun mereka tetap suport saya. Apapun yang saya lakukan dan sesuai jalur, keluarga sangat mendukung," tegas Kadek Anny. *k22
JAKARTA, NusaBali
Kadek Anny tampil all out dan pantang menyerah, meski lawan mengunci. Kadek Anny pun terus berusaha keras melepaskan diri dari kuncian Sevara. Namun tidak berhasil, dan akibatnya tulang tangan kiri anak kedua dari tiga bersaudara ini fraktur (patah). Ia pun segera dilarikan ke RSAL Mintoharjo. Dokter menilai, tangannya di arm sling. Kini Anny beraktivitas normal kembali. Bahkan memberikan support kepada rekan-rekannya yang belum bertanding pada Sabtu (1/9).
"Kejadian itu, saat saya ambil teknik ada pergumulan di bawah. Tangan kiri saya, diambil dia untuk patahan. Kejadian itu lama sekali, karena saya tidak mau tepuk lantai. Saya tidak mau menyerah," ujar Kadek Anny.
Padahal, kata Anny, tangan kirinya sampai bagian siku hampir lepas dari pejudo Sevara. Saat bersamaan, teknik patahan dia masuk. Ketika patahan itu, dirinya tidak tahan lagi. Anny pun tergelak beberapa saat di matras. Kemudian ia bangkit lagi bersalaman dengan Sevara.
Sambil turun dari matras, tangan kanan Anny memegangi tangan kirinya. Didampingi pelatih Ni Made Suyudani, ia segera mendapat pertolongan tim medis. Kadek Anny mengatakan, untuk ukuran Asia pejudo Kazastan dan Tajikistan powernya di atas pejudo Indonesia. Begitupula bodynya lebih besar.
Cedera Kadek Anny di Asian Games 2018, bukan pertama kali. Ia juga pernah patah jari kelingking kanan pada SEA Games 2015 di Singapura saat mengalahkan pejudo tuan rumah Xuan Yi Ang dan meraih emas bagi kontingen. Kadek Anny pun tak kapok kejadian itu. Ia teguh menggeluti judo dan cedera bukan alasan meninggalkan judo. "Saya cinta dengan judo. Ibaratnya sudah kecebur, ya sekalian basah," ucap anggota Dinas Jasmani Angkatan Darat Kodam (Jasdam) IX Udayana, Bali.
Anny mengatakan, dalam cabor bela diri sebenarnya cedera merupakan hal biasa. Demi meminimalisir cedera, ia kerap menggunakan alat pengaman saat latihan. Ketika sakit baru ia menggunakan pleste) dan deker. Menurutnya, proses pengobatan dan penyembuhan memakan waktu dua bulan lebih atau tergantung apa yang dikonsumsi. Bila banyak konsumai kalsium, prosesnya cepat.
"Tanggal 5 September saya pulang ke Bali," ucap Anny. Ibu, kakak dan keponakannya menyaksikan langsung perjuangannya. Mereka tetap gembira. Anny lama tak berjumpa keluarga. Sejak SEA Games 2017, ia menjalani Pelatnas di Ciloto, Jawa Barat. Bahkan saat Nyepi 2018, ia training camp di Jepang. "Mereka menangis, karena kasihan lihat kondisi saya. Namun mereka tetap suport saya. Apapun yang saya lakukan dan sesuai jalur, keluarga sangat mendukung," tegas Kadek Anny. *k22
Komentar