Satu Keluarga Hidup di Kandang Kerbau
Sebuah keluarga terpaksa tinggal dan hidup di dalam kandang kerbau yang berada jauh dari permukiman.
PEKALONGAN, NusaBali
Kandang kerbau itu terletak di atas Bukit Menggeng, Pekalongan. Dasirin (46) bersama istrinya Tarkonah (36) dan dua anaknya yakni Vivi Ratnasari (11) serta Wiwit Setiyaningsih (16) hidup bersama kerbau di kandang yang berada di atas bukit Menggeng, Dusun Cokrah, Desa Sengare, Kecamatan Talun, Pekalongan.
Jarak kandang kerbau ini dengan permukiman terdekat sekitar 7 km dengan kondisi jalan setapak yang curam dan terjal. Di kandang itu, ada 3 ekor kerbau milik warga desa setempat yang sengaja dititipkan ke Dasirin yang bekerja sebagai buruh pelihara kerbau.
Kandang berukuran 4 x7 meter tersebut dalam tiga bulan ini disulap Dasirin menjadi pilihan tempat tinggal dirinya dan keluarganya. Dua anaknya yang mengalami gangguan pertumbuhan, dibuatkan tempat tidur panggung. Tempat tidur anak-anak Dasirin berada di atas tiga kerbau yang dipeliharanya. Sementara Dasirin dan istrinya tidur persis di sebelah kerbau hanya berbatas beberapa kayu yang dipalang.
"Kalau saya tinggal di sini sudah setahun. Tapi kalau anak-istri baru tiga bulan," kata Dasirin di rumah kandang kerbaunya, Sabtu (1/9) seperti dilansir detik. Selain berada di hutan dan di atas bukit kandang kerbau ini juga tanpa penerangan listrik. Lokasi kandang kerbaunya juga menumpang di lahan milik saudaranya.
Aktivitas kedua anaknya yakni Vivi dan Wiwitpun, terbatas. Hanya berada di atas dipan kayu dekat kerbau. Kalau keluar kandang pun harus digendong ibu atau bapaknya. Vivi dan Wiwit memang tidak bisa berjalan karena lumpuh. Penyakit lumpuh tersebut dialami keduanya saat mereka berumur 6 dan 7 tahun.
Pekerjaan Dasirin sendiri hanya sebagai buruh serabutan. Pekerjaan pokoknya memelihara kerbau milik orang lain. "Kalau tidak dapat uang beli beras atau makanan ya paling kita cabut ubi di depan. Pernah saya keracunan mau pingsan karena makan ubi pahit," katanya.
Kemarin, mereka akhirnya dievakuasi ke rumah kosong masih satu area dengan Puskesmas Pembantu (Pustu) Sengare, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan. "Ya, sudah kita evakuasi agar mau menempati bangunan rumah yang tidak terpakai dan dekat dengan balai desa serta medis desa," Kata Kepala Desa Sengare, Hasanudin, Minggu (1/9).
Dasirin dan keluarganya kini menempati rumah yang jauh lebih layak dari pada kandang kerbau miliknya. Rumah ini merupakan rumah dinas milik Pustu Talun di desa setempat yang kosong. "Untuk sementara tinggal di sini sembari menunggu rumah jadi. Sekitar seminggu sampai dua minggu," tambah Hasanudin.
Tidak hanya menempati rumah yang nyaman, keluarga Dasirin juga menerima sembako dari sumbangan warga untuk kebutuhan hidup makan di rumah barunya. "Untuk pembuatan rumah, kita bersama warga akan bergotong royong, membangun rumah di tanah desa. Warga juga iuran semampunya untuk membantu keluarga ini," kata Hasanudin.
Dasirin mengaku sangat terharu dengan perhatian oleh Kades dan warga desa setempat. "Senang sekali di sini. Saya berterimakasih pada pihak desa. Sampai mau nangis saya," tutur Dasirin.*
Kandang kerbau itu terletak di atas Bukit Menggeng, Pekalongan. Dasirin (46) bersama istrinya Tarkonah (36) dan dua anaknya yakni Vivi Ratnasari (11) serta Wiwit Setiyaningsih (16) hidup bersama kerbau di kandang yang berada di atas bukit Menggeng, Dusun Cokrah, Desa Sengare, Kecamatan Talun, Pekalongan.
Jarak kandang kerbau ini dengan permukiman terdekat sekitar 7 km dengan kondisi jalan setapak yang curam dan terjal. Di kandang itu, ada 3 ekor kerbau milik warga desa setempat yang sengaja dititipkan ke Dasirin yang bekerja sebagai buruh pelihara kerbau.
Kandang berukuran 4 x7 meter tersebut dalam tiga bulan ini disulap Dasirin menjadi pilihan tempat tinggal dirinya dan keluarganya. Dua anaknya yang mengalami gangguan pertumbuhan, dibuatkan tempat tidur panggung. Tempat tidur anak-anak Dasirin berada di atas tiga kerbau yang dipeliharanya. Sementara Dasirin dan istrinya tidur persis di sebelah kerbau hanya berbatas beberapa kayu yang dipalang.
"Kalau saya tinggal di sini sudah setahun. Tapi kalau anak-istri baru tiga bulan," kata Dasirin di rumah kandang kerbaunya, Sabtu (1/9) seperti dilansir detik. Selain berada di hutan dan di atas bukit kandang kerbau ini juga tanpa penerangan listrik. Lokasi kandang kerbaunya juga menumpang di lahan milik saudaranya.
Aktivitas kedua anaknya yakni Vivi dan Wiwitpun, terbatas. Hanya berada di atas dipan kayu dekat kerbau. Kalau keluar kandang pun harus digendong ibu atau bapaknya. Vivi dan Wiwit memang tidak bisa berjalan karena lumpuh. Penyakit lumpuh tersebut dialami keduanya saat mereka berumur 6 dan 7 tahun.
Pekerjaan Dasirin sendiri hanya sebagai buruh serabutan. Pekerjaan pokoknya memelihara kerbau milik orang lain. "Kalau tidak dapat uang beli beras atau makanan ya paling kita cabut ubi di depan. Pernah saya keracunan mau pingsan karena makan ubi pahit," katanya.
Kemarin, mereka akhirnya dievakuasi ke rumah kosong masih satu area dengan Puskesmas Pembantu (Pustu) Sengare, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan. "Ya, sudah kita evakuasi agar mau menempati bangunan rumah yang tidak terpakai dan dekat dengan balai desa serta medis desa," Kata Kepala Desa Sengare, Hasanudin, Minggu (1/9).
Dasirin dan keluarganya kini menempati rumah yang jauh lebih layak dari pada kandang kerbau miliknya. Rumah ini merupakan rumah dinas milik Pustu Talun di desa setempat yang kosong. "Untuk sementara tinggal di sini sembari menunggu rumah jadi. Sekitar seminggu sampai dua minggu," tambah Hasanudin.
Tidak hanya menempati rumah yang nyaman, keluarga Dasirin juga menerima sembako dari sumbangan warga untuk kebutuhan hidup makan di rumah barunya. "Untuk pembuatan rumah, kita bersama warga akan bergotong royong, membangun rumah di tanah desa. Warga juga iuran semampunya untuk membantu keluarga ini," kata Hasanudin.
Dasirin mengaku sangat terharu dengan perhatian oleh Kades dan warga desa setempat. "Senang sekali di sini. Saya berterimakasih pada pihak desa. Sampai mau nangis saya," tutur Dasirin.*
1
Komentar