Lampu Kuning, Inflasi Denpasar Tembus 3,82 Persen
Kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,23 persen pada Agustus lalu. Inflasi dipicu kenaikan harga beberapa kebutuhan atau komoditas.
DENPASAR, NusaBali
Sementara secara year on year/yoy dari Agustus 2017-Agustus 2018 laju inflasi kota Denpasar sebesar 3,82 persen. Angka ini sudah berada di atas asumsi makro inflasi plus minus 3,5.
Pihak BPS mengisyaratkan hal ini sudah merupakan ‘warning’. "Ibarat anak sekolahan yang tidak lulus nilainya 6. Sekarang ini nilai (angka inflasi) enam koma nol satu tipis sekali. Jadi siap-siap harus belajar lagi jangan sampai tidak lulus,” ujar Kabid Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali, Subadri, Senin (3/9).
Data dari BPS, ada lima kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi, yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Terus kelompok bahan makanan, kelompok kesehatan, kelompok perumahan listrik dan air, bahan bakar. Serta kelompok pendidikan dan rekreasi.
Menurut Subadri untuk Denpasar ada 28 jenis barang yang mengalami kenaikan (harga). Sedang di Singaraja tercatat 39 barang yang mengalami kenaikan. “Itu yang secara umum menyebabkan terjadinya inflasi,” ujarnya. Walau diakui juga ada jenis-jenis barang yang mengalami penurunan.
Di Denpasar secara umum ada 55 jenis barang dan di Singaraja ada 25 jenis barang yang alami penurunan.”Ada yang naik ada yang turun. Tetapi secara umum terjadi inflasi,” ujar Subadri. Di Denpasar terjadi perubahan (kenaikan harga) 25 persen, sedang di Singaraja 20 persen.
Untuk diketahui beberapa jenis barang yang mengalami kenaikan harga yang memicu inflasi di Denpasar di antaranya daging ayam ras, ayam goreng, ikan tongkol pindang , daging babi, bahan bakar, hingga rokok filter.
Sedang di Singaraja komoditas yang memberi sumbangan inflasi adalah biaya masuk SMA, SMP dan SD. Terus sewa rumah, kontrak rumah, tomat dan sayur. Ikut juga daging ayam ras. Singaraja mencatat inflasi 0,20 persen dan laju inflasi dari tahun ke tahun (Agustus 2017-Agustus 2018) sebesar 3,47 persen. *k17
Sementara secara year on year/yoy dari Agustus 2017-Agustus 2018 laju inflasi kota Denpasar sebesar 3,82 persen. Angka ini sudah berada di atas asumsi makro inflasi plus minus 3,5.
Pihak BPS mengisyaratkan hal ini sudah merupakan ‘warning’. "Ibarat anak sekolahan yang tidak lulus nilainya 6. Sekarang ini nilai (angka inflasi) enam koma nol satu tipis sekali. Jadi siap-siap harus belajar lagi jangan sampai tidak lulus,” ujar Kabid Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali, Subadri, Senin (3/9).
Data dari BPS, ada lima kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi, yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Terus kelompok bahan makanan, kelompok kesehatan, kelompok perumahan listrik dan air, bahan bakar. Serta kelompok pendidikan dan rekreasi.
Menurut Subadri untuk Denpasar ada 28 jenis barang yang mengalami kenaikan (harga). Sedang di Singaraja tercatat 39 barang yang mengalami kenaikan. “Itu yang secara umum menyebabkan terjadinya inflasi,” ujarnya. Walau diakui juga ada jenis-jenis barang yang mengalami penurunan.
Di Denpasar secara umum ada 55 jenis barang dan di Singaraja ada 25 jenis barang yang alami penurunan.”Ada yang naik ada yang turun. Tetapi secara umum terjadi inflasi,” ujar Subadri. Di Denpasar terjadi perubahan (kenaikan harga) 25 persen, sedang di Singaraja 20 persen.
Untuk diketahui beberapa jenis barang yang mengalami kenaikan harga yang memicu inflasi di Denpasar di antaranya daging ayam ras, ayam goreng, ikan tongkol pindang , daging babi, bahan bakar, hingga rokok filter.
Sedang di Singaraja komoditas yang memberi sumbangan inflasi adalah biaya masuk SMA, SMP dan SD. Terus sewa rumah, kontrak rumah, tomat dan sayur. Ikut juga daging ayam ras. Singaraja mencatat inflasi 0,20 persen dan laju inflasi dari tahun ke tahun (Agustus 2017-Agustus 2018) sebesar 3,47 persen. *k17
Komentar