Siswi SMPN 1 Selemadeg Barat Kerauhan Beruntun
Para siswi SMPN 1 Selemadeg Barat, Tabanan didera kerauhan massal secara beruntun dalam dua hari terakhir, Kamis (6/9) dan Jumat (7/9).
TABANAN, NusaBali
Seluruh siswi korban kerauhan ini sebelumnya sempat ikut atraksi kolosal ‘Tari Rejang Sandat Ratu Segara 1.800 Penari’ di DTW Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, 18 Agustus 2018 lalu.
Pada peristiwa niskala hari pertama, Kamis siang, jumlah siswi SMPN 1 Selemadeg Barat yang kerauhan mencapai 23 orang. Mereka kerauhan saat jam pelajaran berlangsung. Sedangkan pada hari kedua, Jumat pagi, jumlah siswi (perempuan) yang kerauhan berlipat ganda menjadi 55 orang. Seluruh 23 siswi yang kerauhan sehari sebelumnya, kembali mengalami peristiwa serupa kemarin pagi.
Wakil Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 1 Selemadeg Barat, I Nyoman Sumreg, mengatakan peristiwa keruhan kedua terjadi Jumat pagi sekitar pukul 07.15 Wita. Mereka kerauan sambil teriak-teriak, menangis, bahkan sampai bergelimpangan, sebelum bel masuk kelas tanda dimulainya jam pelajaran berbunyi.
Menurut Nyoman Sumreg, awalnya hanya satu siswi yang kerauhan sambil berteriak. Lalu, kerauhan menyebar ke siswi lainnya hingga akhirnya 55 orang jadi korban. Mereka berasal dari berbagai kelas, mulai Kelas VII, Kelas VIII, hingga Kelas IX. “Para siswi yang kerauhan ini sebelumnya memang sempat menjadi penari Rejang Sandat Ratu Segara di Tanah Lot,” ungkap Nyoman Sumreg saat dikonfirmasi NusaBali, Jumat kemarin.
Nyoman Sumreg menambahkan, sebelumnya ada 67 siswi SMPN 1 Selemadeg Barat ikut jadi penari Rejang Sandat Ratu Segara serangkaian Tanah Lot Art and Food Festival II di DTW Tanah Lot, 18 September 2018 malam. Hanya saja, tidak semua dari mereka mengalami kerauhan.
Namun, kata Nyoman Sumreg, 23 siswi yang kerauhan hari pertama (Kamis) dan 55 siswi yang kerauhan hari kedua (Jumat), semuanya sempat ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara. "Peristiwa kerauhan hari Kamis terjadi saat jam pelajaran berlangsung, di mana 23 siswi jadi korban. Mereka juga sempat menjadi penari Rejang Sandat Ratu Segara," jelasnya.
Gara-gara kerauhan dua hari beruntun ini, para siswi yang tidak kerauhan Jumat kemarin terpaksa dipulangkan lebih awal. Sedangkan 55 siswi yang kerauhan, ditangani di sekolah. Pihak sekolah juga mendatangkan tokoh spiritual dari Perguruan Siwa Murti Bali untuk mengobati para siswi kerauhan ini.
"Para siswa dicek kondisi fisiknya satu per satu oleh guru dari Yayasan Siwa Murti Bali. Beruntung, dalam waktu sekitar 30 menit, para siswi yang kerauhan ini bisa ditenangkan. Para orangtua siswi yang kerauhan juga kami panggil datang ke sekolah," papar Nyoman Sumreg.
Menurut Nyoman Sumreg, pasca peristiwa nikala kerauhan massal siswinya secara beruntun tersebut, pihaknya langsung melaksanakan upacara guru piduka di Palinggih Padmasana SMPN 1 Selemadeg Barat pada Sukra Kliwon Bala, Jumat kemarin. “Besok (hari ini) seluruh siswa sudah bisa belajar kembali seperti biasa. Mudah-mudahan tidak ada lagi kasus kerauhan," harapnya. *de
Seluruh siswi korban kerauhan ini sebelumnya sempat ikut atraksi kolosal ‘Tari Rejang Sandat Ratu Segara 1.800 Penari’ di DTW Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, 18 Agustus 2018 lalu.
Pada peristiwa niskala hari pertama, Kamis siang, jumlah siswi SMPN 1 Selemadeg Barat yang kerauhan mencapai 23 orang. Mereka kerauhan saat jam pelajaran berlangsung. Sedangkan pada hari kedua, Jumat pagi, jumlah siswi (perempuan) yang kerauhan berlipat ganda menjadi 55 orang. Seluruh 23 siswi yang kerauhan sehari sebelumnya, kembali mengalami peristiwa serupa kemarin pagi.
Wakil Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 1 Selemadeg Barat, I Nyoman Sumreg, mengatakan peristiwa keruhan kedua terjadi Jumat pagi sekitar pukul 07.15 Wita. Mereka kerauan sambil teriak-teriak, menangis, bahkan sampai bergelimpangan, sebelum bel masuk kelas tanda dimulainya jam pelajaran berbunyi.
Menurut Nyoman Sumreg, awalnya hanya satu siswi yang kerauhan sambil berteriak. Lalu, kerauhan menyebar ke siswi lainnya hingga akhirnya 55 orang jadi korban. Mereka berasal dari berbagai kelas, mulai Kelas VII, Kelas VIII, hingga Kelas IX. “Para siswi yang kerauhan ini sebelumnya memang sempat menjadi penari Rejang Sandat Ratu Segara di Tanah Lot,” ungkap Nyoman Sumreg saat dikonfirmasi NusaBali, Jumat kemarin.
Nyoman Sumreg menambahkan, sebelumnya ada 67 siswi SMPN 1 Selemadeg Barat ikut jadi penari Rejang Sandat Ratu Segara serangkaian Tanah Lot Art and Food Festival II di DTW Tanah Lot, 18 September 2018 malam. Hanya saja, tidak semua dari mereka mengalami kerauhan.
Namun, kata Nyoman Sumreg, 23 siswi yang kerauhan hari pertama (Kamis) dan 55 siswi yang kerauhan hari kedua (Jumat), semuanya sempat ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara. "Peristiwa kerauhan hari Kamis terjadi saat jam pelajaran berlangsung, di mana 23 siswi jadi korban. Mereka juga sempat menjadi penari Rejang Sandat Ratu Segara," jelasnya.
Gara-gara kerauhan dua hari beruntun ini, para siswi yang tidak kerauhan Jumat kemarin terpaksa dipulangkan lebih awal. Sedangkan 55 siswi yang kerauhan, ditangani di sekolah. Pihak sekolah juga mendatangkan tokoh spiritual dari Perguruan Siwa Murti Bali untuk mengobati para siswi kerauhan ini.
"Para siswa dicek kondisi fisiknya satu per satu oleh guru dari Yayasan Siwa Murti Bali. Beruntung, dalam waktu sekitar 30 menit, para siswi yang kerauhan ini bisa ditenangkan. Para orangtua siswi yang kerauhan juga kami panggil datang ke sekolah," papar Nyoman Sumreg.
Menurut Nyoman Sumreg, pasca peristiwa nikala kerauhan massal siswinya secara beruntun tersebut, pihaknya langsung melaksanakan upacara guru piduka di Palinggih Padmasana SMPN 1 Selemadeg Barat pada Sukra Kliwon Bala, Jumat kemarin. “Besok (hari ini) seluruh siswa sudah bisa belajar kembali seperti biasa. Mudah-mudahan tidak ada lagi kasus kerauhan," harapnya. *de
1
Komentar