Penguburan Istri Bupati Diiringi Ratusan Pelayat
Bupati Made Gianyar Janji Wujudkan Ultah ke-25 Pernikahan
BANGLI, NusaBali
Jenazah istri Bupati Bangli I Made Gianyar, yakni Ni Luh Putu Erik Wiriyani, 55, telah dikuburkan di Setra Desa Pakraman Bunutin, Kecamatan Kintamani, Bangli pada Sukra Kliwon Bala, Jumat (7/9) sore pukul 16.30 Wita. Ratusan krama ikut mengantarkan jenazah almrahum menuju peristirahatan terakhir yang berjarak sekitar 400 meter dari rumah duka.
Almarhum Luh Putu Erik Wiriyani alias Nyonya Erik sebelumnya menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di Wing Amerta RS Sanglah, Denpasar, Kamis (6/9) subuh pukul 04.30 Wita, akibat kanker payudara yang telah menggerogotinya selama 4 tahun. Jenazah almarhum baru dibawa pulang ke rumah duka, Jumat pagi sekitar pukul 05.00 Wita.
Sebelum dikuburkan dengan Makingsan ring Gni di Setra Desa Pakraman Bunutin, jenazah almarum Nyonya Erik lebih dulu dilakukan prosesi nyiramang layon (memandikan jenazah) di rumah duka, Jumat siang pukul 14.00 Wita. Beberapa jam sebelum nyiramang layon, lebih dulu dilaksanakan upacara ngulapin di Rumah Jabatan Bupati di Kota Bangli.
Menurut Kepala Desa (Perbekel) Bunutin, I Made Subrata, yang juga adik kandung Bupati Made Gianyar, upacara ngulapin dilakukan karena sesuai kepercayaan bahwa arwah almarhum masih ada di Rumah Jabatan Bupati. “Ibu Bupati kan sudah lama tinggal di sana, jadi sesuai kepercayaan arwah almarhum masih ada di situ. Karenanya, arwah almarhum diajak pulang ke kampung,” ujar Made Subrata kepada NusaBali.
Saat upacara ngulapin di Rumah Jabatan Bupati Bangli, suami almarhum yakni Made Gianyar juga ikut. Demikian pula saat nyramang layon, Gianyar cukup tegar ikut prosesi bersama kedua anaknya, Ananta Wicaksana Wiryagian, 22, dan Cintya Wulandari Wiryagian, 21. Ketika prosesi arak-arakan jenazah almarhum Nyonya Erik menuju Setra Desa Pakraman Bunutin yang diringi ratusan krama, Bupati Made Gianyar juga ikut di barisan terdepan.
Sementara, ribuan pelayat dari berbagai pelosok Bali kemarin melayat ke rumah duka di Desa Pakraman Bunutin, sejak pagi. Krama yang melayat ke rumah duka itu datang dari berbagai kalangan, mulai pejabat eksekutif kabupaten/kota se-bali, politisi, akademisi, pengusaha, hingga para kolega dan kerabat.
Meski kehilangan istri tercinta dan dalam kondisi letih setelah begadang beberapa malam disertai sederet rangkaian ritual, Bupati Made Gianyar tetap menunjukkan ketergaranya. Bupati Bangli dua periode ini menyempatkan salami seluruh pelayat yang datang, termasuk rombongan NusaBali. Gianyar sekalian mengucapkan terima kasih atas kehadirannya dan mohon maaf bila ada kesalahan yang tidak disengaja oleh almarhum semasa hidup.
Menurut Gianyar, pihaknya sengaja tidak langsng melaksanakan upacara pengabenan untuk jenazah almarhum, karena sesuai awig yang berlaku, ada ngaben massal yang digelar Desa Pakraman Bunutin dua tahun sekali. “Saya tidak berani melanggar awig. Apalagi, ngaben massal itu dipelopori ayah saya sendiri,” jelas politisi PDIP ini. Rencananya, sebelum ngaben massal digelar, upacara Ngurug jenazah almarhum Nyonya Erik akan dilaksanakan pada Buda Paing Wayang, Rabu, 19 September 2018.
Pada bagian lain, Bupati Made Gianyar mengakui selama 23 tahun pernikahannya dengan almarhum Nyonya Erik, mereka belum pernah sama sekali merayakan ulang tahun pernikahan. Karena kesibukannya menjadi pemimpin daerah, Gianyar sampai tidak sempat membuat perayaan hari jadi pernikahan, meskipun secara sederhana.
“Setiap tanggal 14 Juli saya berjanji akan membuat perayaan kecil untuk ulang tahun pernikahan, walaupun dengan cara makan di luar bersama. Tapi, karena sibuk memimpin masyarakat di Bangli, akhirnya tidak jadi terus. Padahal, tahun 2020 kami berencana merayakan ulang tahun pernikahan ke-25. Tapi, takdir Tuhan kita harus jalani,” katanya.
Karena itu, Gianyar berjanji akan mewujudkan Ulang Tahun Perak (ke-25) pernikahannya dengan almarhum, 14 Juli 2020 mendatang, meskipun istri tercintanya itu sudah berpulang. "Ibu memang sudah tidak ada, tapi saya tetap ingin merayakan Ultah ke-25 pernikahan ini. Mungkin saya bisa merayakannya dengan anak-anak dan keluarga," harap Gianyar.
Bupati Made Gianyar menilai Nyonya Erik terlalu baik dan setia dengan dirinya. Sebelum Gianyar menjadi Bupati Bangli, kehidupan mereka masih memprihatinya, namun sang istri tetap tabah. "Dulu saya tinggal di rumah kayu bersama keempat saudara saya, tidur bersama-sama. Setelah saya menikah, kamar yang sedikit luas diberikan sekat agar saya bisa memiliki kamar sendiri bersama istri," kenang Bupati low profile ini. *es
Jenazah istri Bupati Bangli I Made Gianyar, yakni Ni Luh Putu Erik Wiriyani, 55, telah dikuburkan di Setra Desa Pakraman Bunutin, Kecamatan Kintamani, Bangli pada Sukra Kliwon Bala, Jumat (7/9) sore pukul 16.30 Wita. Ratusan krama ikut mengantarkan jenazah almrahum menuju peristirahatan terakhir yang berjarak sekitar 400 meter dari rumah duka.
Almarhum Luh Putu Erik Wiriyani alias Nyonya Erik sebelumnya menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di Wing Amerta RS Sanglah, Denpasar, Kamis (6/9) subuh pukul 04.30 Wita, akibat kanker payudara yang telah menggerogotinya selama 4 tahun. Jenazah almarhum baru dibawa pulang ke rumah duka, Jumat pagi sekitar pukul 05.00 Wita.
Sebelum dikuburkan dengan Makingsan ring Gni di Setra Desa Pakraman Bunutin, jenazah almarum Nyonya Erik lebih dulu dilakukan prosesi nyiramang layon (memandikan jenazah) di rumah duka, Jumat siang pukul 14.00 Wita. Beberapa jam sebelum nyiramang layon, lebih dulu dilaksanakan upacara ngulapin di Rumah Jabatan Bupati di Kota Bangli.
Menurut Kepala Desa (Perbekel) Bunutin, I Made Subrata, yang juga adik kandung Bupati Made Gianyar, upacara ngulapin dilakukan karena sesuai kepercayaan bahwa arwah almarhum masih ada di Rumah Jabatan Bupati. “Ibu Bupati kan sudah lama tinggal di sana, jadi sesuai kepercayaan arwah almarhum masih ada di situ. Karenanya, arwah almarhum diajak pulang ke kampung,” ujar Made Subrata kepada NusaBali.
Saat upacara ngulapin di Rumah Jabatan Bupati Bangli, suami almarhum yakni Made Gianyar juga ikut. Demikian pula saat nyramang layon, Gianyar cukup tegar ikut prosesi bersama kedua anaknya, Ananta Wicaksana Wiryagian, 22, dan Cintya Wulandari Wiryagian, 21. Ketika prosesi arak-arakan jenazah almarhum Nyonya Erik menuju Setra Desa Pakraman Bunutin yang diringi ratusan krama, Bupati Made Gianyar juga ikut di barisan terdepan.
Sementara, ribuan pelayat dari berbagai pelosok Bali kemarin melayat ke rumah duka di Desa Pakraman Bunutin, sejak pagi. Krama yang melayat ke rumah duka itu datang dari berbagai kalangan, mulai pejabat eksekutif kabupaten/kota se-bali, politisi, akademisi, pengusaha, hingga para kolega dan kerabat.
Meski kehilangan istri tercinta dan dalam kondisi letih setelah begadang beberapa malam disertai sederet rangkaian ritual, Bupati Made Gianyar tetap menunjukkan ketergaranya. Bupati Bangli dua periode ini menyempatkan salami seluruh pelayat yang datang, termasuk rombongan NusaBali. Gianyar sekalian mengucapkan terima kasih atas kehadirannya dan mohon maaf bila ada kesalahan yang tidak disengaja oleh almarhum semasa hidup.
Menurut Gianyar, pihaknya sengaja tidak langsng melaksanakan upacara pengabenan untuk jenazah almarhum, karena sesuai awig yang berlaku, ada ngaben massal yang digelar Desa Pakraman Bunutin dua tahun sekali. “Saya tidak berani melanggar awig. Apalagi, ngaben massal itu dipelopori ayah saya sendiri,” jelas politisi PDIP ini. Rencananya, sebelum ngaben massal digelar, upacara Ngurug jenazah almarhum Nyonya Erik akan dilaksanakan pada Buda Paing Wayang, Rabu, 19 September 2018.
Pada bagian lain, Bupati Made Gianyar mengakui selama 23 tahun pernikahannya dengan almarhum Nyonya Erik, mereka belum pernah sama sekali merayakan ulang tahun pernikahan. Karena kesibukannya menjadi pemimpin daerah, Gianyar sampai tidak sempat membuat perayaan hari jadi pernikahan, meskipun secara sederhana.
“Setiap tanggal 14 Juli saya berjanji akan membuat perayaan kecil untuk ulang tahun pernikahan, walaupun dengan cara makan di luar bersama. Tapi, karena sibuk memimpin masyarakat di Bangli, akhirnya tidak jadi terus. Padahal, tahun 2020 kami berencana merayakan ulang tahun pernikahan ke-25. Tapi, takdir Tuhan kita harus jalani,” katanya.
Karena itu, Gianyar berjanji akan mewujudkan Ulang Tahun Perak (ke-25) pernikahannya dengan almarhum, 14 Juli 2020 mendatang, meskipun istri tercintanya itu sudah berpulang. "Ibu memang sudah tidak ada, tapi saya tetap ingin merayakan Ultah ke-25 pernikahan ini. Mungkin saya bisa merayakannya dengan anak-anak dan keluarga," harap Gianyar.
Bupati Made Gianyar menilai Nyonya Erik terlalu baik dan setia dengan dirinya. Sebelum Gianyar menjadi Bupati Bangli, kehidupan mereka masih memprihatinya, namun sang istri tetap tabah. "Dulu saya tinggal di rumah kayu bersama keempat saudara saya, tidur bersama-sama. Setelah saya menikah, kamar yang sedikit luas diberikan sekat agar saya bisa memiliki kamar sendiri bersama istri," kenang Bupati low profile ini. *es
Komentar