Simantri Diberdayakan Menjadi Tempat Rekreasi dan Edukasi
Dengan tiket masuk Rp 5.000 per orang ke Simantri 55 Penarukan, pengunjung bisa dapat kenjelasan soal proses pertanian, pengenalan sejumlah tanaman, pegolahan limbah kotoran sapi, hingga berselfie ria sepuasnya di kebun bunga matahari
Inovasi Kelompok Sistem Pertanian Terintegasi (Simantri) 55 Kelurahan Penarungan, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Kelompok Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) 55 di Lingkungan Penarukan, Kelurahan Penarungan, Kecamatan Buleleng membuka peluang baru untuk mengembangkan pertaniannya. Bukan hanya memelihari puluhan sapi bantuan pemerintah, tapi Simantri 55 Penarukan juga sangat inovatif memanfaatkan arealnya sebagai tempat rekreasi dan edukasi.
Pengembangan Simantri 55 Penarukan menjadi tempat rekreasi dan edukasi ini baru dilakukan sejak 2 bulan terakhir. Hasilnya pun sudah kelihatan, kelompok Simantri 55 Penarukan yang berlokasi beberapa koloemeter arah timur Kota Singaraja ini sudah mulai dikunjungi wisatawan domestik.
Pantauan NusaBali, Selasa (11/9), selain memelihara lebih dari 20 ekor sapi, Simantri 55 Penarukan yang berada di atas lahan seluas 1 hektare juga mengembangkan 11 jenis tanaman bernilai ekonomis. Rinciannya, tanaman edamame, kelengkeng, pisang kirana, jambu kristal, jeruk dakopon, labu madu, kelapa daksina, jeruk nagami, jambu Jamaica, pepaya, dan bunga matahari.
Khusus bunga matahari ditanam di lahan kebun seluas 5 are. Bunga matahari ini kini sedang dinikmati para netizen. Menurut Ketua Kelompok Simantri 55 Penarukan, I Gede Setiawan Adi Putra, pihaknya juga berencana menambah jenis tanaman sere wangi di lahan terebut.
Setiawan Adi Putra mengatakan, inovasi pertanian ini dicobanya bersama 20 anggota Kelompok Simantri 55 Penarukan, untuk mengembangkan pertanian yang lebih menguntungkan. Inovasi pengembangan Simantri menjadi tempat rekreasi dan edukasi ini bermula saat kelompoknya mulai kewalahan menyediakan rumput untuk 21 ekor sapi yang ada, sehingga mereka mulai mencari pakan ternak alternatif. “Ternyata, tanaman bunga matahari bisa dipakai pakan ternak sapi dan banyak vitaminnya. Kebetulan, sapi juga doyan bunga matahari,” ungkap Setiawan Adi Putra saat ditemui NusaBali di areal Simantri 55 Penarukan, Selasa kemarin.
Setiawan Adi Putra yang notabene dosen Fakultas Pertanian Unud mengatakan, bagian tanaman bunga matahari yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternatif adalah daun dan batanganya. Daun bunga matahari sudah bisa dimanfaatkan saat tanaman mulai berbunga. Untuk menyiangi dan merapikan, biasanya petani bunga matahari memetik sejumlah dauh terbawah.
Sedangkan bagian batang bunga matahari sudah dapat dikonsumsi sapi saat memasuki usia pengujung panen sekitar 3 bulan. Bunga matahari yang sudah matang ditandai dengan proses pelayuan dan siap dikeringkan untuk pembenihan. “Nah, saat itulah batang dan daunnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi,” katanya.
Stiawan Adi Putra mengatakan, dari pencarian pakan ternak alternatif ini, pihaknya mendapatkan hasil lain. Saat tanaman bunga matahari mulai berbunga, banyak warga dan wisatawan datang berkunjung. Padahal, lokasi Simantri 55 Penarukan agak ke pedalaman. Mereka datang untuk berwisata sambil foto selfie di depan bunga matahari.
Menurut Setiawan Adi Putra, tanaman bunga matahari dipilih sebagai pakan tarnak alternatig, karena proses pemeliharanya sangat mudah dan pertumbuhannya cukup cepat. Sedangkan tanaman edamame dan lainnya dikembangkan di Simantri 55 Penarukan, karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi untuk penyaluran kotoran sapi milik kelompoknya.
Di lahan Simantri 55 Penarukan juga langsung dilakukan proses pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi. Juga dilakukan proses penyulingan biorin dari urine sapi dan biogas dari kotoran yang dimanfaatkan untuk proses memasak.
Untuk mengembangkan Simantri 55 Penarukan ini, Setiawan Adi Putra rela pulang pergi Denpasar-Singaraja setiap akhir pekan. Dengan upayanya itu, di Simantri 55 Penarukan ini ada sarana bagi anak-anak untuk memenui syarat pertaniannya sebagai taman bermain dan rekreasi. Sedangkan fungsi edukasinya selalu dia berikan kepada pengunjung, khususnya siswa TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi yang selama ini sudah bekerja sama dengan Simantri 55 Penarukan.
Setiap pengunjung dikenakan tiket masuk Rp 5.000 dan mereka bisa mengetahui proses pertanian, pengenalan sejumlah tanaman, pegolahan limbah kotoran sapi, hingga berselfie ria sepuasnya. “Intinya, dengan Simantri kami ingin mengenalkan kepada generasi muda cara bertani dan potensi ekonomi yang cukup menjanjikan untuk menumbuhkan minat menjadi seorang petani. Saat ini pertanian kan paling tidka diminati genarasi muda,” katanya. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Kelompok Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) 55 di Lingkungan Penarukan, Kelurahan Penarungan, Kecamatan Buleleng membuka peluang baru untuk mengembangkan pertaniannya. Bukan hanya memelihari puluhan sapi bantuan pemerintah, tapi Simantri 55 Penarukan juga sangat inovatif memanfaatkan arealnya sebagai tempat rekreasi dan edukasi.
Pengembangan Simantri 55 Penarukan menjadi tempat rekreasi dan edukasi ini baru dilakukan sejak 2 bulan terakhir. Hasilnya pun sudah kelihatan, kelompok Simantri 55 Penarukan yang berlokasi beberapa koloemeter arah timur Kota Singaraja ini sudah mulai dikunjungi wisatawan domestik.
Pantauan NusaBali, Selasa (11/9), selain memelihara lebih dari 20 ekor sapi, Simantri 55 Penarukan yang berada di atas lahan seluas 1 hektare juga mengembangkan 11 jenis tanaman bernilai ekonomis. Rinciannya, tanaman edamame, kelengkeng, pisang kirana, jambu kristal, jeruk dakopon, labu madu, kelapa daksina, jeruk nagami, jambu Jamaica, pepaya, dan bunga matahari.
Khusus bunga matahari ditanam di lahan kebun seluas 5 are. Bunga matahari ini kini sedang dinikmati para netizen. Menurut Ketua Kelompok Simantri 55 Penarukan, I Gede Setiawan Adi Putra, pihaknya juga berencana menambah jenis tanaman sere wangi di lahan terebut.
Setiawan Adi Putra mengatakan, inovasi pertanian ini dicobanya bersama 20 anggota Kelompok Simantri 55 Penarukan, untuk mengembangkan pertanian yang lebih menguntungkan. Inovasi pengembangan Simantri menjadi tempat rekreasi dan edukasi ini bermula saat kelompoknya mulai kewalahan menyediakan rumput untuk 21 ekor sapi yang ada, sehingga mereka mulai mencari pakan ternak alternatif. “Ternyata, tanaman bunga matahari bisa dipakai pakan ternak sapi dan banyak vitaminnya. Kebetulan, sapi juga doyan bunga matahari,” ungkap Setiawan Adi Putra saat ditemui NusaBali di areal Simantri 55 Penarukan, Selasa kemarin.
Setiawan Adi Putra yang notabene dosen Fakultas Pertanian Unud mengatakan, bagian tanaman bunga matahari yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternatif adalah daun dan batanganya. Daun bunga matahari sudah bisa dimanfaatkan saat tanaman mulai berbunga. Untuk menyiangi dan merapikan, biasanya petani bunga matahari memetik sejumlah dauh terbawah.
Sedangkan bagian batang bunga matahari sudah dapat dikonsumsi sapi saat memasuki usia pengujung panen sekitar 3 bulan. Bunga matahari yang sudah matang ditandai dengan proses pelayuan dan siap dikeringkan untuk pembenihan. “Nah, saat itulah batang dan daunnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi,” katanya.
Stiawan Adi Putra mengatakan, dari pencarian pakan ternak alternatif ini, pihaknya mendapatkan hasil lain. Saat tanaman bunga matahari mulai berbunga, banyak warga dan wisatawan datang berkunjung. Padahal, lokasi Simantri 55 Penarukan agak ke pedalaman. Mereka datang untuk berwisata sambil foto selfie di depan bunga matahari.
Menurut Setiawan Adi Putra, tanaman bunga matahari dipilih sebagai pakan tarnak alternatig, karena proses pemeliharanya sangat mudah dan pertumbuhannya cukup cepat. Sedangkan tanaman edamame dan lainnya dikembangkan di Simantri 55 Penarukan, karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi untuk penyaluran kotoran sapi milik kelompoknya.
Di lahan Simantri 55 Penarukan juga langsung dilakukan proses pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi. Juga dilakukan proses penyulingan biorin dari urine sapi dan biogas dari kotoran yang dimanfaatkan untuk proses memasak.
Untuk mengembangkan Simantri 55 Penarukan ini, Setiawan Adi Putra rela pulang pergi Denpasar-Singaraja setiap akhir pekan. Dengan upayanya itu, di Simantri 55 Penarukan ini ada sarana bagi anak-anak untuk memenui syarat pertaniannya sebagai taman bermain dan rekreasi. Sedangkan fungsi edukasinya selalu dia berikan kepada pengunjung, khususnya siswa TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi yang selama ini sudah bekerja sama dengan Simantri 55 Penarukan.
Setiap pengunjung dikenakan tiket masuk Rp 5.000 dan mereka bisa mengetahui proses pertanian, pengenalan sejumlah tanaman, pegolahan limbah kotoran sapi, hingga berselfie ria sepuasnya. “Intinya, dengan Simantri kami ingin mengenalkan kepada generasi muda cara bertani dan potensi ekonomi yang cukup menjanjikan untuk menumbuhkan minat menjadi seorang petani. Saat ini pertanian kan paling tidka diminati genarasi muda,” katanya. *k23
1
Komentar