Bangkai Lumba-lumba Kampih di Perancak
Setelah penemuan bangkai penyu beberapa waktu lalu, pada Selasa (11/9) pagi seekor bangkai lumba-lumba jenis hidung botol ditemukan terdampar (kampih) di Pantai Perancak, Banjar Mekarsari, Desa Perancak, Kecamatan/Kabupaten Jembrana.
NEGARA, NusaBali
Penyebab kematian lumba-lumba itu tidak diketahui secara pasti, sama seperti kematian sejumlah penyu yang beberapa kali ditemukan terdampar di pantai setempat.
Berdasar informasi, bangkai lumba-lumba yang masih anakan itu tepatnya ditemukan terdampar di sisi pantai sekitar 100 meter sebelah barat tempat Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Kurma Asih, pada sekitar pukul 08.00 Wita. Melihat bangkai lumba-lumba tersebut, warga melapor kepada Koordinator KPP Kurma Asih I Wayan Anom Astika, yang langsung mengecek bangkai lumba-lumba tersebut.
“Dari pengecekan secara kasat mata, tidak ada tanda-tanda luka di tubuhnya. Kami juga tidak tahu apa penyebabnya,” kata Anom, Selasa kemarin.
Saat dilakukan pengecekan, bangkai lumba-lumba dengan panjang 85 centimeter dengan diameter badan maksimal 48 centimeter itu, sudah dalam keadaan kaku. Diperkirakan, lumba-lumba yang tampak telah menghitam itu sudah mati beberapa hari sebelumnya.
“Kemungkinan, bangkai lumba-lumba ini sempat terpapar matahari ketika terapung di lautan, sebelum kemudian terdampar ke Pantai Perancak,” ujarnya.
Menurut Anom, penemuan bangkai lumba-lumba tersebut sempat dikoordinasikan ke petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Tetapi begitu mengetahui kondisi bangkai lumba-lumba bersangkutan sudah kaku, dan diperkirakan sudah mati beberapa hari, akhirnya petugas meminta agar dilakukan penguburan terhadap bangkai lumba-lumba yang juga termasuk hewan dilindungi tersebut.
“Sudah langsung kami kubur. Kematian lumba-lumba ini masih belum jelas penyebabnya. Sama juga dengan bangkai penyu yang beberapa kali terdampar di Pantai Perancak,” kata Anom. *ode
Berdasar informasi, bangkai lumba-lumba yang masih anakan itu tepatnya ditemukan terdampar di sisi pantai sekitar 100 meter sebelah barat tempat Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Kurma Asih, pada sekitar pukul 08.00 Wita. Melihat bangkai lumba-lumba tersebut, warga melapor kepada Koordinator KPP Kurma Asih I Wayan Anom Astika, yang langsung mengecek bangkai lumba-lumba tersebut.
“Dari pengecekan secara kasat mata, tidak ada tanda-tanda luka di tubuhnya. Kami juga tidak tahu apa penyebabnya,” kata Anom, Selasa kemarin.
Saat dilakukan pengecekan, bangkai lumba-lumba dengan panjang 85 centimeter dengan diameter badan maksimal 48 centimeter itu, sudah dalam keadaan kaku. Diperkirakan, lumba-lumba yang tampak telah menghitam itu sudah mati beberapa hari sebelumnya.
“Kemungkinan, bangkai lumba-lumba ini sempat terpapar matahari ketika terapung di lautan, sebelum kemudian terdampar ke Pantai Perancak,” ujarnya.
Menurut Anom, penemuan bangkai lumba-lumba tersebut sempat dikoordinasikan ke petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Tetapi begitu mengetahui kondisi bangkai lumba-lumba bersangkutan sudah kaku, dan diperkirakan sudah mati beberapa hari, akhirnya petugas meminta agar dilakukan penguburan terhadap bangkai lumba-lumba yang juga termasuk hewan dilindungi tersebut.
“Sudah langsung kami kubur. Kematian lumba-lumba ini masih belum jelas penyebabnya. Sama juga dengan bangkai penyu yang beberapa kali terdampar di Pantai Perancak,” kata Anom. *ode
1
Komentar