Diah Mode Menjahit Nasib di Mozaik Mimpi
Pementasan Teater ‘11 Ibu, 11 Kisah, 11 Panggung’
SINGARAJA, NusaBali
Yanti Pusparini yang lebih dikenal sebagai perancang busana ternama di Buleleng, Diah Mode, ikut ambil bagian dalam project pementasan Teater 11 Ibu 11 Kisah 11 Panggung. Ia sebagai aktor keempat sutradara Kadek Sonia Piscayanti, yang tampil memukau pada Selasa (11/9) malam, membawakan teater berjudul ‘Kujahit Nasib di Mozaik Mimpi.’
Dalam penampilannya Yanti begitu ia akrab disapa, mampu membuat penonton terhanyut dalam kisah yang dibawakannya. Kisah perjalanan hidupnya sebagai perancang mode yang jatuh bangun didukung penuh dengan latar dan properti yang sudah disiapkan dalam pementasan.
Yanti dalam kisah teaternya menceritakan lika-liku kehidupannya meniti karier sebagai perancang busana. Kegagalan demi kegagalan pun dilalui dengan penuh perjuangan. Bahkan ia tak hanya pernah gagal dalam karier, kegagalan hubungan cinta juga pernah membuatnya terpuruk. Bahkan ia yang menekuni profesinya sebagai perancang busana pun pernah dijegal, oleh orang terdekatnya. Selain tak mendapat restu ia juga pernah dipaksa untuk bersekolah tinggi untuk bisa bekerja kantoran.
Hal itu pun sempat membuatnya tertekan dan membuat jiwanya bergejolak. Hingga ia memutuskan untuk tegas memilih dan memperjuangkan kariernya sendiri. Tanpa berbekal pendidikan khusus desain ia terus berangan dan mengembangkan imajinasinya menggores pensil di atas kertas menjadikannya sebuah busana yang indah.
Usai pementasan, Yanti mengaku dunia keaktoran cukup membuat dirinya kewalahan. Wajar saja, ia baru kali ini terjun ke dunia teater. Yanti juga mengaku sempat mengalami kendala dalam pelafalan teks. Meski sudah dipelajari dan dihafalkannya sejak bulan Juli lalu, tetap saja jelang pementasan ia masih belum menguasai penuh. “Saya sudah pelajari naskah sejak bulan Juli, tapi saya masih kesulitan. Saya memang bukan orang yang pandai menghafal,” katanya.
Pementasan Yanti pun diapresiasi oleh sutradara Sonia. Ia mengaku mendapatkan surprise dari penampilan aktor keempatnya itu, yang sebelumnya masih bernatakan dalam proses penghafalan naskah, intonasi dan ritme. “Saya sendiri merasa ‘wow’, akhirnya bisa membuat dia pentas. Dia benar-benar berhasil, dan dia mengelabui kita dengan kelemahannya,” kata Sonia.
Sementara salah seorang penonton, Andy Eswe, pemain pantomim di Jogjakarta mengaku dirinya terpukau dengan pementasan malam itu. “Pementasan ini berhasil menyulap panggung menjadi sebuah ruang yang begitu intim dengan diri sang aktor,” kata dia.
Dalam project ini, masih ada 7 orang ibu dari berbagai profesi yang akan tampil membawakan teater dengan mengangkat kisah hidupnya sendiri. Teater yang merupakan proyek hibah Ford Foundation melalui Cipta Media Ekspresi, diharapkan mampu mendengar kisah para ibu dan memberikan ruang kepada perempuan untuk saling mendukung, berbagi dan berkarya.*k23
Yanti Pusparini yang lebih dikenal sebagai perancang busana ternama di Buleleng, Diah Mode, ikut ambil bagian dalam project pementasan Teater 11 Ibu 11 Kisah 11 Panggung. Ia sebagai aktor keempat sutradara Kadek Sonia Piscayanti, yang tampil memukau pada Selasa (11/9) malam, membawakan teater berjudul ‘Kujahit Nasib di Mozaik Mimpi.’
Dalam penampilannya Yanti begitu ia akrab disapa, mampu membuat penonton terhanyut dalam kisah yang dibawakannya. Kisah perjalanan hidupnya sebagai perancang mode yang jatuh bangun didukung penuh dengan latar dan properti yang sudah disiapkan dalam pementasan.
Yanti dalam kisah teaternya menceritakan lika-liku kehidupannya meniti karier sebagai perancang busana. Kegagalan demi kegagalan pun dilalui dengan penuh perjuangan. Bahkan ia tak hanya pernah gagal dalam karier, kegagalan hubungan cinta juga pernah membuatnya terpuruk. Bahkan ia yang menekuni profesinya sebagai perancang busana pun pernah dijegal, oleh orang terdekatnya. Selain tak mendapat restu ia juga pernah dipaksa untuk bersekolah tinggi untuk bisa bekerja kantoran.
Hal itu pun sempat membuatnya tertekan dan membuat jiwanya bergejolak. Hingga ia memutuskan untuk tegas memilih dan memperjuangkan kariernya sendiri. Tanpa berbekal pendidikan khusus desain ia terus berangan dan mengembangkan imajinasinya menggores pensil di atas kertas menjadikannya sebuah busana yang indah.
Usai pementasan, Yanti mengaku dunia keaktoran cukup membuat dirinya kewalahan. Wajar saja, ia baru kali ini terjun ke dunia teater. Yanti juga mengaku sempat mengalami kendala dalam pelafalan teks. Meski sudah dipelajari dan dihafalkannya sejak bulan Juli lalu, tetap saja jelang pementasan ia masih belum menguasai penuh. “Saya sudah pelajari naskah sejak bulan Juli, tapi saya masih kesulitan. Saya memang bukan orang yang pandai menghafal,” katanya.
Pementasan Yanti pun diapresiasi oleh sutradara Sonia. Ia mengaku mendapatkan surprise dari penampilan aktor keempatnya itu, yang sebelumnya masih bernatakan dalam proses penghafalan naskah, intonasi dan ritme. “Saya sendiri merasa ‘wow’, akhirnya bisa membuat dia pentas. Dia benar-benar berhasil, dan dia mengelabui kita dengan kelemahannya,” kata Sonia.
Sementara salah seorang penonton, Andy Eswe, pemain pantomim di Jogjakarta mengaku dirinya terpukau dengan pementasan malam itu. “Pementasan ini berhasil menyulap panggung menjadi sebuah ruang yang begitu intim dengan diri sang aktor,” kata dia.
Dalam project ini, masih ada 7 orang ibu dari berbagai profesi yang akan tampil membawakan teater dengan mengangkat kisah hidupnya sendiri. Teater yang merupakan proyek hibah Ford Foundation melalui Cipta Media Ekspresi, diharapkan mampu mendengar kisah para ibu dan memberikan ruang kepada perempuan untuk saling mendukung, berbagi dan berkarya.*k23
1
Komentar