Hukum Siswa dengan Cara Menyenangkan, Ngibing Joged di Kelas
Versi Made Mariana, caranya mengajar yang humanis tidak terlepas dari dukungan suaminya, Nyoman Windia, yang berprofesi sebagai hakim di Pengadilan Negeri (PN) Bangli
Dra Ni Made Mariana MPd, Eks Pemeluk Protestan yang kini Guru Agama Hindu SMAN 1 Gianyar
GIANYAR, NusaBali
Guru Agama Hindu SMAN 1 Gianyar, Dra Ni Made Mariana MPd, 53, termasuk salah satu guru di Bali yang paling inovatif dan humanis dalam mengajar di kelas. Dia menerapkan cara mengajar yang menyenangkan bagi siswanya. Bahkan, siswa yang menjalani hukuman di kelas pun dibuat senang dan tertawa. Misalnya, siswa dihukum dengan cara harus ngibing joged.
Ni Made Mariana biasa memberikan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) kepada para siswanya di kelas. Bagi guru yang akrab dipanggil Momy Mariana ini, hadiah maupun hukuman yang diberikan selalu harus bermanfaat untuk siswa itu sendiri. Makanya, tak jarang Momy Mariana menghukum siswanya dalam bentuk menari dan bernyanyi.
Kehadiran Momy Mariana di dalam kelas selalu membuat suasana hidup dan meriah. Bahkan, beberapa kali siswa SMAN 1 Gianyar merekam aksi Mommy Mariana saat mengajar di kelas. Salah satu video rekaman itu diposting di akun instagram oleh passion_dosman. Video tersebut sudah ditonton lebih dari 28.000 kali.
Ditemui NusaBali di kediamannya kawasan Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Rabu (12/9), Momy Mariana mengatakan dirinya memang selalu berusaha menjaga kedekatan antara guru dan para siswa di kelas. Terlebih, saat ini posisi guru selalu disorot. Salah sedikit, bisa berurusan dengan polisi.
Maka, cara-cara humanis pun diterapkan Momy Mariana jika ada siswa yang bermasalah di sekolah. Seperti dalam video yang memperlihatkan dirinya meminta siswa untuk ngibing joged. Sejatinya, itu adalah bentuk hukuman kepada siswanya yang terlambat datang ke sekolah lebih dari 1 jam. Padahal, rumah siswa tersebut cukup dekat dengan sekolah.
“Di sekolah, anak yang terlambat diberikan selebaran dari Bimbingan Konseling (BK)). Lalu, hukumannya diminta agar sembahyang ke Padmasana. Nah, bagi saya, hukuman itu kurang memberikan efek jera,” papar Momy Mariana.
“Biar malu, saya minta dia ngibing joged. Awalnya ditolak, lalu saya kasi pilihan: ‘kalau tidak di kelas, nanti kamu joged di halaman sekolah’. Akhirnya, dia mau ngibing, hingga seisi kelas jadi riuh. Tapi setelah itu, saya nasihati dia agar tidak terlambat lagi,” lanjut guru kelahiran Gianyar, 12 Maret 1965 ini.
Prinsipnya, Momy Mariana ingin peserta didiknya betah dalam kelas dan tidak takut terhadap guru. Selain memberikan hukuman, Momy Mariana juga kerap memberikan hadiah. Namun, hadiahnya bukan berupa materi, melainkan penghargaan untuk maju ke depan kelas dan diumumkan sebagai the best (yang terbaik).
Hal ini terungkap dalam postingan video lain yang diunggah di instagram, yang mennunjukkan bagaimana Momy Mariana memberikan salam khusus kepada 4 siswanya. “Saya namai Salam Co, agak gaul sedikit kayak anak muda. Mereka pun senang dan bersorak. Ini sebuah penghargaan kepada siswa saat mereka mendapat nilai bagus,” jelas ibu dua anak dari pernikahannya dengan I Nyoman Windia SH MH, 53 ini.
Dalam mengajar, Momy Mariana memang suka spontanitas dan berkreasi. “Apalagi, pas ngajar siang, saya kuasai dulu kelas agar suasananya hidup. Setelah anak-anak siap, baru saya lanjutkan dengan pelajaran,” tandas Momy Mariana.
Terkait postingan video dalam kelas yang menjadi viral, Momy Mariana mengaku tidak tahu. Dia baru tahu hal tersebut dari cerita para siswa maupun alumni SMAN 1 Gianyar. “Tidak pernah kebayang akan jadi viral,” ujar guru yang menamatkan program S1 di Institut Hindu Dharma (IHD) Denpasar---Sekarang Unhi Denpasar dan S2 Undiksha Singaraja ini.
Menurut Momy Mariana, caranya mengajar yang humanis ini juga tak terlepas dari dukungan suaminya, Nyman Windia, yang berprofesi sebagai hakim di Pengadilan Negeri (PN) Bangli. Mulai dari cara mendidik anak, Momy Mariana selalu terinspirasi dari keluh kesah sang suami.
“Saya selalu diminta suami untuk hati-hati dalam mendidik. Katanya, jangan sampai saya disidangkan sama suami sendiri. Makanya, kalau memberikan hukuman itu harus bermanfaat. Jangan sedikit-sedikit pakai emosi atau kekerasan, karena zaman sekarang sedikit saja main keras, orangtua lapor polisi, lalu guru dihukum,” katanya.
Selain mendengarkan nasihat suami, Momy Mariana sejak kecil termasuk pelaku seni budaya Bali. Karenanya, dalam setiap gerak langkahnya, dia selalu mengedepankan unsur kesenian. Meski terlahir dari orangtua penganut Kristen Protestan, namun Momy Mariana dengan nama asli Mariana Benny Mengco sudah aktif menari Bali sejak Kelas 5 SDN 2 Blahbatuh, Gianyar.
“Waktu kecil, saya sudah gabung sanggar tari di Desa Bona. Ikut menari joged, drama gong, legong, dan sekaa arja,” kenang Momy Mariana. Pentasnya pun telah keliling Bali berkat tari. Saking kepincutnya dengan seni budaya Bali, Momy Mariana setamat SMP berpikir untuk mendalami Agama Hindu.
“Saya minta petunjuk dari Guru Agama Hindu, saya tanya ke mana saya harus belajar jika ingin tahu lebih dalam tentang Agama Hindu? Saya disarankan untuk masuk di PGAH Negeri di Mataram (NTB),” ungkap Momy Mariana.
Setelah cukup mendapat informasi, Momy Mariana pun memutuskan untuk bergabung ke Hindu, di mana syaratnya harus ‘disudiwadani’ terlebih dulu. Tekadnya sudah bulat, orangtua juga mendukung. Terlebih, ibunya adalah perempuan Bali yang ngidih sentana orang Manado. “Orangtua tidak saklek. Apalagi, mamak orang Bali. Pesan Bapak, agama apa pun kamu nak, yang penting taat dan tekun,” kisah-nya. Nah, setelah disudiwadani, Momy Mariana kemudian diberikan nama Bali menjadi Ni Made Mariana.
Sementara itu, setelah lulus PGAH Negeri Mataram tahun 1982, Momy Mariana langsung bertugas jadi guru Agama Hindu di SDN 21 Dangin Puri, Denpasar Timur. Momy Mariana juga membina sejumlah ekstra kurikuler seperti Pramuka dan Dharmagita.
Keahliannya dalam menguasai kelas pun tak terlepas dari pengalamannya selama 29 tahun sebagai guru SD. “Saya ngajar semua bidang studi. Prinsipnya, harus mau belajar dan belajar,” jelas Momy Mariana yang juga Sekretaris PKK Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler.
Sebagai seorang guru, Momy Mariana dituntut untuk memotivasi anak didik agar aktif. Sebab, guru memegang peranan penting agar aktif dalam kelas. Tak jarang, Momy Mariana mengajak anak didiknya belajar di lapangan untuk mengenal lingkungan sekitar.
Sosok Momy Mariana memang potret guru sejati. Momy Mariana bukan hanya dikenal inovatif dan humanis dalam mengajar, tapi juga merupakan guru berprestasi. Momy Mariana adalah penyandang predikat juara I Guru Berpestasi Level SD Kabupaten Gianyar Tahun 2010, juara I Lomba Derijen Dharma Yukti Kartini PN Gianyar Tahun 2012, hingga juara III Guru Agama Hindu Berprestasi Level SMA/SMK Provinsi Bali Tahun 2016. *nvi
GIANYAR, NusaBali
Guru Agama Hindu SMAN 1 Gianyar, Dra Ni Made Mariana MPd, 53, termasuk salah satu guru di Bali yang paling inovatif dan humanis dalam mengajar di kelas. Dia menerapkan cara mengajar yang menyenangkan bagi siswanya. Bahkan, siswa yang menjalani hukuman di kelas pun dibuat senang dan tertawa. Misalnya, siswa dihukum dengan cara harus ngibing joged.
Ni Made Mariana biasa memberikan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) kepada para siswanya di kelas. Bagi guru yang akrab dipanggil Momy Mariana ini, hadiah maupun hukuman yang diberikan selalu harus bermanfaat untuk siswa itu sendiri. Makanya, tak jarang Momy Mariana menghukum siswanya dalam bentuk menari dan bernyanyi.
Kehadiran Momy Mariana di dalam kelas selalu membuat suasana hidup dan meriah. Bahkan, beberapa kali siswa SMAN 1 Gianyar merekam aksi Mommy Mariana saat mengajar di kelas. Salah satu video rekaman itu diposting di akun instagram oleh passion_dosman. Video tersebut sudah ditonton lebih dari 28.000 kali.
Ditemui NusaBali di kediamannya kawasan Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Rabu (12/9), Momy Mariana mengatakan dirinya memang selalu berusaha menjaga kedekatan antara guru dan para siswa di kelas. Terlebih, saat ini posisi guru selalu disorot. Salah sedikit, bisa berurusan dengan polisi.
Maka, cara-cara humanis pun diterapkan Momy Mariana jika ada siswa yang bermasalah di sekolah. Seperti dalam video yang memperlihatkan dirinya meminta siswa untuk ngibing joged. Sejatinya, itu adalah bentuk hukuman kepada siswanya yang terlambat datang ke sekolah lebih dari 1 jam. Padahal, rumah siswa tersebut cukup dekat dengan sekolah.
“Di sekolah, anak yang terlambat diberikan selebaran dari Bimbingan Konseling (BK)). Lalu, hukumannya diminta agar sembahyang ke Padmasana. Nah, bagi saya, hukuman itu kurang memberikan efek jera,” papar Momy Mariana.
“Biar malu, saya minta dia ngibing joged. Awalnya ditolak, lalu saya kasi pilihan: ‘kalau tidak di kelas, nanti kamu joged di halaman sekolah’. Akhirnya, dia mau ngibing, hingga seisi kelas jadi riuh. Tapi setelah itu, saya nasihati dia agar tidak terlambat lagi,” lanjut guru kelahiran Gianyar, 12 Maret 1965 ini.
Prinsipnya, Momy Mariana ingin peserta didiknya betah dalam kelas dan tidak takut terhadap guru. Selain memberikan hukuman, Momy Mariana juga kerap memberikan hadiah. Namun, hadiahnya bukan berupa materi, melainkan penghargaan untuk maju ke depan kelas dan diumumkan sebagai the best (yang terbaik).
Hal ini terungkap dalam postingan video lain yang diunggah di instagram, yang mennunjukkan bagaimana Momy Mariana memberikan salam khusus kepada 4 siswanya. “Saya namai Salam Co, agak gaul sedikit kayak anak muda. Mereka pun senang dan bersorak. Ini sebuah penghargaan kepada siswa saat mereka mendapat nilai bagus,” jelas ibu dua anak dari pernikahannya dengan I Nyoman Windia SH MH, 53 ini.
Dalam mengajar, Momy Mariana memang suka spontanitas dan berkreasi. “Apalagi, pas ngajar siang, saya kuasai dulu kelas agar suasananya hidup. Setelah anak-anak siap, baru saya lanjutkan dengan pelajaran,” tandas Momy Mariana.
Terkait postingan video dalam kelas yang menjadi viral, Momy Mariana mengaku tidak tahu. Dia baru tahu hal tersebut dari cerita para siswa maupun alumni SMAN 1 Gianyar. “Tidak pernah kebayang akan jadi viral,” ujar guru yang menamatkan program S1 di Institut Hindu Dharma (IHD) Denpasar---Sekarang Unhi Denpasar dan S2 Undiksha Singaraja ini.
Menurut Momy Mariana, caranya mengajar yang humanis ini juga tak terlepas dari dukungan suaminya, Nyman Windia, yang berprofesi sebagai hakim di Pengadilan Negeri (PN) Bangli. Mulai dari cara mendidik anak, Momy Mariana selalu terinspirasi dari keluh kesah sang suami.
“Saya selalu diminta suami untuk hati-hati dalam mendidik. Katanya, jangan sampai saya disidangkan sama suami sendiri. Makanya, kalau memberikan hukuman itu harus bermanfaat. Jangan sedikit-sedikit pakai emosi atau kekerasan, karena zaman sekarang sedikit saja main keras, orangtua lapor polisi, lalu guru dihukum,” katanya.
Selain mendengarkan nasihat suami, Momy Mariana sejak kecil termasuk pelaku seni budaya Bali. Karenanya, dalam setiap gerak langkahnya, dia selalu mengedepankan unsur kesenian. Meski terlahir dari orangtua penganut Kristen Protestan, namun Momy Mariana dengan nama asli Mariana Benny Mengco sudah aktif menari Bali sejak Kelas 5 SDN 2 Blahbatuh, Gianyar.
“Waktu kecil, saya sudah gabung sanggar tari di Desa Bona. Ikut menari joged, drama gong, legong, dan sekaa arja,” kenang Momy Mariana. Pentasnya pun telah keliling Bali berkat tari. Saking kepincutnya dengan seni budaya Bali, Momy Mariana setamat SMP berpikir untuk mendalami Agama Hindu.
“Saya minta petunjuk dari Guru Agama Hindu, saya tanya ke mana saya harus belajar jika ingin tahu lebih dalam tentang Agama Hindu? Saya disarankan untuk masuk di PGAH Negeri di Mataram (NTB),” ungkap Momy Mariana.
Setelah cukup mendapat informasi, Momy Mariana pun memutuskan untuk bergabung ke Hindu, di mana syaratnya harus ‘disudiwadani’ terlebih dulu. Tekadnya sudah bulat, orangtua juga mendukung. Terlebih, ibunya adalah perempuan Bali yang ngidih sentana orang Manado. “Orangtua tidak saklek. Apalagi, mamak orang Bali. Pesan Bapak, agama apa pun kamu nak, yang penting taat dan tekun,” kisah-nya. Nah, setelah disudiwadani, Momy Mariana kemudian diberikan nama Bali menjadi Ni Made Mariana.
Sementara itu, setelah lulus PGAH Negeri Mataram tahun 1982, Momy Mariana langsung bertugas jadi guru Agama Hindu di SDN 21 Dangin Puri, Denpasar Timur. Momy Mariana juga membina sejumlah ekstra kurikuler seperti Pramuka dan Dharmagita.
Keahliannya dalam menguasai kelas pun tak terlepas dari pengalamannya selama 29 tahun sebagai guru SD. “Saya ngajar semua bidang studi. Prinsipnya, harus mau belajar dan belajar,” jelas Momy Mariana yang juga Sekretaris PKK Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler.
Sebagai seorang guru, Momy Mariana dituntut untuk memotivasi anak didik agar aktif. Sebab, guru memegang peranan penting agar aktif dalam kelas. Tak jarang, Momy Mariana mengajak anak didiknya belajar di lapangan untuk mengenal lingkungan sekitar.
Sosok Momy Mariana memang potret guru sejati. Momy Mariana bukan hanya dikenal inovatif dan humanis dalam mengajar, tapi juga merupakan guru berprestasi. Momy Mariana adalah penyandang predikat juara I Guru Berpestasi Level SD Kabupaten Gianyar Tahun 2010, juara I Lomba Derijen Dharma Yukti Kartini PN Gianyar Tahun 2012, hingga juara III Guru Agama Hindu Berprestasi Level SMA/SMK Provinsi Bali Tahun 2016. *nvi
Komentar