Pelajar Makin Tertarik Kunjungi Museum Semarajaya
Museum Semarajaya, Kota Semarapura, Klungkung, selama ini minim dikunjungi warga lokal.
SEMARAPURA, NusaBali
Hal ini membuat pihak UPTD Museum Semarajaya menggelar terobosan dengan program atraksi budaya Museum di Hatiku sejak 2017, lanjut Mei 2018.
Program ini pun cukup berhasil, ditandai adanya peningkatan kunjungan warga lokal ke museum milik Pemkab Klungkung ini. Selama September 2018 tercatat kunjungan warga lokal mencapai 200 orang lebih, terutama kalangan pelajar SD hingga SMA. Padahal sebelum digelar atraksi budaya Museum di Hatiku ini, kunjungan wisatawan lokal dalam setahun rata-rata 50 orang.
Kepala UPTD Museum Semarajaya, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung Cokorda Gede Nala Rukmaja mengatakan, antusias warga lokal untuk mengunjungi Museum Semarajaya mengalami peningkatan signifikan. Setelah digelar atraksi budaya Museum di Hatiku, karena lewat program ini digelar perbagai kegiatan di museum. Seperti pengenalan museum, lomba melukis, nenun kain, dan lainnya. "Tujuannya kami ingin lebih memperkenalkan tentang Museum Semarajaya," ujarnya, saat ditemuai Kamis (13/9).
Kata Cok Nala, pihaknya mengcek data kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara ke Klungkung, meningkat. Namun kunjungan ke museum minim. Sehingga dicarikan solusinya lewat atraksi budaya. Walhasil dengan langkah tersebut kunjungan semakin meningkat. "Program Museum di Hatiku ini akan dilaksanakan secara berkesinambungan," ujarnya.
Adapun rata-rata dalam sebulan kunjungan warga lokal sekitar 10-50 orang. Sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 2.000 orang/bulan dan wisatawan domestik 400 orang/bulan.
Minimnya kunjungan warga lokal ini, lanjut Cok Nala, terutama kalangan pelajar masih beranggapan museum itu hanya sebagai tempat untuk menyimpan benda kuno, bahkan tempat yang menakutkan.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Museum Semarajaya Ida Bagus Wibawa Adnyana mengatakan minimnya kunjungan warga lokal, salah satunya karena ada kesan bahwa di museum hanya menyimpan benda kuno saja. Bahkan ruang museum dikesankan tempat yang seram. Paradigma inilah yang akan diubah secara perlahan. “Banyak pelajaran tentang sejarah Klungkung yang bisa diperoleh lewat museum ini, terlebih sudah ada keterangan tentang benda-benda tersebut,” ujarnya belum lama ini. Museum Semarajaya dikelompokkan menjadi empat ruang. Dari selatan peninggalan tentang benda prasejarah, benda sejarah, tradisonal, dan paling utara tentang kesenian. *wan
Program ini pun cukup berhasil, ditandai adanya peningkatan kunjungan warga lokal ke museum milik Pemkab Klungkung ini. Selama September 2018 tercatat kunjungan warga lokal mencapai 200 orang lebih, terutama kalangan pelajar SD hingga SMA. Padahal sebelum digelar atraksi budaya Museum di Hatiku ini, kunjungan wisatawan lokal dalam setahun rata-rata 50 orang.
Kepala UPTD Museum Semarajaya, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung Cokorda Gede Nala Rukmaja mengatakan, antusias warga lokal untuk mengunjungi Museum Semarajaya mengalami peningkatan signifikan. Setelah digelar atraksi budaya Museum di Hatiku, karena lewat program ini digelar perbagai kegiatan di museum. Seperti pengenalan museum, lomba melukis, nenun kain, dan lainnya. "Tujuannya kami ingin lebih memperkenalkan tentang Museum Semarajaya," ujarnya, saat ditemuai Kamis (13/9).
Kata Cok Nala, pihaknya mengcek data kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara ke Klungkung, meningkat. Namun kunjungan ke museum minim. Sehingga dicarikan solusinya lewat atraksi budaya. Walhasil dengan langkah tersebut kunjungan semakin meningkat. "Program Museum di Hatiku ini akan dilaksanakan secara berkesinambungan," ujarnya.
Adapun rata-rata dalam sebulan kunjungan warga lokal sekitar 10-50 orang. Sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 2.000 orang/bulan dan wisatawan domestik 400 orang/bulan.
Minimnya kunjungan warga lokal ini, lanjut Cok Nala, terutama kalangan pelajar masih beranggapan museum itu hanya sebagai tempat untuk menyimpan benda kuno, bahkan tempat yang menakutkan.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Museum Semarajaya Ida Bagus Wibawa Adnyana mengatakan minimnya kunjungan warga lokal, salah satunya karena ada kesan bahwa di museum hanya menyimpan benda kuno saja. Bahkan ruang museum dikesankan tempat yang seram. Paradigma inilah yang akan diubah secara perlahan. “Banyak pelajaran tentang sejarah Klungkung yang bisa diperoleh lewat museum ini, terlebih sudah ada keterangan tentang benda-benda tersebut,” ujarnya belum lama ini. Museum Semarajaya dikelompokkan menjadi empat ruang. Dari selatan peninggalan tentang benda prasejarah, benda sejarah, tradisonal, dan paling utara tentang kesenian. *wan
Komentar