Ribuan Krama Ikuti Melasti dengan Gelar Lantaran Sejauh 18 Km
Karya Mamungkah di Pura Penataran Agung
AMLAPURA, NusaBali
Upacara melasti jelang Karya Mamungkah lan Nubung Daging di Pura Kahyangan Jagat Penataran Agung, Banjar/Desa Pakraman Nangka, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem pada Saniscara Pon Ugu, Sabtu (15/9) ditandai menggelar lantaran (alas) sejauh 18 kilometer. Pralingga dan Pratima Ida Bhatara Putra Jaya atau Ida Bhatara Gunung Agung yang diusung pangayah dari Pura Kahyangan Jagat hingga Pantai Jasri Kelod, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem tidak boleh menyentuh jalan aspal atau jalan tanah. Mereka harus melintasi lantaran tersebut.
Ida Bhatara Kabeh yang diusung terdiri dari 14 jempana, mulai diusung dan berangkat dari Pura Kahyangan Jagat penataran ke Pantai Jasri Kelod pukul 06.00 WITA. Di sepanjang perjalanan melintasi 15 desa pakraman, tiap desa pakraman ikut ngayah melasti hingga jumlah krama membeludak hingga mencapai 25.000 orang lebih.
Ke -15 desa pakraman yang dilalui, yakni Nangka, Dangin Sema, Linggasana, Komala, Buana Giri, Bukit Paon, Budakeling, Liligundi, Saren Anyar, Saren Kauh, Dukuh, Padangkerta, Subagan, Galiran dan Jasri.
Khusus untuk lantaran yang terpasang ada pangayah yang menggelar, kain putih dipasang jarak 1,5 kilometer di depan iring-iringan. Selanjutnya krama yang hadir menuangkan beras kuning dan canang di pinggir kanan dan kiri kain. Iring-iringan paling depan lontek, pajeng (payung), lamak dan atribut suci lainnya, disusul canang rawis, pasepan (kayu api dibakar), dan diakhiri mengusung 14 jempana (pralingga) yang di dalamnya berisi benda-benda sacral.
Mengenai lantaran 18 kilometer, baru pertama kali digelar di Karangasem. Selama ini tidak ada ritual unik seperti ini. Walau mengenal lantaran, hanya terpasang saat menggelar upacara mendak tirta di depan jabaan pura.
Lantaran sepanjang 18 kilometer itu menghabiskan 890 rol kain. Semuanya merupakan punia dari umat sedharma yang ngayah di Pura Kahyangan Jagat Penataran Agung, jelang Karya Mamungkah Lan Nubung Daging yang puncak karya digelar pada Soma Paing Klawu, Senin (24/9).
Sedangkan di Pantai Banjar Jasri Kelod, prosesi melasti dipuput dua Ida Pedanda, yakni Ida Pedanda Gede Oka Pinatih dari Gria Taman Ulon, Banjar/Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, dan Ida Pedanda Gede Made Jelantik Karang dari Griya Karang, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem.
Rangkaian melasti juga mementaskan tari rejang dewa dari STT Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem dikoordinasikan I Gusti Utami, tari rejang renteng dari Pemkab Karangasem, dan tari topeng Sidha Karya dibawakan tiga penari, yaitu I Wayan Pasek Baris, Ida Ketut Prayoga dan I Komang Parwata dari Pemkab Karangasem.
Melasti diakhiri mohon tirtha ke tengah laut dengan disertai mempersembahkan banten pakelem ke Ida Bhatara Baruna, sebagai penguasa lautan. Panitia Seksi Upacara Ida Wayan Jelantik Oyo menjelaskan, melasti bertujuan untuk melepas segala bentuk cuntaka atau kotoran bathin. “Tempat melebur segala kotoran adalah di laut, tempat nganyut kotoran juga di laut, artinya laut sebagai penetral, sehingga kembali suci,” jelas Ida Wayan Jelantik Oyo.
Ida Wayan Jelantik Oyo menambahkan, laut sebenarnya merupakan pelebur agung segala kotoran bathin. Pangrajeg Karya, Ida Made Alit juga mengatakan sebelum menuju puncak Karya Mamungkah lan Nubung Daging, sangat penting menggelar upacara melasti. “Sehingga segala kotoran bathin yang melekat kembali jadi suci, kotoran bathin pangayah juga perlu disucikan agar dilandasi pikiran yang suci suntuk ngayah,” jelas Ida Made Alit.
Melasti kemarin berlangsung selama 13 jam. Berangkat pukul 06.00 WITA tiba di Pantai Jasri Kelod 12.00 WITA dan kembali pukul 19.00 WITA. Setiba di Pura Kahyangan Jagat Penataran Agung digelar upacara mendak (menyambut) Ida Bhatara Tirtha dipuput dua Ida Pedanda, yakni Ida Pedanda Wayan Sogata dari Griya Tianyar, Banjar Eka Adnyana, Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu dan Ida Pedanda Gede Putu Ngenjung dari Griya Keniten, Banjar/Desa Duda. *k16
Ida Bhatara Kabeh yang diusung terdiri dari 14 jempana, mulai diusung dan berangkat dari Pura Kahyangan Jagat penataran ke Pantai Jasri Kelod pukul 06.00 WITA. Di sepanjang perjalanan melintasi 15 desa pakraman, tiap desa pakraman ikut ngayah melasti hingga jumlah krama membeludak hingga mencapai 25.000 orang lebih.
Ke -15 desa pakraman yang dilalui, yakni Nangka, Dangin Sema, Linggasana, Komala, Buana Giri, Bukit Paon, Budakeling, Liligundi, Saren Anyar, Saren Kauh, Dukuh, Padangkerta, Subagan, Galiran dan Jasri.
Khusus untuk lantaran yang terpasang ada pangayah yang menggelar, kain putih dipasang jarak 1,5 kilometer di depan iring-iringan. Selanjutnya krama yang hadir menuangkan beras kuning dan canang di pinggir kanan dan kiri kain. Iring-iringan paling depan lontek, pajeng (payung), lamak dan atribut suci lainnya, disusul canang rawis, pasepan (kayu api dibakar), dan diakhiri mengusung 14 jempana (pralingga) yang di dalamnya berisi benda-benda sacral.
Mengenai lantaran 18 kilometer, baru pertama kali digelar di Karangasem. Selama ini tidak ada ritual unik seperti ini. Walau mengenal lantaran, hanya terpasang saat menggelar upacara mendak tirta di depan jabaan pura.
Lantaran sepanjang 18 kilometer itu menghabiskan 890 rol kain. Semuanya merupakan punia dari umat sedharma yang ngayah di Pura Kahyangan Jagat Penataran Agung, jelang Karya Mamungkah Lan Nubung Daging yang puncak karya digelar pada Soma Paing Klawu, Senin (24/9).
Sedangkan di Pantai Banjar Jasri Kelod, prosesi melasti dipuput dua Ida Pedanda, yakni Ida Pedanda Gede Oka Pinatih dari Gria Taman Ulon, Banjar/Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, dan Ida Pedanda Gede Made Jelantik Karang dari Griya Karang, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem.
Rangkaian melasti juga mementaskan tari rejang dewa dari STT Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem dikoordinasikan I Gusti Utami, tari rejang renteng dari Pemkab Karangasem, dan tari topeng Sidha Karya dibawakan tiga penari, yaitu I Wayan Pasek Baris, Ida Ketut Prayoga dan I Komang Parwata dari Pemkab Karangasem.
Melasti diakhiri mohon tirtha ke tengah laut dengan disertai mempersembahkan banten pakelem ke Ida Bhatara Baruna, sebagai penguasa lautan. Panitia Seksi Upacara Ida Wayan Jelantik Oyo menjelaskan, melasti bertujuan untuk melepas segala bentuk cuntaka atau kotoran bathin. “Tempat melebur segala kotoran adalah di laut, tempat nganyut kotoran juga di laut, artinya laut sebagai penetral, sehingga kembali suci,” jelas Ida Wayan Jelantik Oyo.
Ida Wayan Jelantik Oyo menambahkan, laut sebenarnya merupakan pelebur agung segala kotoran bathin. Pangrajeg Karya, Ida Made Alit juga mengatakan sebelum menuju puncak Karya Mamungkah lan Nubung Daging, sangat penting menggelar upacara melasti. “Sehingga segala kotoran bathin yang melekat kembali jadi suci, kotoran bathin pangayah juga perlu disucikan agar dilandasi pikiran yang suci suntuk ngayah,” jelas Ida Made Alit.
Melasti kemarin berlangsung selama 13 jam. Berangkat pukul 06.00 WITA tiba di Pantai Jasri Kelod 12.00 WITA dan kembali pukul 19.00 WITA. Setiba di Pura Kahyangan Jagat Penataran Agung digelar upacara mendak (menyambut) Ida Bhatara Tirtha dipuput dua Ida Pedanda, yakni Ida Pedanda Wayan Sogata dari Griya Tianyar, Banjar Eka Adnyana, Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu dan Ida Pedanda Gede Putu Ngenjung dari Griya Keniten, Banjar/Desa Duda. *k16
1
Komentar