Aksi Teaterikal Tolak APACT 12th di Buleleng
Stakeholder pertembakauan kembali mengumandangkan penolakan Asian Pasific Conference on Tobacco or Health (APACT) 12th yang berlangsung di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
SINGARAJA, NusaBali
Mereka yang terdiri dari Komunikas Kretek Indonesia, Komite Nasional Pelestari Kretek (KNPK), Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) dan Asosiasi Petani Cengkih Indonesia (APCI) melakukan aksi teaterikal sebagai bentuk perlawanan pada, Sabtu (15/9) pagi. Aksi penolakan kreatif itu dipentaskan di lima titik di kabupaten Buleleng.
Rombongan stakeholder pertembakauan yang sudah menyiapkan diri dengan dandanan dan kostum untuk pentas teater, bergerak dari RTH Bung Karno. Selanjutnya mereka melanjutkan pementasan di RTH Panji Sakti, Taman Makam Pahlawan Curastana, Eks Pelabuhan Buleleng dan terakhir di Pantai Penimbangan.
Kostum dan dandanan pemain teater yang cukup mencolok mengundang simpati warga. Dalam durasi yang singkat rombongan penolak APACT 12th itu mengemas cerita tentangan ancaman peniadaan lahan tembakau dan Industri Hasil Tembakau (IHT) yang menjadi wacana utama dalam penyelenggaraan APACT 12th. Dalam sejumlah adegan yang dimainkan di akhir cerita seluruh elemen terkait baik petani, buruh, akademisi dan konsumen rokok bersatu memperjuangkan kedaulatan IHT.
Koordinator Lapangan (korlap) aksi, Jibal Windiaz mengungkapkan dengan aksi itu pihaknya ingin menyuarakan penolakan dan perlawanan APACT 12th. “Kami melawan cengkraman kapitalis global atas IHT yang member banyak sumbangsih besar kepada negara dan masyarakat kecil,” ujar dia. Sementara itu Ketua Komunitas Kretek Indonesi, Aditya Purnomo mengaku memilih Buleleng sebagai tempat aksi penolakan, mengingat Buleleng memiliki lahan tembakau dan cengkih sebagai komoditas unggulan Pertanian terbesar di Bali.
Sehingga jika Frame Work Convention Non Tobacco Control (FCTC) yang membatasi penanaman tembakau ditandatangani maka yang paling terdampak adalah petani yang ada di Buleleng.
“Perlawanan kami atas APACT 12th di Nusa Dua, kami anggap bertentangan dan mengancam IHTkita di Indonesia. Padahal IHT merupakan satu sektor yang mendorong program Nawacita dan SDG’s, bukan sebaliknya,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, stakeholder pertembakauan Indonesia sempat melakukan penolakan terhadap APACT 12th yang berlangsung dari tanggal 13-15 September di Nusa Dua, Badung, Bali, dengan peluncuran policy paper. Dalam buku yang disusun 7 dosen ternama di Indonesia, memaparkan soal fakta dan kerugian apabila pengendalian tanaman tembakau di Indonesia benar-benar terjadi. *k23
Rombongan stakeholder pertembakauan yang sudah menyiapkan diri dengan dandanan dan kostum untuk pentas teater, bergerak dari RTH Bung Karno. Selanjutnya mereka melanjutkan pementasan di RTH Panji Sakti, Taman Makam Pahlawan Curastana, Eks Pelabuhan Buleleng dan terakhir di Pantai Penimbangan.
Kostum dan dandanan pemain teater yang cukup mencolok mengundang simpati warga. Dalam durasi yang singkat rombongan penolak APACT 12th itu mengemas cerita tentangan ancaman peniadaan lahan tembakau dan Industri Hasil Tembakau (IHT) yang menjadi wacana utama dalam penyelenggaraan APACT 12th. Dalam sejumlah adegan yang dimainkan di akhir cerita seluruh elemen terkait baik petani, buruh, akademisi dan konsumen rokok bersatu memperjuangkan kedaulatan IHT.
Koordinator Lapangan (korlap) aksi, Jibal Windiaz mengungkapkan dengan aksi itu pihaknya ingin menyuarakan penolakan dan perlawanan APACT 12th. “Kami melawan cengkraman kapitalis global atas IHT yang member banyak sumbangsih besar kepada negara dan masyarakat kecil,” ujar dia. Sementara itu Ketua Komunitas Kretek Indonesi, Aditya Purnomo mengaku memilih Buleleng sebagai tempat aksi penolakan, mengingat Buleleng memiliki lahan tembakau dan cengkih sebagai komoditas unggulan Pertanian terbesar di Bali.
Sehingga jika Frame Work Convention Non Tobacco Control (FCTC) yang membatasi penanaman tembakau ditandatangani maka yang paling terdampak adalah petani yang ada di Buleleng.
“Perlawanan kami atas APACT 12th di Nusa Dua, kami anggap bertentangan dan mengancam IHTkita di Indonesia. Padahal IHT merupakan satu sektor yang mendorong program Nawacita dan SDG’s, bukan sebaliknya,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, stakeholder pertembakauan Indonesia sempat melakukan penolakan terhadap APACT 12th yang berlangsung dari tanggal 13-15 September di Nusa Dua, Badung, Bali, dengan peluncuran policy paper. Dalam buku yang disusun 7 dosen ternama di Indonesia, memaparkan soal fakta dan kerugian apabila pengendalian tanaman tembakau di Indonesia benar-benar terjadi. *k23
Komentar