Puluhan Rumah Baliaga Diinventarisir
Dinas Kebudayaan Buleleng saat ini tengah menginventarisir rumah adat di Desa Baliaga yakni Desa Sidetapa, Cempaga, Tigawasa, dan Padawa (SCTP) di Kecamatan Banjar.
SINGARAJA, NusaBali
Rumah adat dengan keunikannya itu rencananya akan direvitalisasi sebagai upaya pelestarian budaya. Dari hasil pemantauan sementara tim Dinas Kebudayaan, saat ini di Desa Padawa dan Sidetapa masih ditemukan sekitar 30 unit rumah adat di tengah gempuran modernisasi. Rumah-rumah itu pun masih ditempati oleh warga. Bahkan rata-rata disebut sudah berumur 50-75 tahun. Hanya saja arsitektur dan bahan aslinya beberapa ada yang sudah diganti. Terutama di bagian atap dan dinding.
Rumah adat di dua desa tua itu menggunakan sarana tanah liat di bagian dasar bangunan berlantai tanah. Sedangkan dindingnya menggunakan bahan dari anyaman bambu dan atapnya menggunakan daun ilalang. Karena usia rumah yang kini dihubi turun temurun oleh warga setempat, beberapa dindingnya sudah nampak keropos dan terpaksa ada yang sudha diganti dengan yang baru. Perubahan jelas juga terjadi pada bagian atap yang dulu menggunakan atap ilalang saat ini diganti dengan genting, karena masyarakat kesulitan mendapatkan ilalang saat ini.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang dihubungi Selasa (18/9), mengatakan pendataan rumah adat itu rencanya akan diusulkan ke pemerintah pusat untuk direvitalisasi. “Itu kan rumah adat yang sudah langka di Buleleng di zaman bali pulina. Rumah adat itu juga menyangkut masalah kebudayaan sehingga perlu dipertahankan jangan sampai hilang,” ujarnya melalui sambungan telepon.
Ia menjelaskan, jika usulan Disbud Buleleng disetujui pusat, rumah-rumah adat itu akan direvitalisasi atau dikembalikan seperti arsitektur semula dengan persetujuan masyarakat setempat. Bahkan ke depannya rumah-rumah adat itu disebut akan menunjang perjalanan wisata di desa Baliaga.
Rumah adat di Desa Padawa dan Sidatapa memiliki keunikan. Masyarakat setempat yang merupakan penduduk Baliaga membangun sebuah rumah tidak hanya sebagai tempat berlindung dari panas dan dingin. Bahkan di dalam rumah yang maksimal terdiri terdiri dari dua kamar masih satu atap, tidak hanya terdapat dapur dan tempat tidur, tetapi juga palinggih sebagai tempat pemujaan leluhur dan Ida Sanghyang Widhi/Tuhan. *k23
Rumah adat di dua desa tua itu menggunakan sarana tanah liat di bagian dasar bangunan berlantai tanah. Sedangkan dindingnya menggunakan bahan dari anyaman bambu dan atapnya menggunakan daun ilalang. Karena usia rumah yang kini dihubi turun temurun oleh warga setempat, beberapa dindingnya sudah nampak keropos dan terpaksa ada yang sudha diganti dengan yang baru. Perubahan jelas juga terjadi pada bagian atap yang dulu menggunakan atap ilalang saat ini diganti dengan genting, karena masyarakat kesulitan mendapatkan ilalang saat ini.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang dihubungi Selasa (18/9), mengatakan pendataan rumah adat itu rencanya akan diusulkan ke pemerintah pusat untuk direvitalisasi. “Itu kan rumah adat yang sudah langka di Buleleng di zaman bali pulina. Rumah adat itu juga menyangkut masalah kebudayaan sehingga perlu dipertahankan jangan sampai hilang,” ujarnya melalui sambungan telepon.
Ia menjelaskan, jika usulan Disbud Buleleng disetujui pusat, rumah-rumah adat itu akan direvitalisasi atau dikembalikan seperti arsitektur semula dengan persetujuan masyarakat setempat. Bahkan ke depannya rumah-rumah adat itu disebut akan menunjang perjalanan wisata di desa Baliaga.
Rumah adat di Desa Padawa dan Sidatapa memiliki keunikan. Masyarakat setempat yang merupakan penduduk Baliaga membangun sebuah rumah tidak hanya sebagai tempat berlindung dari panas dan dingin. Bahkan di dalam rumah yang maksimal terdiri terdiri dari dua kamar masih satu atap, tidak hanya terdapat dapur dan tempat tidur, tetapi juga palinggih sebagai tempat pemujaan leluhur dan Ida Sanghyang Widhi/Tuhan. *k23
Komentar