Siswa SMK PGRI Amlapura Terobsesi Buat Film Dokumenter
Siswa SMK PGRI Amlapura, I Gede Andika Budi Permana, terobsesi mendokumentasikan Karangasem melalui film dokumenter.
AMLAPURA, NusaBali
Harapannya catatan sejarah dan seluruh dokumen bisa diamankan secara utuh. Obsesi itu lahir setelah kelas XII Program Keahlian Multimedia itu meraih medali perak lomba Film Dokumenter tahun 2018 di Aceh 2018.
Film dokumenter tentang Karangasem telah ia mulai dengan film bertemakan TPA (Tempat Penitipan Akhir) Museum Pustaka Lontar di Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kecamatan Karangasem. Film dokumenter tentang museum lontar itulah yang mengantarkannya meraih medali perak di Aceh. “Saya ingin mendokumentasikan Karangasem lebih banyak lagi agar perjalanan sejarah terselamatkan,” ungkap Andika Budi Permana, Selasa (18/9).
Siswa asal Banjar Desa, Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem ini sangat serius mendalami perfilman. Apalagi cita-citanya ingin jadi sutradara. Di samping juga menggeluti fotografi. Siswa kelahiran 12 Oktober 2000 ini juga pernah meraih juara I Lomba Foto Tingkat Nasional Jakarta 2017. Ia mengaku menemui beberapa kendala saat membuat film dokumenter untuk lomba nasional. Narasumber yang diwawancarai hanya tiga yakni pemerhati lontar I Dewa Ayu Puspita Padmi, Ida I Dewa Gede Catra, dan Bendesa Pakraman Dukuh Penaban Jro Nengah Suarya.
Kendala yang dihadapi yakni mengambil gambar di lokasi selama tiga hari, tetapi editingnya cukup lama hingga 7 hari. Padahal durasinya hanya 8 menit 49 detik. Menurutnya, belum banyak film dokumenter yang dibuat khusus mendokumentasikan tentang Karangasem. “Makanya saya tertarik menggarap itu,” tegasnya. Andika Budi Permana optimis film dokumenter jadi peluang menjanjikan. “Membuat film dokumenter dan jadi fotografer adalah hobi. Dari hobi yang menyenangkan bisa mendatangkan hasil. Kan lebih menyenangkan lagi jadinya,” ungkapnya. *k16
Film dokumenter tentang Karangasem telah ia mulai dengan film bertemakan TPA (Tempat Penitipan Akhir) Museum Pustaka Lontar di Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kecamatan Karangasem. Film dokumenter tentang museum lontar itulah yang mengantarkannya meraih medali perak di Aceh. “Saya ingin mendokumentasikan Karangasem lebih banyak lagi agar perjalanan sejarah terselamatkan,” ungkap Andika Budi Permana, Selasa (18/9).
Siswa asal Banjar Desa, Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem ini sangat serius mendalami perfilman. Apalagi cita-citanya ingin jadi sutradara. Di samping juga menggeluti fotografi. Siswa kelahiran 12 Oktober 2000 ini juga pernah meraih juara I Lomba Foto Tingkat Nasional Jakarta 2017. Ia mengaku menemui beberapa kendala saat membuat film dokumenter untuk lomba nasional. Narasumber yang diwawancarai hanya tiga yakni pemerhati lontar I Dewa Ayu Puspita Padmi, Ida I Dewa Gede Catra, dan Bendesa Pakraman Dukuh Penaban Jro Nengah Suarya.
Kendala yang dihadapi yakni mengambil gambar di lokasi selama tiga hari, tetapi editingnya cukup lama hingga 7 hari. Padahal durasinya hanya 8 menit 49 detik. Menurutnya, belum banyak film dokumenter yang dibuat khusus mendokumentasikan tentang Karangasem. “Makanya saya tertarik menggarap itu,” tegasnya. Andika Budi Permana optimis film dokumenter jadi peluang menjanjikan. “Membuat film dokumenter dan jadi fotografer adalah hobi. Dari hobi yang menyenangkan bisa mendatangkan hasil. Kan lebih menyenangkan lagi jadinya,” ungkapnya. *k16
1
Komentar