16 WNI Dijual Rp 400 Jutaan ke China
Mereka disekap dan dikawinkan paksa, Jokowi diminta turun tangan
JAKARTA, NusaBali
Praktik perdagangan manusia ke China atau Tiongkok terungkap. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendapat aduan dari keluarga korban yang anak-anaknya dijual ke China senilai Rp 400 juta. "Berdasarkan pengakuan korban, mereka diperjualbelikan oleh calo atau agen perusahaan dengan nilai Rp 400 juta per orang," kata Koordinator Jaringan Advokasi Rakyat PSI Muannas Alaidid di DPP PSI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (19/9) seperti dilansir detik.
Muannas mengatakan informasi ratusan juta itu didapat ketika para korban meminta dipulangkan oleh suaminya di China. Korban yang dikawin paksa di China ditahan pulang ke Indonesia karena merasa sudah membeli dengan harga ratusan juta.
"Jadi 400 juta diperoleh berdasarkan informasi korban yang bertanya pada suaminya di Tiongkok. Ketika dia ingin pulang direspons, 'kamu tuh sudah saya beli. Saya kasih agen kamu Rp 400 juta'. Jadi dia menduga dijual oleh agen itu," lanjut Muannas.
Dia pun menilai praktik jual-beli manusia ke China ini sebagai perbuatan yang biadab. Dia meminta pemerintah ikut andil dalam pemulangan belasan WNI yang sampai saat ini masih disekap.
"Ini akan menyedihkan jika negara tidak hadir dalam persoalan ini di mana melakukan pembiaran karena ini sudah terlalu lama dilaporkan di Mapolda Jabar, kurang-lebih sekitar 5 bulan. Kalau kemudian aparatur terkait Menlu, institusi kepolisian atau misalnya lembaga perlindungan warga negara yang melakukan pembiaran terhadap ini, ya situasi ini akan mengundang banyak kecaman dari masyarakat," sambungnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PSI Grace Natalie mengatakan ada 16 WNI yang dijual ke China untuk dikawin kontrak. Mereka masih disekap dengan keadaan yang memprihatinkan. Kebanyakan WNI yang dijual masih di bawah usia 30 tahun. Bahkan ada yang di bawah umur.
Dari 16 korban, 8 orang di antaranya sudah teridentifikasi KBRI. Untuk sebarannya, Muannas menyebut 8 orang tercatat berada di Provinsi Hainan, 3 orang berada di Anhui, dan 5 korban yang belum diketahui keberadaannya.
"Sekarang kondisinya memprihatinkan, mereka disekap diberi makan lewat jendela, ada foto menunjukkan luka. Waktu ngobrol di atas ada foto luka di kepala, ada juga keponakan Ibu Yuni yang baru operasi caesar 4 bulan, sekarang dipaksa menikah berhubungan seks. Jadi kondisi memprihatinkan dan mereka terjebak di negara jauh, nggak bisa pulang," katanya. Mereka juga disiksa dan harus sembunyi-sembunyi untuk melakukan komunikasi dengan keluarga di Indonesia.
"Mereka punya handphone, ketika mereka masuk ke rumah, mereka berhasil menyembunyikan itu (hp) yang bisa buat komunikasi dengan keluarganya. Mereka hanya memanfaatkan Wifi di mana tempat mereka disekap. Jadi setelah komunikasi mereka matikan supaya hemat," paparnya. Muannas menambahkan, 16 WNI yang dijual ke Tiongkok berasal dari Purwakarta, Subang, Bandung, Tangerang, dan Tegal. Korban diimingi pekerjaan dan gaji besar sebagai penjual kosmetik di Tiongkok.*
Praktik perdagangan manusia ke China atau Tiongkok terungkap. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendapat aduan dari keluarga korban yang anak-anaknya dijual ke China senilai Rp 400 juta. "Berdasarkan pengakuan korban, mereka diperjualbelikan oleh calo atau agen perusahaan dengan nilai Rp 400 juta per orang," kata Koordinator Jaringan Advokasi Rakyat PSI Muannas Alaidid di DPP PSI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (19/9) seperti dilansir detik.
Muannas mengatakan informasi ratusan juta itu didapat ketika para korban meminta dipulangkan oleh suaminya di China. Korban yang dikawin paksa di China ditahan pulang ke Indonesia karena merasa sudah membeli dengan harga ratusan juta.
"Jadi 400 juta diperoleh berdasarkan informasi korban yang bertanya pada suaminya di Tiongkok. Ketika dia ingin pulang direspons, 'kamu tuh sudah saya beli. Saya kasih agen kamu Rp 400 juta'. Jadi dia menduga dijual oleh agen itu," lanjut Muannas.
Dia pun menilai praktik jual-beli manusia ke China ini sebagai perbuatan yang biadab. Dia meminta pemerintah ikut andil dalam pemulangan belasan WNI yang sampai saat ini masih disekap.
"Ini akan menyedihkan jika negara tidak hadir dalam persoalan ini di mana melakukan pembiaran karena ini sudah terlalu lama dilaporkan di Mapolda Jabar, kurang-lebih sekitar 5 bulan. Kalau kemudian aparatur terkait Menlu, institusi kepolisian atau misalnya lembaga perlindungan warga negara yang melakukan pembiaran terhadap ini, ya situasi ini akan mengundang banyak kecaman dari masyarakat," sambungnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PSI Grace Natalie mengatakan ada 16 WNI yang dijual ke China untuk dikawin kontrak. Mereka masih disekap dengan keadaan yang memprihatinkan. Kebanyakan WNI yang dijual masih di bawah usia 30 tahun. Bahkan ada yang di bawah umur.
Dari 16 korban, 8 orang di antaranya sudah teridentifikasi KBRI. Untuk sebarannya, Muannas menyebut 8 orang tercatat berada di Provinsi Hainan, 3 orang berada di Anhui, dan 5 korban yang belum diketahui keberadaannya.
"Sekarang kondisinya memprihatinkan, mereka disekap diberi makan lewat jendela, ada foto menunjukkan luka. Waktu ngobrol di atas ada foto luka di kepala, ada juga keponakan Ibu Yuni yang baru operasi caesar 4 bulan, sekarang dipaksa menikah berhubungan seks. Jadi kondisi memprihatinkan dan mereka terjebak di negara jauh, nggak bisa pulang," katanya. Mereka juga disiksa dan harus sembunyi-sembunyi untuk melakukan komunikasi dengan keluarga di Indonesia.
"Mereka punya handphone, ketika mereka masuk ke rumah, mereka berhasil menyembunyikan itu (hp) yang bisa buat komunikasi dengan keluarganya. Mereka hanya memanfaatkan Wifi di mana tempat mereka disekap. Jadi setelah komunikasi mereka matikan supaya hemat," paparnya. Muannas menambahkan, 16 WNI yang dijual ke Tiongkok berasal dari Purwakarta, Subang, Bandung, Tangerang, dan Tegal. Korban diimingi pekerjaan dan gaji besar sebagai penjual kosmetik di Tiongkok.*
Komentar