Besok, Patung GWK Diresmikan Jokowi
Setelah dikerjakan selama 28 tahun sejak 1990, maha karya fenomenal Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang dirancang oleh maestro seniman ternama Bali, Nyoman Nuarta, akhirnya tuntas.
MANGUPURA, NusaBali
GWK yang berlokasi di Bukit Ungasan, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini rencananya akan diresmikan Presiden Jokowi bertepatan Tumpek Wayang pada Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu (22/9) besok.
Dengan peresmian oleh Presiden Jokowi, maka GWK sudah siap dan layak untuk dijadikan sebagai salah satu objek yang akan dikunjungi para delegasi Annual Meeting IMF-WB di Bali, 8-14 Oktober 2018 mendatang. Rencananya, GWK akan menjadi tempat gala dinner para delegasi Annual Meeting IMF-WB, yang mencapai 15.000 orang lebih dari 189 negara. GWK akan menjadi ikon tersendiri bagi Bali, bahkan Indonesia, di mata dunia internasonal.
Panitia Persiapan Peresmian Patung GWK, Maha, mengungkapkan hingga saat ini jadwal Presiden Jokowi datang ke Bali untuk meresmikan GWK tidak ada perubahan. Artinya, sesuai jadwal, GWK tetap akan diresmikan Jokowi, Sabtu besok.
“Ya, rencananya yang meresmikan Patung GWK nanti adalah Presiden Jokowi. Namun, belum tahu kepastiannya dari protokoler kepresidenan. Hingga saat ini tidak ada perubahan rencana kedatangan Presiden,” ungkap Maha saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis (20/9).
Maha mengakui persiapan peresmian Patung GWK saat ini sedang dalam proses. “Yang jelas, acara peresmiannya nanti langsung digelar di pelataran GWK yang baru dibangun. Saat peresmian itu nanti akan digelar event merajut Indonesia Esa,” tandas Maha.
Patung GWK itu sendiri digagas seniman Nyoman Nuarta tahun 1989 dan mulai dikerjakan pada 1990. Patung megang setinggi 121 meter di atas permukaan tanah atau atau 271 meter di atas permukaan laut ini berdiri megah di atas perbukitan lahan seluas 60 hektare.
Pengerjaan patung yang memakan waktu 28 tahun ini melalui proses kajian yang mendalam dan menyeluruh. Termasuk kajian terhadap tanah, bentangan alam, ketahanan terhadap cuaca, angin, hingga dampak terhadap lingkungan sekitar. Proses kajian yang mendalam dan menyeluruh ini membuat Patung GWK yang menjadi ikon pariwisata Bali dan Indonesia ini dijamin dapat bertahan selama seabad (100 tahun).
Pembangunan Patung GWK yang terbentuk dari 754 modul dengan bahan dasar baja ini adalah sebuah mahakarya jalinan seni, teknologi, dan sains. Kulit patung diperkirakan baru akan hancur setelah mendapatkan hempasan angin dengan kecepatan 250 kilometer per jam. Sementara kekuatan angin di Bali hanya mencapai 70 kilometer per jam.
Patung baja dengan berat total 3.000 ton ini ditopang oleh pedestal penyangga. Semua beban patung disalurkan melalui konstruksi core atau inti pada beton bertulang di pedestal yang berukuran 30 meter x 30 meter, dengan ketebalan dinding inti atau shearwall mencapai 50 cm.
Setelah melewati proses yang panjang dengan tantangan dan hambatan yang dialami, Patung GWK yang dikerjakan 120 pekerja dari PT Alam Sutera Realty ini akhirnya tuntas, 31 Juli 2018. Patung yang berdiri megah dan kokoh ini pun dipromosikan ke seluruh dunia.
Sementara, tahapan paling sakral dalam proses pembangunan Patung GWK adalah prosesi pemasang mahkota seberat 3,5 ton pada Radite Kliwon Sungsang, Minggu, 20 Mei 2018 lalu. Mahkota dipasangkan di kepala Dewa Wisnu setelah upacara ritual ngrastiti dan pecaruan pagi itu, yang dihadiri langsung Gubernur Bali (waktu itu) Made Mangku Pastika.
Mahkota seberat 3,5 ton yang terbuat dari baja dilapisi mosaik emas itu berdiameter sekitar 4 meter dengan tinggi 3 meter, karya pematung Nyoman Nuarta. Proses pemasangan mahkota diawali dengan upacara ritual ngrastiti dan pecaruan yang dipuput (dipimpin) empat sulinggih, yakni Ida Pedanda Putra Telabah (dari Griya Telabah Denpasar), Ida Pedanda Gede Oka Mas (dari Griya Satria Denpasar), Ida Pedanda Gede Ngurah Putra Keniten (dari Griya Kediri Sangeh, Kecamatan Abi-ansemal, Badung), dan Ida Pedanda Budha (dari Griya Gunung Sari, Desa Peliatan Kecamatan Ubud), serta Ida Rsi Agung Dewan Pemecutan. *po
GWK yang berlokasi di Bukit Ungasan, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini rencananya akan diresmikan Presiden Jokowi bertepatan Tumpek Wayang pada Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu (22/9) besok.
Dengan peresmian oleh Presiden Jokowi, maka GWK sudah siap dan layak untuk dijadikan sebagai salah satu objek yang akan dikunjungi para delegasi Annual Meeting IMF-WB di Bali, 8-14 Oktober 2018 mendatang. Rencananya, GWK akan menjadi tempat gala dinner para delegasi Annual Meeting IMF-WB, yang mencapai 15.000 orang lebih dari 189 negara. GWK akan menjadi ikon tersendiri bagi Bali, bahkan Indonesia, di mata dunia internasonal.
Panitia Persiapan Peresmian Patung GWK, Maha, mengungkapkan hingga saat ini jadwal Presiden Jokowi datang ke Bali untuk meresmikan GWK tidak ada perubahan. Artinya, sesuai jadwal, GWK tetap akan diresmikan Jokowi, Sabtu besok.
“Ya, rencananya yang meresmikan Patung GWK nanti adalah Presiden Jokowi. Namun, belum tahu kepastiannya dari protokoler kepresidenan. Hingga saat ini tidak ada perubahan rencana kedatangan Presiden,” ungkap Maha saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis (20/9).
Maha mengakui persiapan peresmian Patung GWK saat ini sedang dalam proses. “Yang jelas, acara peresmiannya nanti langsung digelar di pelataran GWK yang baru dibangun. Saat peresmian itu nanti akan digelar event merajut Indonesia Esa,” tandas Maha.
Patung GWK itu sendiri digagas seniman Nyoman Nuarta tahun 1989 dan mulai dikerjakan pada 1990. Patung megang setinggi 121 meter di atas permukaan tanah atau atau 271 meter di atas permukaan laut ini berdiri megah di atas perbukitan lahan seluas 60 hektare.
Pengerjaan patung yang memakan waktu 28 tahun ini melalui proses kajian yang mendalam dan menyeluruh. Termasuk kajian terhadap tanah, bentangan alam, ketahanan terhadap cuaca, angin, hingga dampak terhadap lingkungan sekitar. Proses kajian yang mendalam dan menyeluruh ini membuat Patung GWK yang menjadi ikon pariwisata Bali dan Indonesia ini dijamin dapat bertahan selama seabad (100 tahun).
Pembangunan Patung GWK yang terbentuk dari 754 modul dengan bahan dasar baja ini adalah sebuah mahakarya jalinan seni, teknologi, dan sains. Kulit patung diperkirakan baru akan hancur setelah mendapatkan hempasan angin dengan kecepatan 250 kilometer per jam. Sementara kekuatan angin di Bali hanya mencapai 70 kilometer per jam.
Patung baja dengan berat total 3.000 ton ini ditopang oleh pedestal penyangga. Semua beban patung disalurkan melalui konstruksi core atau inti pada beton bertulang di pedestal yang berukuran 30 meter x 30 meter, dengan ketebalan dinding inti atau shearwall mencapai 50 cm.
Setelah melewati proses yang panjang dengan tantangan dan hambatan yang dialami, Patung GWK yang dikerjakan 120 pekerja dari PT Alam Sutera Realty ini akhirnya tuntas, 31 Juli 2018. Patung yang berdiri megah dan kokoh ini pun dipromosikan ke seluruh dunia.
Sementara, tahapan paling sakral dalam proses pembangunan Patung GWK adalah prosesi pemasang mahkota seberat 3,5 ton pada Radite Kliwon Sungsang, Minggu, 20 Mei 2018 lalu. Mahkota dipasangkan di kepala Dewa Wisnu setelah upacara ritual ngrastiti dan pecaruan pagi itu, yang dihadiri langsung Gubernur Bali (waktu itu) Made Mangku Pastika.
Mahkota seberat 3,5 ton yang terbuat dari baja dilapisi mosaik emas itu berdiameter sekitar 4 meter dengan tinggi 3 meter, karya pematung Nyoman Nuarta. Proses pemasangan mahkota diawali dengan upacara ritual ngrastiti dan pecaruan yang dipuput (dipimpin) empat sulinggih, yakni Ida Pedanda Putra Telabah (dari Griya Telabah Denpasar), Ida Pedanda Gede Oka Mas (dari Griya Satria Denpasar), Ida Pedanda Gede Ngurah Putra Keniten (dari Griya Kediri Sangeh, Kecamatan Abi-ansemal, Badung), dan Ida Pedanda Budha (dari Griya Gunung Sari, Desa Peliatan Kecamatan Ubud), serta Ida Rsi Agung Dewan Pemecutan. *po
1
Komentar