Dinas Perdagangan Dorong Dodol Besan Tembus Pasar Modern
Bisnis dodol di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Klungkung, kian menggeliat.
SEMARAPURA, NusaBali
Pasalnya pasaran dodol cukup bagus terutama di pasar modern. Hanya saja dalam pemasaran masih melalui pihak pengepul. Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Wayan Ardiasa tidak menampik realitas tersebut, kata dia, selama ini yang menjadi persoalan adalah pemasaran dodol Desa Besan. Karena warga tidak bisa menembus langsung pengelola toko modern atau toko oleh-oleh. Jadi masih melalui pengepul. "Untuk memutus rantai pemasaran inilah yang masih kami pikirkan," ujarnya, belum lama ini.
Di satu sisi jika bisa menembus langsung pengelola toko oleh-oleh, apa bisa produksi dodolnya secara berkesinambungan ini juga harus menjadi perhatian. "Selama ini kami terus melakukan pembinaan untuk peningkatan produksi maupun kualitas produksi," ujarnya. Pihaknya juga akan mengajak sejumlah perajin tersebut untuk pameran untuk merangsang peningkatan produktivitas.
Menurut seorang perajin dodol di Desa Besan, Ni Nengah Yuliati sejalan dengan menggeliatnya usaha dodolnya, selama ini pengiriman dodol ke pengepul di Denpasar. Dari pengepul kemudian mendrop ke sejumlah toko modern. "Dalam sehari, saya mengirim sebanyak 3.000 biji yang sudah dikemas dalam bentuk kotak, satu kotak plastik berisi 10 biji dodol," ujarnya.
Dijelaskan proses pembuatan dodol buah ini membutuhkan waktu cukup lama, mulai dari mengupas kulit salak, lalu merebus dilanjutkan menumbuk salak yang sudah direbus hingga daging salak menjadi halus. Setelah daging salak dipisahkan dengan bijinya, daging salak yang sudah ditumbuk halus lalu dicampuri gula, baru dimasukkan ke alat pencetakan. Untungnya, Yuliati sudah mengantisipasi kondisi cuaca dengan mempersiapkan alat pengering semacam oven terbuat dari bambu. “Untuk proses pengeringan dengan alat oven," ujarnya. Selain salak bahan dodol juga menggunakan nangka. *wan
Di satu sisi jika bisa menembus langsung pengelola toko oleh-oleh, apa bisa produksi dodolnya secara berkesinambungan ini juga harus menjadi perhatian. "Selama ini kami terus melakukan pembinaan untuk peningkatan produksi maupun kualitas produksi," ujarnya. Pihaknya juga akan mengajak sejumlah perajin tersebut untuk pameran untuk merangsang peningkatan produktivitas.
Menurut seorang perajin dodol di Desa Besan, Ni Nengah Yuliati sejalan dengan menggeliatnya usaha dodolnya, selama ini pengiriman dodol ke pengepul di Denpasar. Dari pengepul kemudian mendrop ke sejumlah toko modern. "Dalam sehari, saya mengirim sebanyak 3.000 biji yang sudah dikemas dalam bentuk kotak, satu kotak plastik berisi 10 biji dodol," ujarnya.
Dijelaskan proses pembuatan dodol buah ini membutuhkan waktu cukup lama, mulai dari mengupas kulit salak, lalu merebus dilanjutkan menumbuk salak yang sudah direbus hingga daging salak menjadi halus. Setelah daging salak dipisahkan dengan bijinya, daging salak yang sudah ditumbuk halus lalu dicampuri gula, baru dimasukkan ke alat pencetakan. Untungnya, Yuliati sudah mengantisipasi kondisi cuaca dengan mempersiapkan alat pengering semacam oven terbuat dari bambu. “Untuk proses pengeringan dengan alat oven," ujarnya. Selain salak bahan dodol juga menggunakan nangka. *wan
Komentar