Konvoi, Pendekar Silat Aniaya Pengguna Jalan
Konvoi beberapa pendekar silat dari perguruaan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di Kota Malang, Jawa Timur, berakhir ricuh pada Sabtu malam (23/9).
JAKARTA, NusaBali
Empat pengguna jalan dianiaya oleh gerombolan pendekar, saat berjumpa di jalan raya. Keributan antara para pendekar dan pengguna jalan bermula saat rombongan akan menghadiri wisuda atau pengesahan anggota PSHT di kawasan Turen, Kabupaten Malang. Mereka berkumpul di depan kampus Universitas Islam Negeri Malang, di Jalan Gajayana, Kota Malang.
"Pada saat berangkat dari UIN menuju ke Turen melakukan konvoi, berpapasan dengan pengguna jalan lain, terjadi gesekan; ada masyarakat yang dipukuli, juga dirusak sepeda motornya," kata Komisaris Polisi Sutantyo, Kepala Bagian Operasional Polres Kota Malang, pada Minggu (23/9).
Pengguna jalan yang menjadi korban penganiayaan, katanya, awalnya menegur rombongan konvoi karena menggunakan dua jalur di kawasan Jalan Bendungan Sutami. Tidak terima ditegur, mereka menghajar korban. Penganiayaan juga terjadi di Jalan Sumbersari. Korban dianiaya, karena tidak mau menepi, saat bertemu dengan rombongan konvoi PSHT.
“Kami tidak tahu datangnya dari mana. Di Sumbersari, melakukan penganiayaan kepada warga, lalu lari ke arah Kasin. Warga malam mingguan bentrok di situ (Sumbersari dan Kasin)," kata Kepala Polsek Sukun, Komisaris Polisi Anang Tri Hananta, pada Minggu seperti dilansir vivanews.
Empat warga yang korban penganiayaan itu sedang dibawa ke rumah sakit, untuk menjalani tes visum. Ia menegaskan, semua laporan warga yang menjadi korban penganiayaan akan diproses secara hukum.
Seorang korban penganiayaan, Sandi Purwanto Marta (22 tahun), mengaku dianiaya konvoi anggota PSHT itu di Jalan Raya Langsep. Sebab, saat terjadi penganiayaan di Jalan Sumbersari, ia merekam video menggunakan ponselnya.
Ia lantas dikejar oleh rombongan PSHT. Nahas bagi Sandi, karena terkejar hingga di Jalan Raya Langsep. Ia, kemudian diintimidasi untuk menghapus rekaman video penganiayaan. Ia juga dipukul di bagian punggung dan kepala.
Saat konvoi mengarah ke Jalan Satsui Tubun, Sukun atau perbatasan Kota Malang dengan Kabupaten Malang polisi mengejar rombongan hingga menangkap 43 orang dan menyita 27 kendaraan sepeda motor. Namun, polisi memperkirakan jumlah anggota konvoi lebih dari itu, dengan asumsi 27 sepeda motor dan masing-masing berboncengan.
"Kami mengambil sikap untuk menghentikan mereka dengan personel yang ada dan dibantu masyarakat bisa dikondisikan sebanyak empat puluh tiga anggota PSHT, dari sekian banyak yang akan berangkat ke Turen. Sebagian lolos melanjutkan perjalanan ke Turen," kata Sutantyo.
Mereka disebut bertanggung jawab atas penganiayaan terhadap warga pengguna jalan saat mereka sedang berkonvoi melintasi sejumlah ruas jalan di kota Malang pada Sabtu malam.
Kini ke-43 anggota PSHT sedang diperiksa di Markas Polres, sedangkan para korban sudah divisum. Polisi mengimbau masyarakat tetap tenang dan menjaga kondusivitas wilayah Malang. "Mereka semua mahasiswa yang sedang menempuh studi atau kuliah di Malang. Mereka telah melakukan kekerasan secara bersama-sama di muka umum," ujarnya. *
Empat pengguna jalan dianiaya oleh gerombolan pendekar, saat berjumpa di jalan raya. Keributan antara para pendekar dan pengguna jalan bermula saat rombongan akan menghadiri wisuda atau pengesahan anggota PSHT di kawasan Turen, Kabupaten Malang. Mereka berkumpul di depan kampus Universitas Islam Negeri Malang, di Jalan Gajayana, Kota Malang.
"Pada saat berangkat dari UIN menuju ke Turen melakukan konvoi, berpapasan dengan pengguna jalan lain, terjadi gesekan; ada masyarakat yang dipukuli, juga dirusak sepeda motornya," kata Komisaris Polisi Sutantyo, Kepala Bagian Operasional Polres Kota Malang, pada Minggu (23/9).
Pengguna jalan yang menjadi korban penganiayaan, katanya, awalnya menegur rombongan konvoi karena menggunakan dua jalur di kawasan Jalan Bendungan Sutami. Tidak terima ditegur, mereka menghajar korban. Penganiayaan juga terjadi di Jalan Sumbersari. Korban dianiaya, karena tidak mau menepi, saat bertemu dengan rombongan konvoi PSHT.
“Kami tidak tahu datangnya dari mana. Di Sumbersari, melakukan penganiayaan kepada warga, lalu lari ke arah Kasin. Warga malam mingguan bentrok di situ (Sumbersari dan Kasin)," kata Kepala Polsek Sukun, Komisaris Polisi Anang Tri Hananta, pada Minggu seperti dilansir vivanews.
Empat warga yang korban penganiayaan itu sedang dibawa ke rumah sakit, untuk menjalani tes visum. Ia menegaskan, semua laporan warga yang menjadi korban penganiayaan akan diproses secara hukum.
Seorang korban penganiayaan, Sandi Purwanto Marta (22 tahun), mengaku dianiaya konvoi anggota PSHT itu di Jalan Raya Langsep. Sebab, saat terjadi penganiayaan di Jalan Sumbersari, ia merekam video menggunakan ponselnya.
Ia lantas dikejar oleh rombongan PSHT. Nahas bagi Sandi, karena terkejar hingga di Jalan Raya Langsep. Ia, kemudian diintimidasi untuk menghapus rekaman video penganiayaan. Ia juga dipukul di bagian punggung dan kepala.
Saat konvoi mengarah ke Jalan Satsui Tubun, Sukun atau perbatasan Kota Malang dengan Kabupaten Malang polisi mengejar rombongan hingga menangkap 43 orang dan menyita 27 kendaraan sepeda motor. Namun, polisi memperkirakan jumlah anggota konvoi lebih dari itu, dengan asumsi 27 sepeda motor dan masing-masing berboncengan.
"Kami mengambil sikap untuk menghentikan mereka dengan personel yang ada dan dibantu masyarakat bisa dikondisikan sebanyak empat puluh tiga anggota PSHT, dari sekian banyak yang akan berangkat ke Turen. Sebagian lolos melanjutkan perjalanan ke Turen," kata Sutantyo.
Mereka disebut bertanggung jawab atas penganiayaan terhadap warga pengguna jalan saat mereka sedang berkonvoi melintasi sejumlah ruas jalan di kota Malang pada Sabtu malam.
Kini ke-43 anggota PSHT sedang diperiksa di Markas Polres, sedangkan para korban sudah divisum. Polisi mengimbau masyarakat tetap tenang dan menjaga kondusivitas wilayah Malang. "Mereka semua mahasiswa yang sedang menempuh studi atau kuliah di Malang. Mereka telah melakukan kekerasan secara bersama-sama di muka umum," ujarnya. *
1
Komentar