Orangtua Tak Keberatan, Latihan Baris Dilanjutkan
Mediasi kasus pelatih baris menampar siswi di SMPN 1 Kediri, berakhir dengan kesepakatan bahwa yang dilakukan pelatih adalah pembinaan, dan latihan baris dilanjutkan.
TABANAN, NusaBali
Video pelatih tampar siswi di SMPN 1 Kediri, Tabanan, yang sempat viral di media sosial langsung ditindaklanjuti pihak sekolah. Sekolah menggelar mediasi dengan mengumpulkan siswa dan orangtua murid yang ikut kegiatan latihan keterampilan baris berbaris (LKBB), Selasa (25/9). Hasil mediasi, orangtua dan siswa tidak keberatan, dan kegiataan LKBB sepakat dilanjutkan.
Mediasi yang juga melibatkan Kapolsek Kediri Kompol I Nyoman Sumaraja, komite sekolah, dan pelatih LKBB inisial ES berlangsung sekitar pukul 11.00 Wita. Diawali dengan memberikan pemahaman tentang pembelajaran disiplin kemudian menyepakati hasil bahwa kegiatan LKBB dilanjutkan.
Kepala SMPN 1 Kediri Sagung Raka Suartini memaparkan kronologi kejadian aksi penamparan itu pada Sabtu (22/9) di hadapan orangtua siswa. Pada dasarnya hal tersebut tidak ada kekerasan, namun bagian pembinaan latihan agar semangat dalam mempertahankan juara LKBB. Selain itu, aksi tersebut sudah disepakati oleh siswa.
Siswa saat itu membawa HP karena memang arahan pelatih, sebab akan dibagikan video gerakan, formasi, dan ketangkasan baris berbaris ke masing-masing HP siswa untuk dipelajari dan dicontoh gerakannya. “Seperti itu kronologisnya. Jadi ganjaran (punishment) yang diberikan itu bukan ke satu atau dua orang siswa tetapi ke seluruh siswa,” beber Suartini.
Atas permasalahan itun Suartini menyerahkan keputusan kepada orangtua murid. Dan orangtua serta siswa yang menghadiri mediasi tidak keberatan. Siswa dan orangtua menyatakan sepakat bahwa LKBB dilanjutkan. “Terima kasih dukungannya, usai mediasi kami akan buatkan berita acara bahwa kami sudah menindaklanjuti kasus ini,” tegasnya.
Dia meminta setelah adanya mediasi kasus tidak diperluas karena sudah selesai di intern sekolah. Termasuk pihaknya akan membuatkan surat pernyataan bermaterai Rp 6 ribu kepada pelatih ES untuk tidak mengulangi tindakan serupa.
Di sisi lain Ketua Komite SMPN 1 Kediri Anak Agung Ngurah Gede Panji Wisnu mengaku sebelum adanya mediasi tersebut, dia berpikir macam-macam terkait dengan video yang viral tersebut. Dengan adanya kejadian ini, dia menyarankan mengambil hikmahnya sebagai pembelajaran.
Karena bagaimana pun LKBB penting untuk pendidikan karakter, tetapi caranya membina tidak dengan menyentuh fisik. “Satu sisi saya ucapkan apresiasi kepada pelatih karena sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk membina SMPN 1 Kediri,” tandasnya.
Di hari yang sama Dewan Pendidikan Tabanan juga mengatensi peristiwa itu. Ke depan jangan sampai ada kasus serupa karena membina tidak harus dengan fisik, tetapi membina dengan cara lain seperti push up dan lain sebagainya. “Tidak setuju ada aksi tampar menampar, lebih baik membina dengan cara lain,” kata Ketua Dewan Pendidikan Tabanan Wayan Madra Suartana. *de
Video pelatih tampar siswi di SMPN 1 Kediri, Tabanan, yang sempat viral di media sosial langsung ditindaklanjuti pihak sekolah. Sekolah menggelar mediasi dengan mengumpulkan siswa dan orangtua murid yang ikut kegiatan latihan keterampilan baris berbaris (LKBB), Selasa (25/9). Hasil mediasi, orangtua dan siswa tidak keberatan, dan kegiataan LKBB sepakat dilanjutkan.
Mediasi yang juga melibatkan Kapolsek Kediri Kompol I Nyoman Sumaraja, komite sekolah, dan pelatih LKBB inisial ES berlangsung sekitar pukul 11.00 Wita. Diawali dengan memberikan pemahaman tentang pembelajaran disiplin kemudian menyepakati hasil bahwa kegiatan LKBB dilanjutkan.
Kepala SMPN 1 Kediri Sagung Raka Suartini memaparkan kronologi kejadian aksi penamparan itu pada Sabtu (22/9) di hadapan orangtua siswa. Pada dasarnya hal tersebut tidak ada kekerasan, namun bagian pembinaan latihan agar semangat dalam mempertahankan juara LKBB. Selain itu, aksi tersebut sudah disepakati oleh siswa.
Siswa saat itu membawa HP karena memang arahan pelatih, sebab akan dibagikan video gerakan, formasi, dan ketangkasan baris berbaris ke masing-masing HP siswa untuk dipelajari dan dicontoh gerakannya. “Seperti itu kronologisnya. Jadi ganjaran (punishment) yang diberikan itu bukan ke satu atau dua orang siswa tetapi ke seluruh siswa,” beber Suartini.
Atas permasalahan itun Suartini menyerahkan keputusan kepada orangtua murid. Dan orangtua serta siswa yang menghadiri mediasi tidak keberatan. Siswa dan orangtua menyatakan sepakat bahwa LKBB dilanjutkan. “Terima kasih dukungannya, usai mediasi kami akan buatkan berita acara bahwa kami sudah menindaklanjuti kasus ini,” tegasnya.
Dia meminta setelah adanya mediasi kasus tidak diperluas karena sudah selesai di intern sekolah. Termasuk pihaknya akan membuatkan surat pernyataan bermaterai Rp 6 ribu kepada pelatih ES untuk tidak mengulangi tindakan serupa.
Di sisi lain Ketua Komite SMPN 1 Kediri Anak Agung Ngurah Gede Panji Wisnu mengaku sebelum adanya mediasi tersebut, dia berpikir macam-macam terkait dengan video yang viral tersebut. Dengan adanya kejadian ini, dia menyarankan mengambil hikmahnya sebagai pembelajaran.
Karena bagaimana pun LKBB penting untuk pendidikan karakter, tetapi caranya membina tidak dengan menyentuh fisik. “Satu sisi saya ucapkan apresiasi kepada pelatih karena sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk membina SMPN 1 Kediri,” tandasnya.
Di hari yang sama Dewan Pendidikan Tabanan juga mengatensi peristiwa itu. Ke depan jangan sampai ada kasus serupa karena membina tidak harus dengan fisik, tetapi membina dengan cara lain seperti push up dan lain sebagainya. “Tidak setuju ada aksi tampar menampar, lebih baik membina dengan cara lain,” kata Ketua Dewan Pendidikan Tabanan Wayan Madra Suartana. *de
Komentar