Korban Baru 7 Bulan Pisah dengan Istrinya
Kematian tragis juru parkir I Ketut Pasek Mas, 46, di tempat kerjanya di areal parkir Kantor Jasa Pengiriman Tiki, Jalan Kapten Rebug Nomor 1 Denpasar, Rabu (26/9) siang, menyisakan duka mendalam bagi keluarganya dari Banjar Kawan, Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng.
DENPASAR, NusaBali
Terungkap, korban Ketut Pasek baru 7 bulan pisah dengan istrinya asal Lombok, NTB, bahkan anak semata wayangnya ikut diajak pergi.
Kakak kandung korban, Ni Ketut Srideli, 48, kemarin siang datang ke lokasi TKP pembunuhan dekat Lapangan Puputan Badung, begitu adiknya tewas dibantai rekan kerjanya, I Wayan Siki, 65. Ketut Srideli yang mengenakan kamben, langsung menangis histeris begitu melihat adiknya tergeletak bersimbah darah dalam kondisi sudah tak bernyawa. Perempuan berusia 48 tahun ini bahkan lunglai, hingga harus dipapah petugas.
Sambil menangis, Ketut Srideli mengatakan adiknya, korban Ketut Pasek, tidak pernah bermasalah dengan siapa pun. "Aduh, sudah mati seperti ini adik saya. Padahal, adik saya nggak pernah bermasalah dengan siapa-siapa. Adik saya sehari-harinya polos. Saya nggak nyangka ini," keluh Srideli.
Menurut Srideli, sebelum peristwa maut, dirinya sudah memiliki firasat tidak baik tentang adiknya ini. "Tadi saya di rumah karena mau ada piodalan. Prasaan saya dari pagi sudah tidak enak, entah kenapa selalu kepikiran tentang adik saya ini (korban Ketut Pasek, Red),” ujar perempuan asal Banjar Kawan, Desa Patemon, Kecamatan Seririt yang tinggal di Denpasar ini.
Srideli menyebutkan, korban Ketut Pasek baru bercerai dengan istrinya, 7 bulan lalu. Tak jelas, apa pangkal perceraian mereka. Padahal, sebelum cerai, tidak pernah ada masalah serius dalam rumah tangga. Perempuan yang dinikahi korban Ketut Pasek berasal dari Lombok. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai satu anak perempuan yang masih duduk di Kelas I SD. “Anaknya itu diajak pergi oleh istrinya yang sudah cerai. Tidak tahu sekarang mereka tinggal di mana,” cerita Srideli.
Paparan senada juga disampaikan kakak kelima korban, I Wayan Suarta. Menurut Suarta, adiknya yang tewas dibunuh rekan sesama juru parkir ini dikenal jarang bicara. Korban juga jarang membicarakan masalah pekerjaan. Hanya saja, kata Suarta, adiknya itu sempat menceritakan ihwal masalah rumah tangganya.
Korban Ketut Pasek mengaku sudah pisah ranjang dengan sang istri yang berasal dari Lombok. Bahkan, buah hatinya diajak pergi sang istri. Sayangnya, tidak diketahui di mana istri dan anaknya itu sekarang tinggal. "Terakhir, kami bertemu ketika Hari Raya Galungan. Adik saya ini memang jarang sekali bicara. Ada masalah, dia tertutup. Cuma kepada saya saja dia mau curhat," jelas Suarta kepada NusaBali di Instalasi Kedoktaran Forensik RS Sanglah, Rabu kemarin.
Suarta mengatakan, informasi pembunuhan yang merenggut nyawa adiknya ini begitu cepat beredar lewat media sosial. Setelah ditelusuri langsung, pihak keluarga memastikan bahwa korban pembunuhan di areal parkir itu adalah Ketut Pasek. Menurut Suarta, keluarganya begitu terpukul mendengar berita duka ini. :Kami tidak menyangka adik saya akan mengalami hal seperti ini," ceritanya sambil menahan tangis.
Suarta mengaku tidak ada firasat apa pun di balik kematian tragis adiknya. Hanya saja, Suarta sempat bermimpi didatangi oleh almarhum ibu dan kakak sulungnya yang telah bersih (diabenkan, Red). "Dalam mimpi, ibu dan kakak saya yang telah bersih itu tidak berkata apa-apa, mereka hanya duduk di samping saya. Tapi, saya tidak tahu apakah itu sebuah firasat atau tidak? Hari ini (kemarin), saya tidak menyangka mendapat musibah seperti ini," keluh Suarta sembari menyebut korban Ketut Pasek sudah 8 tahun bekerja sebagai juru parkir.
Sementara itu, hingga tadi malam jenazah korban Ketut Pasek masih dititipkan di Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah. Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Bali, I Ketut Rochineng, terlihat hadir di tengah-tengah keluarga korban. Selain karena asal satu kampung di Desa Patemon, Ketut Rochineng---yang kini caleg DPRD Bali dari PDIP Dapil Buleleng---juga masih memiliki hubungan keluarga dengan korban.
Saat ini, pihak keluarga masih berembuk terkait rencana penguburan jenazah korban. Lagipula, proses di kepolisian juga belum selesai, hingga jenazah belum memungkinkan untuk diberangkatkan ke rumah duka di Banjar Kawan, Desa Pakraman Patemon, Kecamatan Seririt. "Kami berharap pelaku diproses dan dihukum seberat-beratnya,” harap Suarta.
Di sisi lain, Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, dr Dudut Rustiyadi SpF, mengatakan korban Ketut Pasek mengalami sejumlah luka tusuk di beberapa bagian tubuhnya. "Ditemukan beberapa luka tusuk yang tersebar pada dada, perut, dan tangan. Saat ini kami masih menunggu permintaan dari kepolisian. Biasanya kalau kasus seperti ini, dilakukan otopsi," ujar dr Dudut saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, tadi malam. *m,ind
Kakak kandung korban, Ni Ketut Srideli, 48, kemarin siang datang ke lokasi TKP pembunuhan dekat Lapangan Puputan Badung, begitu adiknya tewas dibantai rekan kerjanya, I Wayan Siki, 65. Ketut Srideli yang mengenakan kamben, langsung menangis histeris begitu melihat adiknya tergeletak bersimbah darah dalam kondisi sudah tak bernyawa. Perempuan berusia 48 tahun ini bahkan lunglai, hingga harus dipapah petugas.
Sambil menangis, Ketut Srideli mengatakan adiknya, korban Ketut Pasek, tidak pernah bermasalah dengan siapa pun. "Aduh, sudah mati seperti ini adik saya. Padahal, adik saya nggak pernah bermasalah dengan siapa-siapa. Adik saya sehari-harinya polos. Saya nggak nyangka ini," keluh Srideli.
Menurut Srideli, sebelum peristwa maut, dirinya sudah memiliki firasat tidak baik tentang adiknya ini. "Tadi saya di rumah karena mau ada piodalan. Prasaan saya dari pagi sudah tidak enak, entah kenapa selalu kepikiran tentang adik saya ini (korban Ketut Pasek, Red),” ujar perempuan asal Banjar Kawan, Desa Patemon, Kecamatan Seririt yang tinggal di Denpasar ini.
Srideli menyebutkan, korban Ketut Pasek baru bercerai dengan istrinya, 7 bulan lalu. Tak jelas, apa pangkal perceraian mereka. Padahal, sebelum cerai, tidak pernah ada masalah serius dalam rumah tangga. Perempuan yang dinikahi korban Ketut Pasek berasal dari Lombok. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai satu anak perempuan yang masih duduk di Kelas I SD. “Anaknya itu diajak pergi oleh istrinya yang sudah cerai. Tidak tahu sekarang mereka tinggal di mana,” cerita Srideli.
Paparan senada juga disampaikan kakak kelima korban, I Wayan Suarta. Menurut Suarta, adiknya yang tewas dibunuh rekan sesama juru parkir ini dikenal jarang bicara. Korban juga jarang membicarakan masalah pekerjaan. Hanya saja, kata Suarta, adiknya itu sempat menceritakan ihwal masalah rumah tangganya.
Korban Ketut Pasek mengaku sudah pisah ranjang dengan sang istri yang berasal dari Lombok. Bahkan, buah hatinya diajak pergi sang istri. Sayangnya, tidak diketahui di mana istri dan anaknya itu sekarang tinggal. "Terakhir, kami bertemu ketika Hari Raya Galungan. Adik saya ini memang jarang sekali bicara. Ada masalah, dia tertutup. Cuma kepada saya saja dia mau curhat," jelas Suarta kepada NusaBali di Instalasi Kedoktaran Forensik RS Sanglah, Rabu kemarin.
Suarta mengatakan, informasi pembunuhan yang merenggut nyawa adiknya ini begitu cepat beredar lewat media sosial. Setelah ditelusuri langsung, pihak keluarga memastikan bahwa korban pembunuhan di areal parkir itu adalah Ketut Pasek. Menurut Suarta, keluarganya begitu terpukul mendengar berita duka ini. :Kami tidak menyangka adik saya akan mengalami hal seperti ini," ceritanya sambil menahan tangis.
Suarta mengaku tidak ada firasat apa pun di balik kematian tragis adiknya. Hanya saja, Suarta sempat bermimpi didatangi oleh almarhum ibu dan kakak sulungnya yang telah bersih (diabenkan, Red). "Dalam mimpi, ibu dan kakak saya yang telah bersih itu tidak berkata apa-apa, mereka hanya duduk di samping saya. Tapi, saya tidak tahu apakah itu sebuah firasat atau tidak? Hari ini (kemarin), saya tidak menyangka mendapat musibah seperti ini," keluh Suarta sembari menyebut korban Ketut Pasek sudah 8 tahun bekerja sebagai juru parkir.
Sementara itu, hingga tadi malam jenazah korban Ketut Pasek masih dititipkan di Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah. Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Bali, I Ketut Rochineng, terlihat hadir di tengah-tengah keluarga korban. Selain karena asal satu kampung di Desa Patemon, Ketut Rochineng---yang kini caleg DPRD Bali dari PDIP Dapil Buleleng---juga masih memiliki hubungan keluarga dengan korban.
Saat ini, pihak keluarga masih berembuk terkait rencana penguburan jenazah korban. Lagipula, proses di kepolisian juga belum selesai, hingga jenazah belum memungkinkan untuk diberangkatkan ke rumah duka di Banjar Kawan, Desa Pakraman Patemon, Kecamatan Seririt. "Kami berharap pelaku diproses dan dihukum seberat-beratnya,” harap Suarta.
Di sisi lain, Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, dr Dudut Rustiyadi SpF, mengatakan korban Ketut Pasek mengalami sejumlah luka tusuk di beberapa bagian tubuhnya. "Ditemukan beberapa luka tusuk yang tersebar pada dada, perut, dan tangan. Saat ini kami masih menunggu permintaan dari kepolisian. Biasanya kalau kasus seperti ini, dilakukan otopsi," ujar dr Dudut saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, tadi malam. *m,ind
1
Komentar