Keris Tertancap dan Mengenai Jantung
Korban dinyatakan meninggal dalam perjalanan akibat jantung terkena keris yang ditikamkan sendiri.
Tragedi Krama Nagasepaha Tewas saat Kerauhan
SINGARAJA, NusaBali
Tragedi berdarah di areal pura Desa Pakraman Nagasepaha yang menewaskan Ketut Sudira, 55, warga setempat masih menyisakan misteri. Korban dari hasil pemeriksaan tim medis RSUD Buleleng, Selasa (25/9) siang, disebut tewas setelah mengalami luka tertusuk benda tajam di dada kiri dengan panjang 5 cm dan kedalaman 8 cm. Keris sepanjang 50 cm milik salah satu pecalang itu juga mengenai jantung korban hingga tak dapat tertolong.
Hal tersebut diungkapkan langsung, Kasubag Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara, yang dihubungi, Rabu (26/9) kemarin. Menurutnya korban yang tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada Selasa (25/9) pukul 13.50 WITA, sudah dalam keadaan meninggal dunia. “Sampai di sini dan saat ditangani tim medis kami, dalam kondisi tak sadarkan diri. Dan setelah diperiksa dinyatakan DOA atau Death On Arrival,” kata dia.
Tragedi berdarah yang berjadi bertepatan pada rangkaian piodalan dan ngenteg linggih Pura Desa Pakraman Nagasepaha, masih dalam proses penyelidikan Polsek Kota Singaraja. Kapolsek Kota Singaraja, Kompol AA Wiranata Kusuma ditemui terpisah Rabu kemarin menjelaskan, pihaknya belum bisa melakukan penyelidikan lebih lanjut, karena saat ini krama Desa Pakraman Nagasepaha sedang menjalankan upacara ngelebar (rangkaian upacara terakhir piodalan, red).
Namun dari pemeriksaan awal kepada pihak keluarga, korban memang disebut seringkali kerauhan saat upacara besar keagamaan di kahyangan tiga. “Menurut keluarganya, korban ini sudah 10 tahun jadi sutra dan sudah sering begini. Kelurganya sudah menerima kejadian itu sebagai musibah,” ungkap Kompol Wiranata.
Meskipun pihak keluarga sudah menerima kejadian itu sebagai musibah yang terjadi di luar nalar, Kapolsek Wiranata mengaku tetap akan memproses peristiwa ini sesuai dengan hukum yang berlaku. Ia juga baru akan melakukan pengembangan penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi lainnya setelah seluruh proses upacara usai dilaksanakan krama desa Nagasehapa.
Tragedi berdarah yang terjadi di areal pura saat piodalan dan ngenteg linggih pura Desa Pakraman Nagasepaha juga mendapat sorotan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Ketua PHDI Buleleng, Dewa Nyoman Suardana sangat menyayangkan kejadian itu terulang kembali di Buleleng.
Ia sebelumnya juga mengaku sudah memberikan arahan dan edaran kepada seluruh pamangku desa di Buleleng untuk tidak melakukan ritual yang membahayakan keselamatan diri. Sehingga kejadian serupa yang sempat terjadi di Banyuning dan Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada beberapa tahun silam tak terulang kembali.
“Setiap pertemuan pamangku-pamangku, saya selalu mengimbau untuk tidak membawa senjata tajam ke pura, tidak mengalami kerauhan yang berlebihan. Ida Betara tidak mungkin menyuruh umatnya untuk perang dan berbuat arogan,” ungkapnya.
Ia pun tidak menampik jika tradisi narat (menancapkan keris ke bagian tubuh, dalam kondisi kerauhan,red) sudah menjadi tradisi turun-temurun. Hanya saja seluruh umat diharapkan tidak main-main dalam pelaksanaan tradisi ini. Lalu bagaimana seseorang bisa terluka saat dalam kondisi kerauhan, Suardana tidak dapat mengetahui pasti dan menjelaskan hal tersebut.
Dirinya juga segera akan berkoordinasi dengan Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) terkait peristiwa ceceran darah manusia di areal pura. Ia pun memastikan bahwa kejadian itu menyebabkan leteh atau kekotoran. “Jelas ini sebuah leteh dan harus disucikan melalui upacara, sehingag dikemudian hari tidak terulang kembali maslaah serupa,” tegasnya. Di lain sisi hingga saat ini, pihak desa pakraman Nagasepaha belum dapat dikonfirmasi terkait kasus ini.
Sebelumnya diberitakan, seorang krama Desa Pakraman Nagasepaha tewas tertusuk keris, saat kerauhan dalam rangkaian upacara piodalan di pura desa setempat, Selasa (25/9) pukul 13.30 WITA. Korban Ketut Sudira dari puluhan krama yang mengalami kerauhan, tiba-tiba saja menghunus keris milik pecalang dan menancapkan ke dada kiri. Beberapa detik setelah narat, ia pun langsung berlari ke jaba sisi pura dan lansgung tersungkur. Meski sempat dilarikan ke RSUD Buleleng karena mengalami luka tertusuk keris, nyawanya tak dapat tertolong karena luka tusuk keris mengenai jantungnya.*k23
SINGARAJA, NusaBali
Tragedi berdarah di areal pura Desa Pakraman Nagasepaha yang menewaskan Ketut Sudira, 55, warga setempat masih menyisakan misteri. Korban dari hasil pemeriksaan tim medis RSUD Buleleng, Selasa (25/9) siang, disebut tewas setelah mengalami luka tertusuk benda tajam di dada kiri dengan panjang 5 cm dan kedalaman 8 cm. Keris sepanjang 50 cm milik salah satu pecalang itu juga mengenai jantung korban hingga tak dapat tertolong.
Hal tersebut diungkapkan langsung, Kasubag Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara, yang dihubungi, Rabu (26/9) kemarin. Menurutnya korban yang tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada Selasa (25/9) pukul 13.50 WITA, sudah dalam keadaan meninggal dunia. “Sampai di sini dan saat ditangani tim medis kami, dalam kondisi tak sadarkan diri. Dan setelah diperiksa dinyatakan DOA atau Death On Arrival,” kata dia.
Tragedi berdarah yang berjadi bertepatan pada rangkaian piodalan dan ngenteg linggih Pura Desa Pakraman Nagasepaha, masih dalam proses penyelidikan Polsek Kota Singaraja. Kapolsek Kota Singaraja, Kompol AA Wiranata Kusuma ditemui terpisah Rabu kemarin menjelaskan, pihaknya belum bisa melakukan penyelidikan lebih lanjut, karena saat ini krama Desa Pakraman Nagasepaha sedang menjalankan upacara ngelebar (rangkaian upacara terakhir piodalan, red).
Namun dari pemeriksaan awal kepada pihak keluarga, korban memang disebut seringkali kerauhan saat upacara besar keagamaan di kahyangan tiga. “Menurut keluarganya, korban ini sudah 10 tahun jadi sutra dan sudah sering begini. Kelurganya sudah menerima kejadian itu sebagai musibah,” ungkap Kompol Wiranata.
Meskipun pihak keluarga sudah menerima kejadian itu sebagai musibah yang terjadi di luar nalar, Kapolsek Wiranata mengaku tetap akan memproses peristiwa ini sesuai dengan hukum yang berlaku. Ia juga baru akan melakukan pengembangan penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi lainnya setelah seluruh proses upacara usai dilaksanakan krama desa Nagasehapa.
Tragedi berdarah yang terjadi di areal pura saat piodalan dan ngenteg linggih pura Desa Pakraman Nagasepaha juga mendapat sorotan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Ketua PHDI Buleleng, Dewa Nyoman Suardana sangat menyayangkan kejadian itu terulang kembali di Buleleng.
Ia sebelumnya juga mengaku sudah memberikan arahan dan edaran kepada seluruh pamangku desa di Buleleng untuk tidak melakukan ritual yang membahayakan keselamatan diri. Sehingga kejadian serupa yang sempat terjadi di Banyuning dan Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada beberapa tahun silam tak terulang kembali.
“Setiap pertemuan pamangku-pamangku, saya selalu mengimbau untuk tidak membawa senjata tajam ke pura, tidak mengalami kerauhan yang berlebihan. Ida Betara tidak mungkin menyuruh umatnya untuk perang dan berbuat arogan,” ungkapnya.
Ia pun tidak menampik jika tradisi narat (menancapkan keris ke bagian tubuh, dalam kondisi kerauhan,red) sudah menjadi tradisi turun-temurun. Hanya saja seluruh umat diharapkan tidak main-main dalam pelaksanaan tradisi ini. Lalu bagaimana seseorang bisa terluka saat dalam kondisi kerauhan, Suardana tidak dapat mengetahui pasti dan menjelaskan hal tersebut.
Dirinya juga segera akan berkoordinasi dengan Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) terkait peristiwa ceceran darah manusia di areal pura. Ia pun memastikan bahwa kejadian itu menyebabkan leteh atau kekotoran. “Jelas ini sebuah leteh dan harus disucikan melalui upacara, sehingag dikemudian hari tidak terulang kembali maslaah serupa,” tegasnya. Di lain sisi hingga saat ini, pihak desa pakraman Nagasepaha belum dapat dikonfirmasi terkait kasus ini.
Sebelumnya diberitakan, seorang krama Desa Pakraman Nagasepaha tewas tertusuk keris, saat kerauhan dalam rangkaian upacara piodalan di pura desa setempat, Selasa (25/9) pukul 13.30 WITA. Korban Ketut Sudira dari puluhan krama yang mengalami kerauhan, tiba-tiba saja menghunus keris milik pecalang dan menancapkan ke dada kiri. Beberapa detik setelah narat, ia pun langsung berlari ke jaba sisi pura dan lansgung tersungkur. Meski sempat dilarikan ke RSUD Buleleng karena mengalami luka tertusuk keris, nyawanya tak dapat tertolong karena luka tusuk keris mengenai jantungnya.*k23
1
Komentar