Pentas Tari Rejang Dewa Saat Nyineb Usaba Kapat
Tari Rejang Dewa dipentaskan saat nyineb Usaba Kapat di Pura Puseh, Banjar Adat Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, Buda Wage Klawu, Rabu (26/9).
AMLAPURA, NusaBali
Tari Rejang Dewa dipentaskan bersamaan dengan ritual pangerejangan. Prosesi pangerejangan berupa nedunang seluruh Ida Bhatara berupa pralingga, pratima, dan barong. Seluruh Ida Bhatara yang katedunang mabiasa dengan upacara mapurwadaksina di utama mandala pura dengan keliling tiga kali. Paling depan penari Rejang sebanyak 30 orang, disusul pangayah mengusung lelontek, kober, pajeng, dan atribut suci lainnya selanjutnya mundut (mengusung) Ida Bhatara. Mapurwadaksina juga berlanjut hingga ke jaba pura. Dalam ritual ini juga ada penari keris, warga setempat menyebutnya tarian Daratan.
Usai mapurwadaksina dilanjutkan dengan upacara mabuang, yakni tarian tradisional yang disakralkan hanya dipentaskan saat Usaba Kapat di Pura Puseh. Para pangayah Banjar Adat Pegubugan masing-masing membawa tekor (daun yang ujungnya dilipat) diisi tuak. Penari mesti berjejer rapi, menari sesuai irama tabuh gong ditandai mengangkat satu kali, kemudian berjalan tiga kali selanjutnya menuju masing-masing palinggih menuangkan minuman tuak yang ada di tekor itu. Setelah itu seluruh pamedek dan pangayah sembahyang bersama dipimpin Ida Mangku Bagus Parwata dari Gria Taman, Banjar Pegubugan.
Kelian Banjar Adat Pegubugan, I Komang Dana, menerangkan usai sembahyang bersama dilanjutkan dengan upacara nyineb di masing-masing palinggih. Diterangkan, Usaba Kapat dirayakan setiap tahun, diawali pamiyosan pertama pada Buda Paing Wayang, Rabu (19/9), pamiyosan kedua pada Anggara Pon Klawu, Selasa (25/9), dan diakhiri upacara pangerejangan Buda Wage Klawu, Rabu (26/9). *k16
Tari Rejang Dewa dipentaskan bersamaan dengan ritual pangerejangan. Prosesi pangerejangan berupa nedunang seluruh Ida Bhatara berupa pralingga, pratima, dan barong. Seluruh Ida Bhatara yang katedunang mabiasa dengan upacara mapurwadaksina di utama mandala pura dengan keliling tiga kali. Paling depan penari Rejang sebanyak 30 orang, disusul pangayah mengusung lelontek, kober, pajeng, dan atribut suci lainnya selanjutnya mundut (mengusung) Ida Bhatara. Mapurwadaksina juga berlanjut hingga ke jaba pura. Dalam ritual ini juga ada penari keris, warga setempat menyebutnya tarian Daratan.
Usai mapurwadaksina dilanjutkan dengan upacara mabuang, yakni tarian tradisional yang disakralkan hanya dipentaskan saat Usaba Kapat di Pura Puseh. Para pangayah Banjar Adat Pegubugan masing-masing membawa tekor (daun yang ujungnya dilipat) diisi tuak. Penari mesti berjejer rapi, menari sesuai irama tabuh gong ditandai mengangkat satu kali, kemudian berjalan tiga kali selanjutnya menuju masing-masing palinggih menuangkan minuman tuak yang ada di tekor itu. Setelah itu seluruh pamedek dan pangayah sembahyang bersama dipimpin Ida Mangku Bagus Parwata dari Gria Taman, Banjar Pegubugan.
Kelian Banjar Adat Pegubugan, I Komang Dana, menerangkan usai sembahyang bersama dilanjutkan dengan upacara nyineb di masing-masing palinggih. Diterangkan, Usaba Kapat dirayakan setiap tahun, diawali pamiyosan pertama pada Buda Paing Wayang, Rabu (19/9), pamiyosan kedua pada Anggara Pon Klawu, Selasa (25/9), dan diakhiri upacara pangerejangan Buda Wage Klawu, Rabu (26/9). *k16
Komentar