Sayur Hidroponik Pancasari tembus Nusa Dua
Sayur-sayuran yang dikembangkan dengan sistem hidroponik di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, kini merambah swalayan, restoran dan hotel di wilayah Denpasar dan kawasan wisata di Nusa Dua, Bali.
SINGARAJA, NusaBali
"Sayuran hidroponik dari Pancasari sudah dikenal, banyak pembeli juga datang langsung untuk membeli dengan memanen langsung dan ada yang belajar bercocok tanam," kata seorang petani dari Desa Pancasari, Agung Hendi Satria, di desa setempat di Sukasada, Buleleng, beberapa waktu lalu.
Petani dari usaha tani `Janzen Hidroponik` Buleleng itu mengatakan hidroponik adalah salah satu teknik bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan media utamanya adalah air. "Pertanian hidroponik di Pancasari ini dikembangkan sejak tiga tahun lalu oleh Janzen Hidroponik dan sudah sekitar 35 jenis tanaman sayuran telah berhasil dikembangkan," katanya.
Ia menyebutkan sejumlah sayuran yang ditanam itu antara lain sawi hijau, pokcay, bayam merah, kubis, dan kangkung cabut. Menurut Agung, keunggulan penanaman sayur dengan cara hidroponik ini adalah waktu panen lebih cepat dan hasilnya merupakan sayuran organik yang bebas dari kandungan zat kimia.
"Karena budidaya sayuran hidroponik ini tidak menggunakan pestisida dan obat kimia lain, sebagaimana biasanya dilakukan terhadap tanaman di atas media tanah," katanya.
Ia menjelaskan, penyemaian bibit sayur dilakukan di atas rockwool yang telah diisi air, lalu disimpan di tempat yang kedap sinar matahari selama tiga hari. "Setelah tumbuh, tanaman dipindahkan ke media pembesaran, lalu tujuh hari kemudian tanaman dipindahkan kembali ke media pendewasaan," katanya.
Pada media pendewasaan ini, kata Agung, air yang telah dicampurkan dengan nutrisi dialirkan secara terus menerus selama 24 jam dan aliran air itu diperiksa secara rutin untuk memastikan tidak ada jalur yang tersumbat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayur. "Dengan menggunakan cara tanam hidroponik masa panen tanaman sayur menjadi lebih cepat dua minggu dibandingkan dengan ditaman dengan mengunakan media tanah," katanya. *ant
Petani dari usaha tani `Janzen Hidroponik` Buleleng itu mengatakan hidroponik adalah salah satu teknik bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan media utamanya adalah air. "Pertanian hidroponik di Pancasari ini dikembangkan sejak tiga tahun lalu oleh Janzen Hidroponik dan sudah sekitar 35 jenis tanaman sayuran telah berhasil dikembangkan," katanya.
Ia menyebutkan sejumlah sayuran yang ditanam itu antara lain sawi hijau, pokcay, bayam merah, kubis, dan kangkung cabut. Menurut Agung, keunggulan penanaman sayur dengan cara hidroponik ini adalah waktu panen lebih cepat dan hasilnya merupakan sayuran organik yang bebas dari kandungan zat kimia.
"Karena budidaya sayuran hidroponik ini tidak menggunakan pestisida dan obat kimia lain, sebagaimana biasanya dilakukan terhadap tanaman di atas media tanah," katanya.
Ia menjelaskan, penyemaian bibit sayur dilakukan di atas rockwool yang telah diisi air, lalu disimpan di tempat yang kedap sinar matahari selama tiga hari. "Setelah tumbuh, tanaman dipindahkan ke media pembesaran, lalu tujuh hari kemudian tanaman dipindahkan kembali ke media pendewasaan," katanya.
Pada media pendewasaan ini, kata Agung, air yang telah dicampurkan dengan nutrisi dialirkan secara terus menerus selama 24 jam dan aliran air itu diperiksa secara rutin untuk memastikan tidak ada jalur yang tersumbat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayur. "Dengan menggunakan cara tanam hidroponik masa panen tanaman sayur menjadi lebih cepat dua minggu dibandingkan dengan ditaman dengan mengunakan media tanah," katanya. *ant
1
Komentar