Dihantam Ombak, Jukung Terbalik
Diterjang ombak, jukung yang dikemudikan I Nyoman Srimpen, 60, terbalik di Pantai Jasri Kelod, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Minggu (30/9).
AMLAPURA, NusaBali
Nelayan asal Banjar Benesari, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem itu selamat maut.
Srimpen bersama rekan-rekan nelayan sekampungnya memilih melaut melalui Pantai Jasri Kelod. Ia berangkat dari rumahnya sekitar pukul 03.00 Wita. Tiba di Pantai Jasri Kelod sekitar pukul 04.00 Wita. Ia dan 10 nelayan lainnya melaut dari Pantai Jasri karena kondisi Pantai Benesari, Desa Seraya Tengah hancur, tanggul penahan gelombang rusak berat. Srimpen melaut bersama rekan-rekannya sejauh 5 mil, menghabiskan bahan bakar 10 liter.
Selama di laut menangkap ikan dengan dua jaring, mampu menarik 400 ekor ikan tongkol ukuran sedang. Dalam perjalanan kembali menuju daratan, saat jarak 30 meter dari pantai tiba-tiba diterjang ombak besar hingga jukung terbalik. Imbasnya dua jetik patah, mesin tempel 15 PK rusak, serta dua jaring putus. Sedangkan 400 ekor ikan tongkol tumpah ke laut. Srimpen mengatakan, kasus serupa pernah ia alami 4 tahun lalu di Pantai Banjar Benesari yang menyebabkan jukungnya hancur.
Akibat kejadian itu Srimpen mengalami kerugian material. Dua kampil jaring seharga Rp 6 juta, mesin tempel Rp 12 juta, ikan hasil tangkapan seharga Rp 800.000, dan biaya operasional Rp 65.000. Srimpen pulang tanpa membawa hasil tangkapan. “Semua ikan yang saya tangkap kembali hanyut ke laut, bersyukur saya selamat,” tambahnya. Dikatakan, saat datang ombak besar tanpa didukung kekuatan mesin yang memadai, kecepatan jukung lemah, sehingga terbawa arus air. Srimpen dibantu petugas Balawista Jasri dikoordinasikan I Wayan Aprianta, juga dibantu warga sekampungnya, I Wayan Sunarta. Srimpen merupakan nelayan tertua di Karangasem namun masih aktif melaut. Melaut sejak umur 17 tahun. “Saya telah 43 tahun melaut,” katanya.
Sementara petugas Balawista Jasri, I Wayan Aprianta, mengatakan saat memantau kondisi pantai dan memantau aktivitas nelayan yang baru datang dari menangkap ikan, tiba-tiba menyaksikan ada jukung terbalik. “Kami langsung memberikan pertolongan membalikkan jukung dan menarik ke darat,” jelas Wayan Aprianta. Aprianta mengatakan kondisi laut belakangan ini terutama pantai selatan, gelombang dan ombaknya cukup besar. Ia pun menyarankan nelayan tetap waspada dan hati-hati. *k16
Nelayan asal Banjar Benesari, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem itu selamat maut.
Srimpen bersama rekan-rekan nelayan sekampungnya memilih melaut melalui Pantai Jasri Kelod. Ia berangkat dari rumahnya sekitar pukul 03.00 Wita. Tiba di Pantai Jasri Kelod sekitar pukul 04.00 Wita. Ia dan 10 nelayan lainnya melaut dari Pantai Jasri karena kondisi Pantai Benesari, Desa Seraya Tengah hancur, tanggul penahan gelombang rusak berat. Srimpen melaut bersama rekan-rekannya sejauh 5 mil, menghabiskan bahan bakar 10 liter.
Selama di laut menangkap ikan dengan dua jaring, mampu menarik 400 ekor ikan tongkol ukuran sedang. Dalam perjalanan kembali menuju daratan, saat jarak 30 meter dari pantai tiba-tiba diterjang ombak besar hingga jukung terbalik. Imbasnya dua jetik patah, mesin tempel 15 PK rusak, serta dua jaring putus. Sedangkan 400 ekor ikan tongkol tumpah ke laut. Srimpen mengatakan, kasus serupa pernah ia alami 4 tahun lalu di Pantai Banjar Benesari yang menyebabkan jukungnya hancur.
Akibat kejadian itu Srimpen mengalami kerugian material. Dua kampil jaring seharga Rp 6 juta, mesin tempel Rp 12 juta, ikan hasil tangkapan seharga Rp 800.000, dan biaya operasional Rp 65.000. Srimpen pulang tanpa membawa hasil tangkapan. “Semua ikan yang saya tangkap kembali hanyut ke laut, bersyukur saya selamat,” tambahnya. Dikatakan, saat datang ombak besar tanpa didukung kekuatan mesin yang memadai, kecepatan jukung lemah, sehingga terbawa arus air. Srimpen dibantu petugas Balawista Jasri dikoordinasikan I Wayan Aprianta, juga dibantu warga sekampungnya, I Wayan Sunarta. Srimpen merupakan nelayan tertua di Karangasem namun masih aktif melaut. Melaut sejak umur 17 tahun. “Saya telah 43 tahun melaut,” katanya.
Sementara petugas Balawista Jasri, I Wayan Aprianta, mengatakan saat memantau kondisi pantai dan memantau aktivitas nelayan yang baru datang dari menangkap ikan, tiba-tiba menyaksikan ada jukung terbalik. “Kami langsung memberikan pertolongan membalikkan jukung dan menarik ke darat,” jelas Wayan Aprianta. Aprianta mengatakan kondisi laut belakangan ini terutama pantai selatan, gelombang dan ombaknya cukup besar. Ia pun menyarankan nelayan tetap waspada dan hati-hati. *k16
Komentar