Lalu Lintas Kendaraan Pengangkut Sedimentasi Akan Disesuaikan
Normalisasi Estuari Dam Tetap Berlangsung saat IMF–WB
MANGUPURA, NusaBali
Proyek normalisasi dan penataan estuari dam akan tetap berjalan saat Annual Meeting International Monetary Fund–World Bank (IMF–WB) berlangsung pada 8–14 Oktober mendatang. Namun pengerjaan disesuaikan waktunya, karena proyek ini ditargetkan harus tuntas akhir 2019.
Kasatker Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida Ir I Putu Sudana Sp saat dikonfirmasi, Senin (1/10), mengatakan tak ada persiapan khusus saat pertemuan IMF–WB berlangsung. Dikatakannya, pihaknya tetap bekerja siang dan malam. Tetapi yang beda nanti saat IMF, khusus untuk kendaraan pengangkut sedimentasi lebih difokuskan melintas saat malam hari.
Dikatakannya, selain mengatur kendaraan pengangkut sedimentasi, pihaknya juga akan membersihkan lumpur-lumpur yang mengering di aspal yang jatuh dari kendaraan pengangkut. Pembersihan selama ini dilakukan secara berkala, tetapi menjelang IMF akan ditingkatkan lagi.
“Sudah kewajiban kami untuk menjaga kebersihan lingkungan akibat pengangkutan sedimen dan sekaligus mendukung IMF-WB yang akan digelar di Bali. Proses pengangkutan sedimen siang hari jumlahnya terbatas karena traffic padat pada jalur tersebut,” tutur Sudana.
Dia mengatakan saat ini progress fisik pengerjaan proyek 62,83 persen dari rencana awal 53, 60 persen (maju 9 persen). Saat ini yang menjadi fokus pengerjaan adalah pengerukan sedimentasi pada dam tersebut. Rata-rata perhari 1.300 meter kubik. Selain pengerukan sedimentasi saat ini juga konsentrasi pada groundsill dan saluran pengarah.
Groundsill kini sedang dipancang. Posisinya melintangi waduk (Timur ke Barat). Di atasnya nanti akan dibangun jalan penghubung. Dimana pada bagian hulunya terdapat kolam pengendapan. Sementara saluran pengarahnya panjangnya sekitar 200 meter dan lebarnya 20 meter. Pada saluran ini nanti untuk mengarahkan sampah yang masuk ke waduk. Pada saluran itu nanti terdapat trash rack (saringan sampah). Dimana pada bagian hilir saluran itu terdapat bendung gerak. Fungsinya untuk menjaga ketinggian air supaya air laut tidak masuk ke waduk.
Sudana mengemukakan, kendala yang dihadapi adalah SUTET (saluran udara tegangan ekstra tinggi) melintang di waduk sehingga pada bagian tertentu harus menyesuaikan swing alat berat untuk bekerja.
“Kami ditarget harus selesai akhir tahun 2019, makanya bekerja terus siang dan malam. Kami mengimbau masyarakat agar berhati-hati saat melintas pada jalur dimaksud karena ada aktivitas proyek. Pedagang dilarang berjualan di area proyek demi keselamatan,” tandas Sudana. *po
Proyek normalisasi dan penataan estuari dam akan tetap berjalan saat Annual Meeting International Monetary Fund–World Bank (IMF–WB) berlangsung pada 8–14 Oktober mendatang. Namun pengerjaan disesuaikan waktunya, karena proyek ini ditargetkan harus tuntas akhir 2019.
Kasatker Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida Ir I Putu Sudana Sp saat dikonfirmasi, Senin (1/10), mengatakan tak ada persiapan khusus saat pertemuan IMF–WB berlangsung. Dikatakannya, pihaknya tetap bekerja siang dan malam. Tetapi yang beda nanti saat IMF, khusus untuk kendaraan pengangkut sedimentasi lebih difokuskan melintas saat malam hari.
Dikatakannya, selain mengatur kendaraan pengangkut sedimentasi, pihaknya juga akan membersihkan lumpur-lumpur yang mengering di aspal yang jatuh dari kendaraan pengangkut. Pembersihan selama ini dilakukan secara berkala, tetapi menjelang IMF akan ditingkatkan lagi.
“Sudah kewajiban kami untuk menjaga kebersihan lingkungan akibat pengangkutan sedimen dan sekaligus mendukung IMF-WB yang akan digelar di Bali. Proses pengangkutan sedimen siang hari jumlahnya terbatas karena traffic padat pada jalur tersebut,” tutur Sudana.
Dia mengatakan saat ini progress fisik pengerjaan proyek 62,83 persen dari rencana awal 53, 60 persen (maju 9 persen). Saat ini yang menjadi fokus pengerjaan adalah pengerukan sedimentasi pada dam tersebut. Rata-rata perhari 1.300 meter kubik. Selain pengerukan sedimentasi saat ini juga konsentrasi pada groundsill dan saluran pengarah.
Groundsill kini sedang dipancang. Posisinya melintangi waduk (Timur ke Barat). Di atasnya nanti akan dibangun jalan penghubung. Dimana pada bagian hulunya terdapat kolam pengendapan. Sementara saluran pengarahnya panjangnya sekitar 200 meter dan lebarnya 20 meter. Pada saluran ini nanti untuk mengarahkan sampah yang masuk ke waduk. Pada saluran itu nanti terdapat trash rack (saringan sampah). Dimana pada bagian hilir saluran itu terdapat bendung gerak. Fungsinya untuk menjaga ketinggian air supaya air laut tidak masuk ke waduk.
Sudana mengemukakan, kendala yang dihadapi adalah SUTET (saluran udara tegangan ekstra tinggi) melintang di waduk sehingga pada bagian tertentu harus menyesuaikan swing alat berat untuk bekerja.
“Kami ditarget harus selesai akhir tahun 2019, makanya bekerja terus siang dan malam. Kami mengimbau masyarakat agar berhati-hati saat melintas pada jalur dimaksud karena ada aktivitas proyek. Pedagang dilarang berjualan di area proyek demi keselamatan,” tandas Sudana. *po
Komentar