Siaga 24 Jam, Tetap Sempatkan Buka Praktek Dokter
Sebelum dialihkan menjadi Kabid Kegawatdaruratan dan Logistik BPBD Badung, dr Nyoman Ermy Setiari sempat menjabat Kepala Puskesmas Petang II, Kepala Puskesmas Mengwi II, Kepala Puskesmas Kuta II, hingga Kabid Penunjang RSUD Mangusada
dr Ni Nyoman Ermy Setiari MKes, Kabid Kegawatdaruratan BPBD Badung
DENPASAR, NusaBali
Nama dr Ni Nyoman Ermy Setiari MKes, 52, sudah cukup familiar di Kabupaten Badung. Penyandang Dokter Teladan Kabupaten Badung 1994 ini sempat memimpin sejumlah Puskesmas di Gumi Keris. Sejak setahun terakhir, dr Ermy Setiari justru dialihkan menjabat Kepala Bidang Kegawatdaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung. Dia pun harus siaga full 24 jam.
Selain menjabat Kabid Kegawatdaruratan dan Logistik BPBD Badung, dr Ermy Setiari juga aktif di Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PPDI) Provinsi Bali. Dokter kelahiran Denpasar, 25 Februari 1966, ini sempat ikut hadir bersama pengurus PPDI Provinsi Bali lainnya saat kegiatan donor darah HUT ke-24 Harian Umum NusaBali di Kantor Redaksi NusaBali, Minggu (30/9) lalu.
Kepada NusaBali, dr Ermy Setiari mengisahkan sepenggal suka dukanya sebagai dokter yang kini harus berjibaku mengurus kebencaaan sejak tahun 2017. Menurut dr Ermy, jabatan Kabid Kegawatdaruratan dan Logistik BPBD Badung memaksa dirinya harus siaga 24 jam, bila sewaktu-waktu bencana datang. Bukan hanya Tim Reaksi Cepat (TRC) yang harus siaga, namun perempuan asal Kayu Mas Kelod, Kecamatan Denpasar Timur ini pun harus menyiapkan ponselnya aktif setiap saat.
“HP saya selalu standby 24 jam. Seperti saat gempa Lombok, kita langsung monitor bencana tersebut dan dampaknya. Dampak keras kemarin kan di RSUD. Karena malam kejadiannya, ya kita harus ke sana menyiapkan tenda untuk pasien,” tutur dr Ermy, Selasa (2/10).
Sebagai perempuan dengan basic tenaga kesehatan, pekerjaan menanggulangi bencana memang ilmu baru. Sebab, biasanya melayani pasien satu per satu, namun kini di BPBD dia harus melayani masyarakat dalam satu waktu. Kendati demikian, dr Ermy tidak menganggap hal tersebut berbeda. Bagi dia, bekerja sebagai dokter ma-upun petugas BPBD sama-sama melayani masyarakat.
“Kalau di kesehatan itu, kita lebih ke orangnya. Kalau di kebencanaan, itu lebih ke masyarakatnya. Mereka sama-sama menderita, jadi penyesuaiannya (dari kesehatan ke bencana, Red) tidaklah sulit,” jelas dokter jebbolan S1 Fakultas Kedoteran Unud dan S2 Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan UGM Jogjakarta ini.
Perjalanan karier dr Ermy sendiri dimulai tahun 1992 sebagai dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) Puskesmas Petang II di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung. Selama mengabdi di sana, dr Ermy sempat meraih prestasi sebagai ‘Dokter Teladan Kabupaten Badung 1994’. Prestasi itu lantas mengantarkan dr Ermy diangkat menjadi PNS tahun 1996. Dia pun langsung dipromosikan sebagai Kepala Puskesmas Petang II, jabatan yang dipegangnya periode 1996-1999.
Karier dr Ermy berlanjut menjadi Kepala Puskesmas Mengwi II di Desa Tumbakbayuh, Kecamatan Mengwi, Badung (1999-2005). Selanjutnya, dia dipercaya menjadi Kepala Puskesmas Kuta II di Kelurahan Legian, Kecamatan Kuta, Badung (2005-2011). Saat bertugasd di Kuta itulah dr Ermy menuai prestasi sebagai Juara III Dokter Teladan Provinsi Bali 2007.
Kariernya kemudian menanjak jadi Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Badung (2011-2012. Selanjutnya, dr Ermy ditugaskan sebagai Kepala Bidang Penunjang RSUD Mangusada di Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi,Badung (2012-2017). Sejak setahun lalu, dr Ermy dialihkan menjadi Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Badung.
Kendati berjibaku di bidang kebencanaan, dr Ermy masih bisa melayani pasien yang membutuhkan tenaganya. Sebab, sepulang tugas di BPBD Badung, dia masih buka praktek sore hingga malam. “Dokter itu profesi ya, saya masih buka praktek sorenya di rumah. Kalau jam tugas (BPBD) itu kan tidak bisa diganggu. Jadi, saya masih praktek sorenya saja,” jelas ibu tiga anak ini.
Menurut dr Ermy, dirinya punya prinsip apa pun pekerjaan yang diambil atau ditugaskan, yang pertama dilakukan adalah bekerja ikhlas dan fokus. Dengan dua kunci utama itu, maka hasilnya akan mengikuti.
Selain bertugas dalam kebencanaan dan buka praktek dokter, dr Ermy juga menyibukkan diri dalam berbagai organisasi sosial. Misalnya, menjadi pengurus Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Ketua Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) Badung, Pengurus PPDI Provinsi Bali, hingga pengurus Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI). “Khusus di PDDI, kami sering ke lapangan memotivasi masya-rakat agar mau donor darah. Pemula banyak yang donor. Target kita lebih menggaungkan donor darah ke anak muda,” tandas dr Ermy. *ind
1
Komentar