Gerabah Banyuning Dirintis Jadi Ikon Souvenir Bali Utara
Ratusan bentuk gerabah mungil berbagai jenis berderet di ruang pameran Undiksha Singaraja, Rabu (3/10).
SINGARAJA, NusaBali
Produksi kerajinan itu merupakan hasil karya dari tiga kelompok gerabah di Desa Banyuning. Tiga kelompok ini pun dibina oleh Undiksha dalam program Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) untuk dirintis sebagai daerah penghasil souvenir gerabah ikon Bali Utara.
Melalui tiga dosen seni rupa Undiksha yang dipimpin langsung oleh Luh Suartini yang menggandeng Hardiman dan IGN Sura Ardana, puluhan perajin di tiga kelompok ini dibina untuk menghasilkan produk yang lebih menjanjikan. Sebelumnya Banyuning yang terkenal dengan kerajinan gerabahnya masih terbatas dalam karya untuk sarana upacara saja.
Ketua P2M, Luh Suartini ditemui di sela-sela pameran kemarin menjelaskan dengan melihat potensi kerajinan gerabah yang ada di Banyuning mereka mencoba melakukan pembinaan untuk pengembangan. Sehingga ke depannya kerajinan gerabah di Banyuning dapat lebih menjanjikan kesejahteraan perajinnya. “Ide kami ini muncul saat melihat geliat perkembangan pariwisata Buleleng sangat bagus, sedangkan di Buleleng sendiri belum punya ikon souvenir yang bisa dibawa pulang oleh turis, sehingga kami mengaitkannya ke perajin gerabah Banyuning,” kata dia.
Dalam pembinaan yang juga melibatkan sejumlah mahasiswa seni rupa menjadi instruktur, perajin gerabah Banyuning yang masih terbatas teknis dan proses pembentukan model, diberikan solusi dengan menggunakan teknik cetak tempel, meski bebarapa bentuk masih dibentuk dengan manual. Bentuk yang dipilih adalah sejumlah flora fauna yang menjadi identitas Buleleng. Seperti singa, lumba-lumba, bintang laut, bungan batn timun, sapi, kera, jalak Bali, dan lain-lain.
Dengan teknik tersebut para perajin gerabah Banyuning dalam sehari dapat menghasilkan 200 buah souvenir mini. Untuk mempercantik bentuk kerajinan dari tanah liat ini, Suartini dkk juga mengajarkan teknik menghias dengan cat tembok menggunakan teknik pointelis berupa gambaran dari titik-titik. Selain juga dipoles dengan pernis untuk mempercantik tampilannya.
Sementara itu setelah dipublikasi dan dipamerkan, kerajinan gerabah souvenir ini mulai akan dipasarkan ke daerah-daerah pariwisata dan pusat oleh-oleh di Bali dan Buleleng. Sehingga kedepannya souvenir gerbah ini bernar-benar menjadi ikon souvenir Bali Utara. Satu buah karya sedang diuji coba harga antara Rp 20-25 ribu. Suartini pun tak menampik harganya dapat lebih murah dengan melihat kondisi dan situasi pasar.*k23
Produksi kerajinan itu merupakan hasil karya dari tiga kelompok gerabah di Desa Banyuning. Tiga kelompok ini pun dibina oleh Undiksha dalam program Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) untuk dirintis sebagai daerah penghasil souvenir gerabah ikon Bali Utara.
Melalui tiga dosen seni rupa Undiksha yang dipimpin langsung oleh Luh Suartini yang menggandeng Hardiman dan IGN Sura Ardana, puluhan perajin di tiga kelompok ini dibina untuk menghasilkan produk yang lebih menjanjikan. Sebelumnya Banyuning yang terkenal dengan kerajinan gerabahnya masih terbatas dalam karya untuk sarana upacara saja.
Ketua P2M, Luh Suartini ditemui di sela-sela pameran kemarin menjelaskan dengan melihat potensi kerajinan gerabah yang ada di Banyuning mereka mencoba melakukan pembinaan untuk pengembangan. Sehingga ke depannya kerajinan gerabah di Banyuning dapat lebih menjanjikan kesejahteraan perajinnya. “Ide kami ini muncul saat melihat geliat perkembangan pariwisata Buleleng sangat bagus, sedangkan di Buleleng sendiri belum punya ikon souvenir yang bisa dibawa pulang oleh turis, sehingga kami mengaitkannya ke perajin gerabah Banyuning,” kata dia.
Dalam pembinaan yang juga melibatkan sejumlah mahasiswa seni rupa menjadi instruktur, perajin gerabah Banyuning yang masih terbatas teknis dan proses pembentukan model, diberikan solusi dengan menggunakan teknik cetak tempel, meski bebarapa bentuk masih dibentuk dengan manual. Bentuk yang dipilih adalah sejumlah flora fauna yang menjadi identitas Buleleng. Seperti singa, lumba-lumba, bintang laut, bungan batn timun, sapi, kera, jalak Bali, dan lain-lain.
Dengan teknik tersebut para perajin gerabah Banyuning dalam sehari dapat menghasilkan 200 buah souvenir mini. Untuk mempercantik bentuk kerajinan dari tanah liat ini, Suartini dkk juga mengajarkan teknik menghias dengan cat tembok menggunakan teknik pointelis berupa gambaran dari titik-titik. Selain juga dipoles dengan pernis untuk mempercantik tampilannya.
Sementara itu setelah dipublikasi dan dipamerkan, kerajinan gerabah souvenir ini mulai akan dipasarkan ke daerah-daerah pariwisata dan pusat oleh-oleh di Bali dan Buleleng. Sehingga kedepannya souvenir gerbah ini bernar-benar menjadi ikon souvenir Bali Utara. Satu buah karya sedang diuji coba harga antara Rp 20-25 ribu. Suartini pun tak menampik harganya dapat lebih murah dengan melihat kondisi dan situasi pasar.*k23
Komentar