Penentu Emas Pertama
Sekilas tidak ada yang berbeda dengan perawakan Dheva Anrimusthi.
JAKARTA, Nusa Bali
Namun, jika diperhatikan lebih jauh Dheva memiliki keterbatasan pada tangannya, sehingga membuatnya tampil di Asian Para Games 2018. Dheva Anrimusthi turun bersama kontingen Indonesia pada nomor bulutangkis beregu putra. Pemuda asal Kuningan, Jawa Barat, itu kemudian mendapatkan kepercayaan sebagai wakil ketiga Indonesia kontra Malaysia pada final Asian Para Games 2018.
Beban Dheva cukup berat, posisi sama kuat dan lawan yang dihadapi adalah Malaysia. Tim Merah Putih unggul dulu setelah Fredy Setiawan menang 2-0 atas wakil Malaysia, Muhammad Norhilmie Mohd Zainudin, 21-6, 21-12. Namun di ganda putra Hafizh Briliansyah/Hary Susanto dikalahkan Cheah Liek Hou/Hairul Fozi Saaba 10-21, 17-21.
Dheva pun wajib menang untuk merengkuh medali emas. Dheva akhirnya mengalahkan Mohammad Faris Ahmad Azri 21-6, 21-12. Emas pertama untuk kontingen Indonesia di Asian Para Games 2018 dalam genggaman.
"Meskipun tadi agak tegang sedikit, namun saya mencoba rileks saja. Alhamdulillah, meraih kemenangan dan memberikan kebanggaan untuk Indonesia," kata Dheva.
Dheva sebenarnya terlahir tanpa keterbatasan. Dheva sempat menimba ilmu di Candra Wijaya Badminton Club. Namun pada 2013, Dheva harus mengalami musibah kecelakaan motor.
Hal itulah yang membuat tangan kanannya tidak bisa lagi berfungsi dengan normal. Kecelakaan itu juga membuat Dheva berhenti dari dunia bulutangkis sampai tiga tahun.
Keterbatasan kekuatan fisik yang dialami Dheva Anrimusthi sempat membuat orang tuanya menentang keinginannya kembali bermain bulutangkis. Namun tekad kuat membuat Dheva berusaha meyakinkan orang tuanya agar diberikan restu.
Pada 2016, Dheva mendapatkan panggilan membela Jawa Barat di Pekan Paralimpiade Nasional XV/2016. Kesempatan itu tak disia-siakan dan Dheva membuktikan mantap kembali ke bulutangkis dan meraih medali emas, tiket yang membawanya mengikuti kualifikasi Asian Para Games 2018. *ant
Beban Dheva cukup berat, posisi sama kuat dan lawan yang dihadapi adalah Malaysia. Tim Merah Putih unggul dulu setelah Fredy Setiawan menang 2-0 atas wakil Malaysia, Muhammad Norhilmie Mohd Zainudin, 21-6, 21-12. Namun di ganda putra Hafizh Briliansyah/Hary Susanto dikalahkan Cheah Liek Hou/Hairul Fozi Saaba 10-21, 17-21.
Dheva pun wajib menang untuk merengkuh medali emas. Dheva akhirnya mengalahkan Mohammad Faris Ahmad Azri 21-6, 21-12. Emas pertama untuk kontingen Indonesia di Asian Para Games 2018 dalam genggaman.
"Meskipun tadi agak tegang sedikit, namun saya mencoba rileks saja. Alhamdulillah, meraih kemenangan dan memberikan kebanggaan untuk Indonesia," kata Dheva.
Dheva sebenarnya terlahir tanpa keterbatasan. Dheva sempat menimba ilmu di Candra Wijaya Badminton Club. Namun pada 2013, Dheva harus mengalami musibah kecelakaan motor.
Hal itulah yang membuat tangan kanannya tidak bisa lagi berfungsi dengan normal. Kecelakaan itu juga membuat Dheva berhenti dari dunia bulutangkis sampai tiga tahun.
Keterbatasan kekuatan fisik yang dialami Dheva Anrimusthi sempat membuat orang tuanya menentang keinginannya kembali bermain bulutangkis. Namun tekad kuat membuat Dheva berusaha meyakinkan orang tuanya agar diberikan restu.
Pada 2016, Dheva mendapatkan panggilan membela Jawa Barat di Pekan Paralimpiade Nasional XV/2016. Kesempatan itu tak disia-siakan dan Dheva membuktikan mantap kembali ke bulutangkis dan meraih medali emas, tiket yang membawanya mengikuti kualifikasi Asian Para Games 2018. *ant
Komentar