Desa Amerta Bhuana Kembangkan Gula Aren
Pemerintah Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, Karangasem, menggelar pelantihan memproduksi gula aren di Bale Banjar Muntig dari tanggal 2-6 Oktober 2018.
AMLAPURA, NusaBali
Pelatihan diikuti 30 peserta dari empat banjar yang tergabung dalam Kelompok Ambu Bersemi. Hasil gula aren dijual ke BUMDes.
Koordinator Kelompok Ambu Bersemi, I Komang Arnawa, mengatakan, pembuatan gula aren memanfaatkan tuak hasil produksi 25 petani di Desa Amerta Bhuana. Para peserta pelatihan rata-rata telah menguasai cara mengolah tuak menjadi gula aren. Mereka tidak kesulitan mencari bahan baku berupa tuak karena empat banjar di Amerta Bhuana yakni Muntig, Tegeh, Abiantiying, dan Sukaluwih memproduksi tuak.
Arnawa mengatakan, yang masuk anggota sebanyak 25 orang adalah petani yang biasa menyadap air nira dari pelepah pohon enau untuk mendapatkan tuak. Selama ini produk tuak per 1,5 liter dijual Rp 10.000. Sedangkan produk gula aren per 7 liter tuak menghasilkan 1.400 gram, rata-rata per hari memproduksi 5 kilogram gula aren dengan bahan baku 28-30 liter tuak. Arnawa merencanakan, gula aren dijual Rp 250.000 per kilogram melalui BUMDes.
Anggota kelompok, I Komang Kari, dari Banjar Tegeh mengaku termotivasi memproduksi gula aren setelah dapat pelatihan. Apalagi produk gula aren dijadikan produk unggulan Desa Amerta Bhuana. “Nantinya masyarakat yang memerlukan gula aren, otomatis datang ke Desa Amerta Bhuana,” ungkapnya. Sementara Perbekel Desa Amerta Bhuana, I Wayan Suara, berupaya memotivasi warga agar produksinya berkesinambungan. “Nanti alatnya didatangkan untuk memproduksi gula aren menggunakan mesin. Soal pemasaran, telah bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan,” ungkap Wayan Suara.
Terpisah, Kepala Disperindag Karangasem, I Gusti Ngurah Suarta, mengapresiasi semangat warga Desa Amerta Bhuana memproduksi gula aren. “Gula aren sangat dibutuhkan masyarakat, terutama untuk bahan memproduksi jajan banten. Kami siap menjembatani pemasarannya,” kata Gusti Suarta. *k16
Pelatihan diikuti 30 peserta dari empat banjar yang tergabung dalam Kelompok Ambu Bersemi. Hasil gula aren dijual ke BUMDes.
Koordinator Kelompok Ambu Bersemi, I Komang Arnawa, mengatakan, pembuatan gula aren memanfaatkan tuak hasil produksi 25 petani di Desa Amerta Bhuana. Para peserta pelatihan rata-rata telah menguasai cara mengolah tuak menjadi gula aren. Mereka tidak kesulitan mencari bahan baku berupa tuak karena empat banjar di Amerta Bhuana yakni Muntig, Tegeh, Abiantiying, dan Sukaluwih memproduksi tuak.
Arnawa mengatakan, yang masuk anggota sebanyak 25 orang adalah petani yang biasa menyadap air nira dari pelepah pohon enau untuk mendapatkan tuak. Selama ini produk tuak per 1,5 liter dijual Rp 10.000. Sedangkan produk gula aren per 7 liter tuak menghasilkan 1.400 gram, rata-rata per hari memproduksi 5 kilogram gula aren dengan bahan baku 28-30 liter tuak. Arnawa merencanakan, gula aren dijual Rp 250.000 per kilogram melalui BUMDes.
Anggota kelompok, I Komang Kari, dari Banjar Tegeh mengaku termotivasi memproduksi gula aren setelah dapat pelatihan. Apalagi produk gula aren dijadikan produk unggulan Desa Amerta Bhuana. “Nantinya masyarakat yang memerlukan gula aren, otomatis datang ke Desa Amerta Bhuana,” ungkapnya. Sementara Perbekel Desa Amerta Bhuana, I Wayan Suara, berupaya memotivasi warga agar produksinya berkesinambungan. “Nanti alatnya didatangkan untuk memproduksi gula aren menggunakan mesin. Soal pemasaran, telah bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan,” ungkap Wayan Suara.
Terpisah, Kepala Disperindag Karangasem, I Gusti Ngurah Suarta, mengapresiasi semangat warga Desa Amerta Bhuana memproduksi gula aren. “Gula aren sangat dibutuhkan masyarakat, terutama untuk bahan memproduksi jajan banten. Kami siap menjembatani pemasarannya,” kata Gusti Suarta. *k16
1
Komentar