Bupati Putu Artha Minta Pegawai Jadi Teladan Berbusana Adat Bali
Bupati Jembrana I Putu Artha minta pegawai dapat menjadi teladan berbusana adat Bali yang baik dan benar, tidak hanya di lingkungan pemerintah.
NEGARA, NusaBali
Pemakaian busana adat Bali yang baik dan benar khususnya ketika akan bersembahyang di pura, juga diharapkan bisa dilakukan pegawai di lingkungan sekitarnya.
Hal tersebut ditegaskan Bupati Jembrana I Putu Artha, seusai meresmikan penggunaan busana adat Bali dan bahasa Bali, di Pura Jagatnatha Jembrana, Kamis (11/10). Peresmian yang ditandai pemasangan destar dan selendang oleh Bupati Artha bersama Nyonya Ari Sugianti Artha, kepada perwakilan pegawai, itu juga diisi persembahyangan bersama. Juga disosialisasikan mengenai tata krama berbusana Bali ke pura.
Bupati Artha didampingi Sekda Jembrana I Made Sudiada, mengatakan sebelum ada instruksi Gubernur tentang penggunaan busana adat Bali setiap hari Kamis, Purnama, Tilem, Pemkab Jembrana sudah melaksanakan hal tersebut. Namun dari instruksi Gubernur, penggunaan busana adat Bali itu juga ditambahkan berlaku setiap HUT Provinsi Bali serta HUT masing-masing kabupaten. Selain itu, dipertegas penggunaan busana adat Bali setiap hari-hari tertentu, itu berlaku di sejumlah kalangan pemerintah hingga tingkat terbawah, sekolah-sekolah, termasuk jajaran instansi vertikal.
Setiap berbusana adat Bali, juga ada kewajiban berkomunikasi menggunakan bahasa Bali. Untuk penggunaan bahasa Bali, Bupati Artha juga minta dijalankan sebaik-sebaiknya. Namun apabila tidak bisa berbahasa Bali sesuai sor singgih (tata bahasa), pihaknya bisa memakluminya, asalkan tidak sampai menggunakan bahasa Bali kasar.
“Ya cukup, kalau tidak bisa bahasa alus, pakai bahasa madya yang biasa digunakan pergaulan sehari-hari. Tetapi lebih bagus, bisa menerapkan sesuai sor singgih,” ujarnya.
Sedangkan untuk berbusana adat Bali setiap hari-hari tertentu, Bupati Artha menekankan, agar pegawai menggunakan busana adat Bali yang baik dan benar. Terlebih saat ke pura. Intinya, bagaimana dalam berbusana adat Bali, tetap menyesuaikan etika, nilai kesopanan, kesantunan, kepatutan, dan kepantasan yang berlaku di masyarakat. “Sebenarnya, hal-hal seperti itu juga sudah sering ditekankan melalui desa pakraman. Kalau untuk sekadar gaya-gayaan untuk selfie, waktu kondangan, silakan. Tetapi kalau di pura, termasuk setiap hari berbusana adat Bali ke kantor, tetap sesuaikan etika,” tuturnya. *ode
Pemakaian busana adat Bali yang baik dan benar khususnya ketika akan bersembahyang di pura, juga diharapkan bisa dilakukan pegawai di lingkungan sekitarnya.
Hal tersebut ditegaskan Bupati Jembrana I Putu Artha, seusai meresmikan penggunaan busana adat Bali dan bahasa Bali, di Pura Jagatnatha Jembrana, Kamis (11/10). Peresmian yang ditandai pemasangan destar dan selendang oleh Bupati Artha bersama Nyonya Ari Sugianti Artha, kepada perwakilan pegawai, itu juga diisi persembahyangan bersama. Juga disosialisasikan mengenai tata krama berbusana Bali ke pura.
Bupati Artha didampingi Sekda Jembrana I Made Sudiada, mengatakan sebelum ada instruksi Gubernur tentang penggunaan busana adat Bali setiap hari Kamis, Purnama, Tilem, Pemkab Jembrana sudah melaksanakan hal tersebut. Namun dari instruksi Gubernur, penggunaan busana adat Bali itu juga ditambahkan berlaku setiap HUT Provinsi Bali serta HUT masing-masing kabupaten. Selain itu, dipertegas penggunaan busana adat Bali setiap hari-hari tertentu, itu berlaku di sejumlah kalangan pemerintah hingga tingkat terbawah, sekolah-sekolah, termasuk jajaran instansi vertikal.
Setiap berbusana adat Bali, juga ada kewajiban berkomunikasi menggunakan bahasa Bali. Untuk penggunaan bahasa Bali, Bupati Artha juga minta dijalankan sebaik-sebaiknya. Namun apabila tidak bisa berbahasa Bali sesuai sor singgih (tata bahasa), pihaknya bisa memakluminya, asalkan tidak sampai menggunakan bahasa Bali kasar.
“Ya cukup, kalau tidak bisa bahasa alus, pakai bahasa madya yang biasa digunakan pergaulan sehari-hari. Tetapi lebih bagus, bisa menerapkan sesuai sor singgih,” ujarnya.
Sedangkan untuk berbusana adat Bali setiap hari-hari tertentu, Bupati Artha menekankan, agar pegawai menggunakan busana adat Bali yang baik dan benar. Terlebih saat ke pura. Intinya, bagaimana dalam berbusana adat Bali, tetap menyesuaikan etika, nilai kesopanan, kesantunan, kepatutan, dan kepantasan yang berlaku di masyarakat. “Sebenarnya, hal-hal seperti itu juga sudah sering ditekankan melalui desa pakraman. Kalau untuk sekadar gaya-gayaan untuk selfie, waktu kondangan, silakan. Tetapi kalau di pura, termasuk setiap hari berbusana adat Bali ke kantor, tetap sesuaikan etika,” tuturnya. *ode
1
Komentar