Bedah Rumah Nyaris Ambruk, Pasutri Tidur di Jineng
Dari puluhan bangunan di Kabupaten Jembrana yang terdata mengalami kerusakan akibat gempa di Situbondo, Jawa Timur, Kamis (11/10) dini hari, salah satu di antaranya rumah milik warga miskin, I Nyoman Sudina, 65, di Lingkungan/Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, Jembrana.
NEGARA, NusaBali
Rumah warga miskin yang merupakan bantuan bedah rumah Pemkab Jembrana sekitar 5 tahun lalu itu, diketahui nyaris ambruk, karena sejumlah tembok depannya mengalami retak yang cukup parah. Kondis satu-satunya rumah yang nyaris ambruk itu pun membuat Sudina yang hanya tinggal berdua dengan istrinya, Ni Ketut Wiring, 64, tidak berani menempati rumahnya tersebut. Pasca gempa Kamis dinihari lalu, Sudina bersama istrinya ini, terpaksa tidur di jineng (gazebo) di pekarangan rumahnya. “Membuka pintu saja was-was, apalagi mau tidur di dalam. Kalau ada gempa lagi, pasti ambruk,” ujar Sudina, saat ditinjau Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susila Artha Permana, bersama Lurah Sangkaragung, I Putu Eko Darma Wirawan, Jumat (12/10).
Menurut Sudina, rumahnya yang merupakan bantuan bedah Pemkab Jembrana, itu telah dibangun sekitar 5 tahun lalu. Sebelum terjadi gempa Kamis dini hari lalu, rumahnya yang berukuran sekitar 3 meter x 5 meter dengan terdiri dari 3 kamar tersebut, tidak ada bermasalah. “Pas kejadian gempa langsung retak. Begitu gempa, waktu saya keluar dari rumah bersama istri, suaranya juga terdengar keras. Pikiran saya waktu itu, suara gemuruh mau hujan, tetapi pas saya sudah keluar, ternyata tembok retak,” ucap Sudina, yang hanya memiliki satu anak perempuan yang telah menikah ke Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo.
Menghadapi keadaan rumah yang nyaris ambruk itu, Sudina mengaku, hanya bisa pasrah. Pasalnya, ia bersama istrinya yang hanya bekerja sebagai buruh tani, memastikan tidak memiliki uang untuk memperbaiki rumahnya tersebut. Apalagi ketika memang harus dilakukan perbaikan, minimal dilakukan pembongkaran ulang, dengan memakan biaya cukup besar. “Palin tidak jutaan habis kalau diperbaiki. Sementara karena tidak ada biaya, saya juga tidak bisa berbuat apa-apa,” katanya.
Lurah Sangkaragung I Putu Eko Darma Wirawan, mengatakan, rumah keluarga Sudina, itu memang merupakan bantuan bedah rumah Pemkab Jembrana yang sudah cukup lama dibangun dengan nilai Rp 15 Juta. Secara aturan, warga miskin yang telah mendapat bantuan bedah rumah, otomatis dicoret sebagai warga miskin. Namun meski demikian, pihaknya mengaku akan berusaha membuat usulan perbaikan terhadap rumah warganya tersebut. “Tetap kami akan berupaya membuat usulan. Termasuk secara umum, kami juga akan laporkan mengenai dampak-dampak kerusakan lainnya di Sangkaragung,” ujarnya.
Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susila Artha Permana, mengatakan, juga belum dapat memastikan bantuan perbaikan terhadap kerusakan rumah Sudina. Mengingat, dampak gempa Situbondo di Jembrana, juga menyebabkan cukup banyak kerusakan bangunan lainnya. Namun, dampak kerusakan terhadap rumah yang merupakan bantuan bedah rumah, itu tetap akan berusaha untuk dibantu. Sebagai tindak lanjut awal, pihaknya juga akan segera memberikan bantuan terpal kepada keluarga bersangkutan, untuk membuat tempat tidur sementara yang lebih nyaman. “Nanti yang pasti tetap akan upaya mohonkan bantuan. Selain dari Kabupaten, kami juga akan usulkan ke Provinsi termasuk Pusat. Yang pasti sekarang ini, kami juga masih terus mendata kondisi di lapangan, baik terkait warga kurang mampu yang terkena terdampak gempa,” ujarnya. *ode
Rumah warga miskin yang merupakan bantuan bedah rumah Pemkab Jembrana sekitar 5 tahun lalu itu, diketahui nyaris ambruk, karena sejumlah tembok depannya mengalami retak yang cukup parah. Kondis satu-satunya rumah yang nyaris ambruk itu pun membuat Sudina yang hanya tinggal berdua dengan istrinya, Ni Ketut Wiring, 64, tidak berani menempati rumahnya tersebut. Pasca gempa Kamis dinihari lalu, Sudina bersama istrinya ini, terpaksa tidur di jineng (gazebo) di pekarangan rumahnya. “Membuka pintu saja was-was, apalagi mau tidur di dalam. Kalau ada gempa lagi, pasti ambruk,” ujar Sudina, saat ditinjau Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susila Artha Permana, bersama Lurah Sangkaragung, I Putu Eko Darma Wirawan, Jumat (12/10).
Menurut Sudina, rumahnya yang merupakan bantuan bedah Pemkab Jembrana, itu telah dibangun sekitar 5 tahun lalu. Sebelum terjadi gempa Kamis dini hari lalu, rumahnya yang berukuran sekitar 3 meter x 5 meter dengan terdiri dari 3 kamar tersebut, tidak ada bermasalah. “Pas kejadian gempa langsung retak. Begitu gempa, waktu saya keluar dari rumah bersama istri, suaranya juga terdengar keras. Pikiran saya waktu itu, suara gemuruh mau hujan, tetapi pas saya sudah keluar, ternyata tembok retak,” ucap Sudina, yang hanya memiliki satu anak perempuan yang telah menikah ke Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo.
Menghadapi keadaan rumah yang nyaris ambruk itu, Sudina mengaku, hanya bisa pasrah. Pasalnya, ia bersama istrinya yang hanya bekerja sebagai buruh tani, memastikan tidak memiliki uang untuk memperbaiki rumahnya tersebut. Apalagi ketika memang harus dilakukan perbaikan, minimal dilakukan pembongkaran ulang, dengan memakan biaya cukup besar. “Palin tidak jutaan habis kalau diperbaiki. Sementara karena tidak ada biaya, saya juga tidak bisa berbuat apa-apa,” katanya.
Lurah Sangkaragung I Putu Eko Darma Wirawan, mengatakan, rumah keluarga Sudina, itu memang merupakan bantuan bedah rumah Pemkab Jembrana yang sudah cukup lama dibangun dengan nilai Rp 15 Juta. Secara aturan, warga miskin yang telah mendapat bantuan bedah rumah, otomatis dicoret sebagai warga miskin. Namun meski demikian, pihaknya mengaku akan berusaha membuat usulan perbaikan terhadap rumah warganya tersebut. “Tetap kami akan berupaya membuat usulan. Termasuk secara umum, kami juga akan laporkan mengenai dampak-dampak kerusakan lainnya di Sangkaragung,” ujarnya.
Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susila Artha Permana, mengatakan, juga belum dapat memastikan bantuan perbaikan terhadap kerusakan rumah Sudina. Mengingat, dampak gempa Situbondo di Jembrana, juga menyebabkan cukup banyak kerusakan bangunan lainnya. Namun, dampak kerusakan terhadap rumah yang merupakan bantuan bedah rumah, itu tetap akan berusaha untuk dibantu. Sebagai tindak lanjut awal, pihaknya juga akan segera memberikan bantuan terpal kepada keluarga bersangkutan, untuk membuat tempat tidur sementara yang lebih nyaman. “Nanti yang pasti tetap akan upaya mohonkan bantuan. Selain dari Kabupaten, kami juga akan usulkan ke Provinsi termasuk Pusat. Yang pasti sekarang ini, kami juga masih terus mendata kondisi di lapangan, baik terkait warga kurang mampu yang terkena terdampak gempa,” ujarnya. *ode
Komentar