Mantan Bengkel Mengubah Wajah Desa
JRO Nengah Suarya, Bendesa Pakraman Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem,50, tak sekadar penekun adat. Ia salah seorang tokoh terdepan yang menggagas untuk membuat terobosan untuk desanya.
Targetnya, ingin mengubah wajah desa di segala aspek kehidupan sosial.
AMLAPURA, NusaBali
Dipercaya jadi Bendesa Pakraman Dukuh Penaban, sejak tahun 2012, sederet gebrakan dilakukan. Di antaranya, membangun setra (kuburan), membangun Pura Dalem, membangun Pura Bale Agung, merenovasi Pura Puseh, membangun desa wisata, salah satu paket wisatanya tracking keliling desa, meningkatkan debit Mata Air Sad Ripu, menuntaskan penulisan awig, mendirikan Museum Pustaka Lontar, mendirikan TPST (pusat pengolahan sampah terpadu), memberdayakan LPD (Lembaga Perkreditan Desa) dan sebagainya.
Wajah Desa Pakraman Dukuh Penaban, mewilayahi Banjar Penaban dan Banjar Dukuh Bukit Ngandang, benar-benar disulap. Tak hanya membenahi fisik, ia membangkitkan semangat kerja masyarakatnya yang terdiri 156 KK. Semuanya dibuat bergairah. Potensi desa diberdayakan, mulai dari kalangan remaja digerakkan dengan mengadakan pasraman, kalangan pemuda-pemudi, hingga kalangan ibu-ibu rumah tangga diwajibkan mengumpulkan sampah plastic, lanjut dibeli pihak desa untuk diolah di TPST.
Jro Suarya adalah mantan montir bengkel bubut di Denpasar tahun 1988-1989. Selanjutnya berpindah-pindah kerja di sektor swasta, kemudian jadi sopir di Bagian Humas dan Protokol Setdakab Karangasem 1996-2003. Dari pelbagai pengalaman yang didapatkan, maka ia bertekad membangun desa lebih optimal dengan memaksimalkan seluruh potensi yang ada.
Guna merealisasikan gagasannya, terlebih dahulu seluruh tokoh pemuda di desanya dipersatukan, diberikan pemahaman pentingnya membangun desa dengan memanfaatkan potensi desa. Selanjutnya tokoh-tokoh pemuda meyakinkan kalangan generasi tua, pentingnya melakukan perubahan ke hal yang lebih baik. Pada akhirnya, syarat yang paling penting dibutuhkan, seluruh warga mesti bersatu memberikan dukungan, satukan semangat dan satukan tekad, agar semua gagasan yang disepakati terwujud.
Maka satu demi satu bangunan fisik yang dibutuhkan desa dibangun. Setelah memiliki Pura Tri Kahyangan, disusul menggelar Karya Mamungkah lan Nubung Daging di Pura Dalem, Buda Kliwon Ugu, Rabu 1 April 2015.
Sejak itu segenap krama Desa Pakraman Dukuh Penaban semakin yakin dan percaya diri atas kepemimpinan Jro Nengah Suarya. Sebab, sebelumnya banyak yang bermimpi agar memiliki Pura Dalem, ternyata pembangunan dilakukan dengan membongkar lahan bukit, mampu disulap jadi Pura Dalem berlanjut menggelar karya.
Atas keberhasilan itu, maka lanjutan pembangunan berikutnya nyaris tanpa kendala. Belakangan membangun desa wisata, yang jadi ikon desa, yakni Museum Pustaka Lontar. Sehingga berkat mendirikan objek wisata itu, nama Desa Dukuh Penaban semakin dikenal.
Menurut dia, membangun desa wisata salah satu tujuannya memperkokoh kekuatan tegaknya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Selanjutnya, dengan mempertahankan kearifan lokal.
Bertepatan hari suci Saraswati, Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu (13/10) malam, juga menggelar acara bedah buku karya Asidewi (Asosiasi Desa Wisata) Desa Pakraman Dukuh Penaban, di Museum Pustaka Lontar.
"Semua program desa yang kami agendakan, berjalan sesuai perencanaan. Kuncinya, berkat dukungan masyarakat begitu kompak dan solid," jelasnya di kediamannya Banjar Penaban, Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Sabtu (13/10). Adanya Museum Pustaka Lontar sebagai objek wisata yang terbaru, katanya, setidaknya memiliki prospek ke depan, menciptakan lapangan pekerjaan dalam hal pengelolaan potensi. *nan
Komentar