Air Mengandung E.coli, Warga Khawatir
Perbekel Bantah E.coli Berasal dari Sumber Air Pamsimas
TABANAN, NusaBali
Pascakasus diare yang dialami puluhan warga di tiga banjar, Banjar Darma Tengah, Banjar Darma Kelod, dan Banjar Darma Kaja, Desa Riang Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan tidak ditemukan lagi kasus serupa. Kondisi warga telah membaik. Namun warga masih khawatir akan hasil uji laboratorium, yang menyebut air yang dikonsumsi mengandung bakteri E.coli.
Perbekel Desa Riang Gede I Dewa Putu Arya mengatakan sebanyak 88 orang yang kena diare. Dan sebanyak 88 orang warga yang menderita sakit diare tersebut seluruhnya sudah sembuh. Kasus diare ini berakhir pada 2 Oktober 2018.
Namun warga dikatakan dilanda khawatir akibat hasil uji laboratorium menyebutkan air yang dikonsumsi warga mengandung bakteri E.coli. “Warga kami resah, tetapi mereka tetap menggunakan karena dirasa sudah aman. Termasuk saya tidak takut. Saya sering minum air mentah,” kata Dewa Arya, Selasa (16/10).
Dia membantah jika sumber air yang mengalir ke Desa Riang Gede khusus tiga banjar, Banjar Darma Kaja, Banjar Darma Kelod, dan Banjar Darma Tengah mengandung E.coli.
Sebab sesuai dengan pengujian dari Jakarta kondisi air mendekat air minum dalam kemasan merek ternama. “Kalau dari sumbernya mengandung bakteri E.coli, artinya seluruh desa kena. Ini kenapa hanya tiga banjar. Ini yang buat tidak percaya,” ucapnya.
Terkait dengan hasil lab yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Tabanan, diakui tidak ada koordinasi ke pihak desa. Padahal waktu cek ke lapangan untuk pengambilan sampel sudah diketahui.
Dan apabila dikatakan pencemaran E.coli lewat pipa yang masuk ke 4.000 lebih pelangggan, padahal belum genap satu tahun Desa Riang Gede melakukan perbaikan pipa. “Saya yakin ini bukan dari Pamdesa karena semua meminum, bahkan ada yang minum mentah,” akunya.
Ditanya soal penyebab, Dewa Arya juga belum bisa menyimpulkan. Tetapi berdasarkan hasil koordinasi bersama kelian dinas di Banjar Darma, bahwa saat upacara piodalan di Pura Dalem setempat ada tapakan yang menyebutkan jika di tiga banjar, yakni Banjar Darma Kaja, Banjar Darma Kelod, dan Banjar Darma Tengah akan kabrebehan (tertimpa masalah).
Terkait hal tersebut, krama ada rencana dan melakukan koordinasi dengan Bendesa Desa Pakraman Riang Gede dan prajuru desa untuk nedunang Ida Bhatara sasuhunan di Natar Sari Tanpa yang ada di Banjar Dharma Kaja untuk masolah keliling desa, dengan tujuan menetralisir kabrebehan tersebut.
“Sebab sebelum ada baos (pawisik) sudah ada beberapa yang diare, namun tidak parah. Sekarang sedang menunggu keputusan dari bendesa saja,” tutur Dewa Arya.
Dan agar warga tidak dilanda khawatir, pihaknya akan mengundang Dinas Kesehatan Tabanan ke Riang Gede untuk memberikan informasi yang sebenarnya. “Kami akan undang dalam waktu dekat,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Tabanan dr Nyoman Suratmika menegaskan dari hasil lab Dinas Kesehatan Tabanan, sampel air yang dikonsumsi warga positif mengandung koliform, dan hasil lab dinkes provinsi mengandung E.coli. “Hasil lab provinsi diinfokan via telepon,” ujarnya.
Mengenai undangan dari pihak Desa Riang Gede, Suratmika menyatakan siap datang. Menurutnya selama ini sudah dilakukan penyuluhan. “Tugas kami sifatnya preventif, promotif, dan kuratif. Kalau masyarakat masih khawatir, lakukan kaporitisasi dan masak air sebelum diminum,” ujarnya. *de
Pascakasus diare yang dialami puluhan warga di tiga banjar, Banjar Darma Tengah, Banjar Darma Kelod, dan Banjar Darma Kaja, Desa Riang Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan tidak ditemukan lagi kasus serupa. Kondisi warga telah membaik. Namun warga masih khawatir akan hasil uji laboratorium, yang menyebut air yang dikonsumsi mengandung bakteri E.coli.
Perbekel Desa Riang Gede I Dewa Putu Arya mengatakan sebanyak 88 orang yang kena diare. Dan sebanyak 88 orang warga yang menderita sakit diare tersebut seluruhnya sudah sembuh. Kasus diare ini berakhir pada 2 Oktober 2018.
Namun warga dikatakan dilanda khawatir akibat hasil uji laboratorium menyebutkan air yang dikonsumsi warga mengandung bakteri E.coli. “Warga kami resah, tetapi mereka tetap menggunakan karena dirasa sudah aman. Termasuk saya tidak takut. Saya sering minum air mentah,” kata Dewa Arya, Selasa (16/10).
Dia membantah jika sumber air yang mengalir ke Desa Riang Gede khusus tiga banjar, Banjar Darma Kaja, Banjar Darma Kelod, dan Banjar Darma Tengah mengandung E.coli.
Sebab sesuai dengan pengujian dari Jakarta kondisi air mendekat air minum dalam kemasan merek ternama. “Kalau dari sumbernya mengandung bakteri E.coli, artinya seluruh desa kena. Ini kenapa hanya tiga banjar. Ini yang buat tidak percaya,” ucapnya.
Terkait dengan hasil lab yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Tabanan, diakui tidak ada koordinasi ke pihak desa. Padahal waktu cek ke lapangan untuk pengambilan sampel sudah diketahui.
Dan apabila dikatakan pencemaran E.coli lewat pipa yang masuk ke 4.000 lebih pelangggan, padahal belum genap satu tahun Desa Riang Gede melakukan perbaikan pipa. “Saya yakin ini bukan dari Pamdesa karena semua meminum, bahkan ada yang minum mentah,” akunya.
Ditanya soal penyebab, Dewa Arya juga belum bisa menyimpulkan. Tetapi berdasarkan hasil koordinasi bersama kelian dinas di Banjar Darma, bahwa saat upacara piodalan di Pura Dalem setempat ada tapakan yang menyebutkan jika di tiga banjar, yakni Banjar Darma Kaja, Banjar Darma Kelod, dan Banjar Darma Tengah akan kabrebehan (tertimpa masalah).
Terkait hal tersebut, krama ada rencana dan melakukan koordinasi dengan Bendesa Desa Pakraman Riang Gede dan prajuru desa untuk nedunang Ida Bhatara sasuhunan di Natar Sari Tanpa yang ada di Banjar Dharma Kaja untuk masolah keliling desa, dengan tujuan menetralisir kabrebehan tersebut.
“Sebab sebelum ada baos (pawisik) sudah ada beberapa yang diare, namun tidak parah. Sekarang sedang menunggu keputusan dari bendesa saja,” tutur Dewa Arya.
Dan agar warga tidak dilanda khawatir, pihaknya akan mengundang Dinas Kesehatan Tabanan ke Riang Gede untuk memberikan informasi yang sebenarnya. “Kami akan undang dalam waktu dekat,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Tabanan dr Nyoman Suratmika menegaskan dari hasil lab Dinas Kesehatan Tabanan, sampel air yang dikonsumsi warga positif mengandung koliform, dan hasil lab dinkes provinsi mengandung E.coli. “Hasil lab provinsi diinfokan via telepon,” ujarnya.
Mengenai undangan dari pihak Desa Riang Gede, Suratmika menyatakan siap datang. Menurutnya selama ini sudah dilakukan penyuluhan. “Tugas kami sifatnya preventif, promotif, dan kuratif. Kalau masyarakat masih khawatir, lakukan kaporitisasi dan masak air sebelum diminum,” ujarnya. *de
1
Komentar