Ekowisata Subak Sembung Atasi Alih Fungsi Lahan Sawah
Pengembangan ekowisata Subak Sembung di Kelurahan Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara telah memberikan indikasi bahwa alih fungsi lahan sawah dapat dikendalikan secara baik.
DENPASAR, NusaBali
Demikian dikatakan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra, Dr Ir I Gede Sedana MSc MMA. Menurut Dr Gede Sedana, Subak Sembung menawarkan wisata alam, yaitu hamparan lahan sawah dengan berbagai komoditas yang diusahakannya. Para pengunjung dapat menikmati suasana ekologis sawah yang nyaman dan juga mendapatkan produk-produk yang dihasilkan oleh petani, seperti jagung, terong, cabe, sayur, kacang panjang, dan produk komoditas lainnya. “Pengembangan ekowisata ini harus dapat memberikan nilai tambah dan pendapatan para petani dari lahan usahataninya dan layanan ekowisata,” ujarnya di Denpasar, Rabu (17/10).
Untuk keberlanjutan ekowisata Subak Sembung memerlukan adanya sentuhan-sentuhan teknologi dan manajemen bisnis serta manajemen organisasi secara internal, selain adanya perubahan perilaku masyarakat petani terhadap sapta pesona. “Teknologi yang dibutuhkan oleh para petani dan pengelola ekowisata adalah terkait dengan budidaya tanaman yang benar (good agricultural practices). Mereka harus dapat melakukan crop diversification di lahan sawahnya guna dapat menghasilkan produk-produk yang menjadi permintaan para pengunjung,” katanya. Dia pun berharap pemerintah dan juga kalangan akademisi agar bersama-sama dengan petani melalui subak menyelenggarakan percobaan-percobaan dalam bentuk partisipatif untuk mengembangkan berbagai tanaman.
Percobaan-percobaan itu, kata Dr Gede Sedana, melalui plot demonstrasi guna menunjukkan secara langsung bahwa tanaman yang dicobakan memberikan hasil yang optimum. Komoditas yang dikembangkan adalah yang memiliki umur panen singkat, mudah pemeliharaannya, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. “Teknik-teknik penyuluhan yang harus dilakukan kepada petani adalah kombinasi antara teknik penyuluhan massal, penyuluhan kelompok dan penyuluhan individual,” katanya.
Teknologi lainnya yang diperlukan dalam rangka pengembangan ekowisata adalah teknik pengemasan produk hasil pertanian. Menurutnya, para wanita tani perlu diperkenalkan cara mengemas produk, misalnya dengan menggunakan plastik mika sehingga akan tampak lebih menarik bagi wisatawan. “Semakin menarik kemasan yang dibuat oleh wanita tani akan dapat memberikan nilai tambah terhadap produk yang dijual, sehingga pendapatan juga ikut meningkat. Produk-produk yang dikemas secara baik akan menjadi salah satu bentuk ‘oleh-oleh khas Subak Sembung’. Bahkan wanita tani perlu menambahkan branding pada kemasan produknya,” sarannya.
Tak itu saja, peningkatan perilaku masyarakat tentang sapta pesona akan menjadi bagian yang sangat penting untuk memberikan layanan yang baik kepada pengunjung. “Sapta pesona tersebut mencakup aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan,” kata Dr Gede Sedana.
Untuk mempromosikan keberadaan ekowisata Subak Sembung ini, peran pemerintah dan juga akademisi sangat dibutuhkan. Harapannya adalah jumlah pengunjung akan semakin meningkat dan sekaligus memberikan dampak positif terhadap pendapatan para petani. “Peningkatan pendapatan petani dari lahan usahataninya menjadi salah satu insentif bagi petani untuk tidak menjual lahan sawahnya. Dengan sdemikian, alih fungsi lahan dapat dikendalikan,” katanya. *isu
Demikian dikatakan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra, Dr Ir I Gede Sedana MSc MMA. Menurut Dr Gede Sedana, Subak Sembung menawarkan wisata alam, yaitu hamparan lahan sawah dengan berbagai komoditas yang diusahakannya. Para pengunjung dapat menikmati suasana ekologis sawah yang nyaman dan juga mendapatkan produk-produk yang dihasilkan oleh petani, seperti jagung, terong, cabe, sayur, kacang panjang, dan produk komoditas lainnya. “Pengembangan ekowisata ini harus dapat memberikan nilai tambah dan pendapatan para petani dari lahan usahataninya dan layanan ekowisata,” ujarnya di Denpasar, Rabu (17/10).
Untuk keberlanjutan ekowisata Subak Sembung memerlukan adanya sentuhan-sentuhan teknologi dan manajemen bisnis serta manajemen organisasi secara internal, selain adanya perubahan perilaku masyarakat petani terhadap sapta pesona. “Teknologi yang dibutuhkan oleh para petani dan pengelola ekowisata adalah terkait dengan budidaya tanaman yang benar (good agricultural practices). Mereka harus dapat melakukan crop diversification di lahan sawahnya guna dapat menghasilkan produk-produk yang menjadi permintaan para pengunjung,” katanya. Dia pun berharap pemerintah dan juga kalangan akademisi agar bersama-sama dengan petani melalui subak menyelenggarakan percobaan-percobaan dalam bentuk partisipatif untuk mengembangkan berbagai tanaman.
Percobaan-percobaan itu, kata Dr Gede Sedana, melalui plot demonstrasi guna menunjukkan secara langsung bahwa tanaman yang dicobakan memberikan hasil yang optimum. Komoditas yang dikembangkan adalah yang memiliki umur panen singkat, mudah pemeliharaannya, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. “Teknik-teknik penyuluhan yang harus dilakukan kepada petani adalah kombinasi antara teknik penyuluhan massal, penyuluhan kelompok dan penyuluhan individual,” katanya.
Teknologi lainnya yang diperlukan dalam rangka pengembangan ekowisata adalah teknik pengemasan produk hasil pertanian. Menurutnya, para wanita tani perlu diperkenalkan cara mengemas produk, misalnya dengan menggunakan plastik mika sehingga akan tampak lebih menarik bagi wisatawan. “Semakin menarik kemasan yang dibuat oleh wanita tani akan dapat memberikan nilai tambah terhadap produk yang dijual, sehingga pendapatan juga ikut meningkat. Produk-produk yang dikemas secara baik akan menjadi salah satu bentuk ‘oleh-oleh khas Subak Sembung’. Bahkan wanita tani perlu menambahkan branding pada kemasan produknya,” sarannya.
Tak itu saja, peningkatan perilaku masyarakat tentang sapta pesona akan menjadi bagian yang sangat penting untuk memberikan layanan yang baik kepada pengunjung. “Sapta pesona tersebut mencakup aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan,” kata Dr Gede Sedana.
Untuk mempromosikan keberadaan ekowisata Subak Sembung ini, peran pemerintah dan juga akademisi sangat dibutuhkan. Harapannya adalah jumlah pengunjung akan semakin meningkat dan sekaligus memberikan dampak positif terhadap pendapatan para petani. “Peningkatan pendapatan petani dari lahan usahataninya menjadi salah satu insentif bagi petani untuk tidak menjual lahan sawahnya. Dengan sdemikian, alih fungsi lahan dapat dikendalikan,” katanya. *isu
1
Komentar