Disperidag Denpasar Tertarik Produk Gula Semut
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Denpasar berkunjung ke Banjar Muntig, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, Karangasem, Selasa (16/10).
AMLAPURA, NusaBali
Rombongan Diperindag Denpasar yang dipimpin Putu Darsana ini tertarik memproduksi gula merah. Namun di Denpasar kesulitan bahan baku tuak. Rencananya Diperindag Denpasar memproduksi gula semut, berbahan gula merah.
Rombongan Disperindag Denpasar melihat tata cara mengolah tuak yang dikelola Kelompok Ambu Bersemi, Desa Amerta Bhuana. Koordinator Kelompok Ambu Bersemi didampingi Perbekel Desa Amerta Bhuana, I Wayan Suara, menunjukkan gula merah yang telah jadi. “Kami menjual gula merah Rp 30.000 per kilogram. Sedangkan gula semut yang berbahan gula merah diolah jadi butiran-butiran dijual Rp 250.000 per kilogram,” jelas Komang Arnawa.
Komang Arnawa menjelaskan, Kelompok Ambu Bersemi beranggotakan 30 orang. Secara kebetulan 25 orang yang masuk kelompok terbiasa menyadap air nira dari pelepah pohon enau untuk mendapatkan tuak. Selama ini produk tuak per 1,5 liter dijual Rp 10.000 dibeli oleh kelompok dengan memanfaatkan modal awal dari BUMDes. Sedangkan produk gula aren per 7 liter tuak menghasilkan 1.400 gram gula aren, rata-rata per hari memproduksi 5 kilogram dengan bahan baku 28-30 liter tuak. “Kami tidak kesulitan mendapatkan bahan baku. Petani biasa menyadap air nira bisa kami berdayakan produksinya,” ungkap Komang Arnawa. Ditambahkan, selain penjualan tuak jadi lancar dan ada pekerjaan tambahan mengolah tuak jadi gula merah dan gula semut.
Perbekel Desa Amerta Bhuana, I Wayan Suara, mengatakan produksi kelompok ada dua yakni gula merah dan gula semut. “Kami telah memiliki dua mesin bantuan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan untuk memproduksi gula semut,” katanya. Untuk memproduksi gula semut, bahan bakunya gula merah. Gula merah kembali dicahcah (potong-potong) kemudian dicampur 10 liter air untuk 10 kilogram gula merah diadon sekitar 3 jam, setelah itu barulah dimasukkan ke dalam mesin. Nantinya keluar berupa butiran-butiran gula merah yang disebut gula semut.
Sementara Putu Darsana tertarik untuk memproduksi gula semut. “Kami ada rencana mengolah gula merah jadi gula semut dengan bahan baku berupa gula merah,” katanya. Ke depan, Disperindag Denpasar bisa bekerjasama dengan Kelompok Ambu Bersemi, Desa Amerta Bhuana. *k16
Rombongan Diperindag Denpasar yang dipimpin Putu Darsana ini tertarik memproduksi gula merah. Namun di Denpasar kesulitan bahan baku tuak. Rencananya Diperindag Denpasar memproduksi gula semut, berbahan gula merah.
Rombongan Disperindag Denpasar melihat tata cara mengolah tuak yang dikelola Kelompok Ambu Bersemi, Desa Amerta Bhuana. Koordinator Kelompok Ambu Bersemi didampingi Perbekel Desa Amerta Bhuana, I Wayan Suara, menunjukkan gula merah yang telah jadi. “Kami menjual gula merah Rp 30.000 per kilogram. Sedangkan gula semut yang berbahan gula merah diolah jadi butiran-butiran dijual Rp 250.000 per kilogram,” jelas Komang Arnawa.
Komang Arnawa menjelaskan, Kelompok Ambu Bersemi beranggotakan 30 orang. Secara kebetulan 25 orang yang masuk kelompok terbiasa menyadap air nira dari pelepah pohon enau untuk mendapatkan tuak. Selama ini produk tuak per 1,5 liter dijual Rp 10.000 dibeli oleh kelompok dengan memanfaatkan modal awal dari BUMDes. Sedangkan produk gula aren per 7 liter tuak menghasilkan 1.400 gram gula aren, rata-rata per hari memproduksi 5 kilogram dengan bahan baku 28-30 liter tuak. “Kami tidak kesulitan mendapatkan bahan baku. Petani biasa menyadap air nira bisa kami berdayakan produksinya,” ungkap Komang Arnawa. Ditambahkan, selain penjualan tuak jadi lancar dan ada pekerjaan tambahan mengolah tuak jadi gula merah dan gula semut.
Perbekel Desa Amerta Bhuana, I Wayan Suara, mengatakan produksi kelompok ada dua yakni gula merah dan gula semut. “Kami telah memiliki dua mesin bantuan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan untuk memproduksi gula semut,” katanya. Untuk memproduksi gula semut, bahan bakunya gula merah. Gula merah kembali dicahcah (potong-potong) kemudian dicampur 10 liter air untuk 10 kilogram gula merah diadon sekitar 3 jam, setelah itu barulah dimasukkan ke dalam mesin. Nantinya keluar berupa butiran-butiran gula merah yang disebut gula semut.
Sementara Putu Darsana tertarik untuk memproduksi gula semut. “Kami ada rencana mengolah gula merah jadi gula semut dengan bahan baku berupa gula merah,” katanya. Ke depan, Disperindag Denpasar bisa bekerjasama dengan Kelompok Ambu Bersemi, Desa Amerta Bhuana. *k16
1
Komentar