DPRD Bali Minta Seriusi Kasus Rabies, Gubernur Pastika Sebut Eliminasi Anjing Solusi Terakhir
Pasca kematian tragis korban Dwi Antari, ratusan anjing liar di wilayah Sawan mulai diburu untuk dieliminasi.
DENPASAR, NusaBali
Pandangan umum fraksi-fraksi dalam rapat paripurna DPRD Bali di Gedung Dewan, Niti Mandala Denpasar, Selasa (22/9), banyak menyorot masalah penanganan wabah rabies. Sejumlah fraksi sebut kasus rabies di Bali sudah sampai tahap mengancam pariwisata, sehingga harus diseriusi penanganannya. Sementara, Gubernur Made Mangku Pastika tegaskan eliminasi anjing menjadi solusi pamungkas.
Sorotan masalah penanganan rabies dalam rapat paripurna, Selasa kemarin, antara lain, disampaikan Fraksi PDIP DPRD Bali melalui juru bicaranya, Ketut Kariyasa Adnyana. Anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dapil Buleleng ini terang-terangan sebut kasus rabies di Bali sudah sangat mengancam pariwisata.
"Kami minta penanganan rabies diintensifkan. Jangan sampai jatuh korban tewas terus menerus. Berita-berita di media soal rabies, sangat memprihatinkan kita. Kami mengajak untuk sama-sama menumbuhkan sikap sense of belonging (rasa memiliki) dan jaga citra Bali," tegas politisi PDIP asal Busungbiu, Buleleng ini.
Sedangkan Ketua Fraksi Gerindra DPRD Bali, Wayan Tagel Arjana, menyatakan tidak sepakat jika masalah rabies dibebankan kepada pemerintah saja. "Urusan rabies menjadi tanggung jawab kita bersama. Rabies ini memang sangat sensitif. Namun, kalau dibandingkan, korban tewas akibat kasus kecelakaan lalulintas di Bali sebenarnya jauh lebih banyak,” tandas Tagel Adnyana.
“Cuma, rabies urusannya dengan pariwisata. Media massa juga harus menjaga Bali dengan pemberitaan yang positif. Perlu adanya kepastian data dan fakta tentang korban yang meninggal. Terkadang, belum rabies sudah dikatakan positif," lanjut politisi asal Ubud, Gianyar ini kepada NusaBali seusai sidang paripurna kemarin.
Tagel Adnyana menyatakan sepakat dengan Pemprov Bali, soal lakukan eliminasi terhadap anjing-anjing liar sebagai solusi pamungkas hindari rabies. "Kami Fraksi Gerindra DPRD Bali sepakat anjing-anjing liar dieliminasi saja, supaya tidak berbahaya. Masyarakat harus lakukan pemeliharaan anjing dengan benar. Pakaikan peneng (identitas). Kalau tidak, Pemprov harus eliminasi saja anjing tersebut, tidak ada pilihan lain," ujar anggota Komisi III DPRD Bali ini.
Sementara, Gubernur Pastika gerah dengan kasus-kasus rabies di Bali yang terus me-makan korban nyawa. Menurut Pastika, tidak ada jalan lain kecuali eliminasi anjing liar dan pembawa rabies. "Saya sudah sering sampaikan, anjing-anjing jangan diliarkan, ikat di rumah. Mau berapa pun vaksin sulit berantas rabies, kalau anjing dibiarkan berkeliaran. Sebab, anjing bisa gigit monyet, bisa gigit kucing," ujar Pastika menjawab pertanyaan awak media terkait dengan pandangan umum fraksi-fraksi di rapat paripurna DPRD Bali kemarin.
Menurut Pastika, populasi anjing di Bali saat ini jumlahnya sekitar 500.000 ekor. Sedangkan vaksinasi juga membutuhkan anggaran. Uang pemerintah sudah banyak tersedot untuk vaksinasi. "Sekarang bantulah pemerintah, ikat anjingnya. Kalau liar, ya eliminasi anjing harus dilakukan. Kadang, digigit dianjing dianggap enteng. Maunya anjing nggak dielimasi, nggak mau divaksin," sesal mantan Kapolda Bali ini.
Pastika sangat mengkhawatirkan jika sampai anjing liar menggigit hewan lain, maka akan semakin sulit untuk mengatasi persoalan rabies. Dia mencontohkan kalau sampai anjing menggigit monyet, lalu monyetnya masuk hutan. Ini sangat berbahaya. "Karena itu, saya mengimbau kepada masyarakat, kalau punya anjing agar diikat di rumah dan lakukan vaksinasi. Mau seberapa banyak pun VAR (Vaksin Anti Rabies), itu tidak akan cukup kalau anjingnya tetap dilepas sampai puluhan ribu ekor," katanya.
Pastika mengingatkan, Pemprov memang sempat menargetkan Bali bisa bebas rabies tahun 2015. Namun, jika rakyatnya tidak mau berpartisipasi, sulit untuk mencapai target tersebut. "Jadi, mari kita bersama-sama. Mau segunung dikasi VAR, akan habis jika tidak ada partisipasi masyarakat."
Sekadar dicatat, selama tahun 2015 sejak periode Januari hingga September, sudah jatuh 15 korban tewas akibat rabies di Bali. Korban teraakhir adalah Ni Kadek Dwi Antari, 32, ibu rumah tangga asal Banjar Kanginan, Desa/Kecamatan Sawan, Buleleng yang meninggal dunia dalam perawatan di Ruang Isolasi RSUD Buleleng, Minggu (20/9) lalu. Kadek Dwi Antari---yang punya riwayat sempat digigit anjing dua bulan silam---merupakan korban tewas rabies ke-6 di wilayah Buleleng tahun 2015 ini.
Sementara itu, Dinas Pertanian dan Peternakan Buleleng intensifkan upaya eliminasi anjing liar, pasca kematian tragis korban Dwi Antari. Ratusan anjing liar di wilayah Sawan mulai diburu untuk dieliminasi, Selasa kemarin. Sayangnya, tidak semua anjing liar bisa dieliminasi, karena banyak warga yang tidak rela anjingnya dibasmi.
“Yang menjadi target kami, bukan hanya anjing-anjing yang tidak ada pemiliknya, tapi juga milik warga yang hidunya diliarkan dan tidak divaksin. Nah, kadang warga tidak rela menyerahkan anjingnya,” keluh I Gede Suara, salah satu petugas Dinas Pertanian dan Peternakan Buleleng yang ditemui NusaBali di sela kegiatan eliminasi anjing di Desa Pakisan, Kecamatan Sawan kemarin.
Sedangkan Kepala Dusun (Kadus) Sangburni, Desa Pakisan, I Gede Suparma, me-ngatakan pemerintah desa sangat khawatir dengan serangan rabies yang semakin meluas belakangan. Pihaknya pun telah melakukan pendekatan dan sosialisasi perlahan kepada warga terkait bahaya rabies.
Eliminasi di Desa Pakisan sendiri diagendakan Dinas Pertanian dan Peternakan Buleleng, karena diketahui ada 6 ekor anjing positif rabies di sini. Hal itu diketahui setelah petugas mengambil sampel 6 anjing tersebut saat eliminasi tahap pertama, beberapa waktu lalu. Berdasarkan data, anjing liar di Buleleng yang sudah berhasil dieliminasi sejak awal 2015 mencapai 1.217 ekor. Jumlah tersebut tersebar di seluruh wilayah Buleleng, terutama di 45 desa dari 59 dusun yang masuk dalam zona merah rabies.
1
Komentar