Gempa Sulteng, 1.309 orang hilang
Korban tewas mencapai 2.113 orang, nilai kerugian Rp 13,82 T
JAKARTA, NusaBali
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jumlah korban jiwa akibat gempa di Sulawesi Tengah yang ditemukan mencapai 2.113 orang. Terhitung 22 hari pascabencana, perekonomian pun disebut berangsur normal.
"Hingga Sabtu (20/10), dampak bencana di Sulawesi Tengah tercatat 2.113 orang meninggal dunia, sebanyak 1.309 orang hilang, 4.612 orang luka-luka dan sebanyak 223.751 orang mengungsi di 122 titik," tutur Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, lewat pesan singkatnya, Sabtu (20/10) malam.
Ia menuturkan, korban meninggal dunia itu tersebar di Kota Palu sebanyak 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang. "Semua korban meninggal dunia telah dimakamkan, baik pemakaman massal maupun pemakanan keluarga," imbuhnya dilansir cnnindonesia.
Sutopo juga mengonfirmasi bahwa salah satu korban yang meninggal adalah seorang warga Korea Selatan yang tewas di reruntuhan Hotel Roa-Roa, Palu. Pencarian korban di reruntuhan hotel itu sendiri sudah dihentikan sejak 8 Oktober. "Tidak benar, adanya berita yang memberitakan dua orang warga Belanda yang juga menjadi korban meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan Hotel Roa-Roa," tukasnya.
"Tim SAR gabungan yang dikoordinasikan oleh Basarnas hanya menemukan satu jenasah warga negara Korea Selatan pada 4 Oktober," imbuh dia. Sutopo menyebut percepatan pemulihan dampak bencana terus dintensifkan di Sulteng. Ketersediaan fasilitas pendukung sudah membuat perekonomian kembali normal pada 22 hari pascabencana.
"Kondisi perekonomian berangsur-angsur normal kembali. Sebanyak 25 pasar daerah, 3 pasar tradisional, 3 pasar swalayan, dan 17 perbangkan telah kembali beroperasi," urainya. Sutopo menyoroti secara khusus soal pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, pelayanan medis, perbaikan infrastruktur dasar, dan normalisasi kehidupan masyarakat. "Masa tanggap darurat bencana masih diberlakukan hingga 26/10/2018. Beberapa fasilitas publik seperti listrik dan komunikasi sebagian besar sudah pulih kembali di daerah terdampak bencana," tuturnya.
Sementara itu, dampak kerugian dan kerusakan yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami Sulawesi Tengah angkanya mencapai Rp13,82 triliun. Angka itu merupakan hasil perhitungan sementara Tim Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB.
Menurut catatan BNPB, kerusakan meliputi 68.451 unit rumah, 327 unit rumah ibadah, 265 unit sekolah, perkantoran 78 unit, toko 362 unit, jalan 168 titik retak, jembatan 7 unit dan sebagainya. Data tersebut adalah data sementara, yang akan bertambah seiring pendataan yang terus dilakukan.
"Hasil perhitungan sementara terhadap kerugian dan kerusakan akibat bencana berdasarkan data per 20/10/2018, mencapai lebih dari 13,82 triliun rupiah," ungkap Sutopo. Sutopo merinci bahwa dampak ekonomi tersebut dijumlah dari Rp1,99 triliun angka kerugian, dan kerusakan sebesar Rp11,83 triliun.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jumlah korban jiwa akibat gempa di Sulawesi Tengah yang ditemukan mencapai 2.113 orang. Terhitung 22 hari pascabencana, perekonomian pun disebut berangsur normal.
"Hingga Sabtu (20/10), dampak bencana di Sulawesi Tengah tercatat 2.113 orang meninggal dunia, sebanyak 1.309 orang hilang, 4.612 orang luka-luka dan sebanyak 223.751 orang mengungsi di 122 titik," tutur Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, lewat pesan singkatnya, Sabtu (20/10) malam.
Ia menuturkan, korban meninggal dunia itu tersebar di Kota Palu sebanyak 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang. "Semua korban meninggal dunia telah dimakamkan, baik pemakaman massal maupun pemakanan keluarga," imbuhnya dilansir cnnindonesia.
Sutopo juga mengonfirmasi bahwa salah satu korban yang meninggal adalah seorang warga Korea Selatan yang tewas di reruntuhan Hotel Roa-Roa, Palu. Pencarian korban di reruntuhan hotel itu sendiri sudah dihentikan sejak 8 Oktober. "Tidak benar, adanya berita yang memberitakan dua orang warga Belanda yang juga menjadi korban meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan Hotel Roa-Roa," tukasnya.
"Tim SAR gabungan yang dikoordinasikan oleh Basarnas hanya menemukan satu jenasah warga negara Korea Selatan pada 4 Oktober," imbuh dia. Sutopo menyebut percepatan pemulihan dampak bencana terus dintensifkan di Sulteng. Ketersediaan fasilitas pendukung sudah membuat perekonomian kembali normal pada 22 hari pascabencana.
"Kondisi perekonomian berangsur-angsur normal kembali. Sebanyak 25 pasar daerah, 3 pasar tradisional, 3 pasar swalayan, dan 17 perbangkan telah kembali beroperasi," urainya. Sutopo menyoroti secara khusus soal pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, pelayanan medis, perbaikan infrastruktur dasar, dan normalisasi kehidupan masyarakat. "Masa tanggap darurat bencana masih diberlakukan hingga 26/10/2018. Beberapa fasilitas publik seperti listrik dan komunikasi sebagian besar sudah pulih kembali di daerah terdampak bencana," tuturnya.
Sementara itu, dampak kerugian dan kerusakan yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami Sulawesi Tengah angkanya mencapai Rp13,82 triliun. Angka itu merupakan hasil perhitungan sementara Tim Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB.
Menurut catatan BNPB, kerusakan meliputi 68.451 unit rumah, 327 unit rumah ibadah, 265 unit sekolah, perkantoran 78 unit, toko 362 unit, jalan 168 titik retak, jembatan 7 unit dan sebagainya. Data tersebut adalah data sementara, yang akan bertambah seiring pendataan yang terus dilakukan.
"Hasil perhitungan sementara terhadap kerugian dan kerusakan akibat bencana berdasarkan data per 20/10/2018, mencapai lebih dari 13,82 triliun rupiah," ungkap Sutopo. Sutopo merinci bahwa dampak ekonomi tersebut dijumlah dari Rp1,99 triliun angka kerugian, dan kerusakan sebesar Rp11,83 triliun.
1
Komentar