SDHD DKI Jakarta Gelar Metatah Massal
Suka Duka Hindu Dharma (SDHD) DKI Jakarta menggelar Metatah (potong gigi) massal di Pura Dalam Purnajati Tanjung Puri, Cilincing, Jakarta Utara pada Minggu kemarin (21/10).
JAKARTA, NusaBali
Selanjutnya mereka melaksanakan upacara Ngaben dan Nyekah masal pada Minggu (28/10) nanti di Graha Nyadnya Pura Segara, Cilincing, Jakarta Utara. "Kami menggelar Metatah untuk membantu umat Hindu Jakarta dan sekitarnya melaksanakan potong gigi yang merupakan kewajiban terakhir dari orangtua kepada anak," ujar Ketua SDHD DKI Jakarta Made Sudarta kepada NusaBali, Senin (22/10).
Metatah masal diikuti oleh 150 orang. Mereka berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat dan empat orang dari Bali. Made Sudarta mengatakan, empat orang dari Pulau Dewata mengikuti Metatah massal karena mereka sedang berada di Jakarta sehingga memilih mengikuti Metatah massal itu.
"Ke empat orang dari Bali ikut lantaran kondisinya memungkinkan. Lagipula Metatah massal di Jakarta lebih efisien dibandingkan di Bali. Di Bali bisa beberapa hari, karena persiapan Metatah membutuhkan waktu. Disini setengah hari sudah bisa. Dari segi biaya juga relatif kecil," papar Made Sudarta.
Peserta Metatah massal dikenakan biaya swadaya sebesar Rp. 750 ribu. Biaya digunakan untuk perlengkapan pakaian, upacara, konsumsi peserta dan keluarga yang mendampingi serta dokumentasi baik foto maupun video. Panitia mengerahkan delapan orang Jero Sangging (tukang potong gigi/kikir). Lalu upacara di puput oleh satu orang Sulinggih.
Agar terlaksana dengan baik, panitia telah mensosialisasikan Metatah massal sejak Mei 2018 ke banjar-banjar di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Peserta bisa mengikuti Metatah massal dengan syarat perempuan yang sudah haid. Sementara laki-laki sudah beranjak remaja dengan ditandai suara parau.
Acara dihadiri Ketua PHDI DKI Jakarta dan tokoh-tokoh Hindu seperti Letjend TNI (Purn) Putu Sukerta Suranta dan Mayjend Pol (Purn) Made Putra Astaman.
Menurut Made Sudarta makna dan tujuan Metatah massal dilakukan untuk membantu orangtua menjalankan kewajiban kepada anaknya agar bisa Metatah. Plus mempermudah tahapan prosesinya.
Usai Metatah masal, SDHD melakukan prosesi upacara Ngaben dan Nyekah pada Minggu (28/10) di Graha Nyadnya Pura Segara, Cilincing, Jakarta Utara. Ada 23 peserta akan mengikuti acara tersebut. Mereka melaksanakan itu, demi membantu masyarakat yang tidak mampu mengingat untuk menggelar upacara tersebut membutuhkan biaya besar. *k22
Selanjutnya mereka melaksanakan upacara Ngaben dan Nyekah masal pada Minggu (28/10) nanti di Graha Nyadnya Pura Segara, Cilincing, Jakarta Utara. "Kami menggelar Metatah untuk membantu umat Hindu Jakarta dan sekitarnya melaksanakan potong gigi yang merupakan kewajiban terakhir dari orangtua kepada anak," ujar Ketua SDHD DKI Jakarta Made Sudarta kepada NusaBali, Senin (22/10).
Metatah masal diikuti oleh 150 orang. Mereka berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat dan empat orang dari Bali. Made Sudarta mengatakan, empat orang dari Pulau Dewata mengikuti Metatah massal karena mereka sedang berada di Jakarta sehingga memilih mengikuti Metatah massal itu.
"Ke empat orang dari Bali ikut lantaran kondisinya memungkinkan. Lagipula Metatah massal di Jakarta lebih efisien dibandingkan di Bali. Di Bali bisa beberapa hari, karena persiapan Metatah membutuhkan waktu. Disini setengah hari sudah bisa. Dari segi biaya juga relatif kecil," papar Made Sudarta.
Peserta Metatah massal dikenakan biaya swadaya sebesar Rp. 750 ribu. Biaya digunakan untuk perlengkapan pakaian, upacara, konsumsi peserta dan keluarga yang mendampingi serta dokumentasi baik foto maupun video. Panitia mengerahkan delapan orang Jero Sangging (tukang potong gigi/kikir). Lalu upacara di puput oleh satu orang Sulinggih.
Agar terlaksana dengan baik, panitia telah mensosialisasikan Metatah massal sejak Mei 2018 ke banjar-banjar di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Peserta bisa mengikuti Metatah massal dengan syarat perempuan yang sudah haid. Sementara laki-laki sudah beranjak remaja dengan ditandai suara parau.
Acara dihadiri Ketua PHDI DKI Jakarta dan tokoh-tokoh Hindu seperti Letjend TNI (Purn) Putu Sukerta Suranta dan Mayjend Pol (Purn) Made Putra Astaman.
Menurut Made Sudarta makna dan tujuan Metatah massal dilakukan untuk membantu orangtua menjalankan kewajiban kepada anaknya agar bisa Metatah. Plus mempermudah tahapan prosesinya.
Usai Metatah masal, SDHD melakukan prosesi upacara Ngaben dan Nyekah pada Minggu (28/10) di Graha Nyadnya Pura Segara, Cilincing, Jakarta Utara. Ada 23 peserta akan mengikuti acara tersebut. Mereka melaksanakan itu, demi membantu masyarakat yang tidak mampu mengingat untuk menggelar upacara tersebut membutuhkan biaya besar. *k22
1
Komentar