Gerabah Antik Rambah Pasar Ekspor
Pasar produk industri kerajinan gerabah Bali kian meluas di pasar ekspor.
DENPASAR, NusaBali
Pembeli asal Australia, Prancis, Malaysia, AS dan Jepang adalah mereka yang menyukai produk gerabah Bali di luar negeri. “Satu dua ada ada saja pengiriman,” ujar I Made Kariasta, seorang pemilik gallery gentong antik di kawasan Bypass Ngurah Rai, Padang Galak- Sanur, Denpasar, Kamis (25/10).
Kariasta, menuturkan gejolak rupiah terhadap dollar, tak berpengaruh terhadap ekspor gerabah. “ Kami rasa biasa-biasa saja, tak ada pengaruh ” ungkap Kariasa. Memang itulah yang diharap kalangan eksportir, ekspor apapun termasuk gerabah diharapkan tetap lancar. “Ya penting tetap jalan, meski tidak melonjak untuk saat ini,” tambah Kariasta.
Untuk diketahui, keramik atau gerabah antik sebagian besar dibuat dan diproses di Bali. Namun demikian, bahan (tanah liat) didatangkan dari luar daerah. Di antaranya dari Serang , Provinsi Banten. Hal itu disebabkan, tanah liat (lokal) Bali tidak bisa dijadikan bahan untuk keramik/gerabah.
Harga bahan gerabah lumayan mahal. Satu truk yang setara dengan 8 kubik harganya sampai Rp 20 juta. “Kalau tanah lokal bisa buat keramik kan gampang jadinya. Tetapi kan tidak bisa,” kata Kariasta.
Ukuran gerabah antik bervariasi, mulai yang kecil seukuran 50 centimeter, hingga 1,5 meter. “Katanya di Jepang, bukan saja untuk hiasan, tetapi juga untuk menyimpan mengawetkan sayur,” ungkap Kariasa. *k17
Pembeli asal Australia, Prancis, Malaysia, AS dan Jepang adalah mereka yang menyukai produk gerabah Bali di luar negeri. “Satu dua ada ada saja pengiriman,” ujar I Made Kariasta, seorang pemilik gallery gentong antik di kawasan Bypass Ngurah Rai, Padang Galak- Sanur, Denpasar, Kamis (25/10).
Kariasta, menuturkan gejolak rupiah terhadap dollar, tak berpengaruh terhadap ekspor gerabah. “ Kami rasa biasa-biasa saja, tak ada pengaruh ” ungkap Kariasa. Memang itulah yang diharap kalangan eksportir, ekspor apapun termasuk gerabah diharapkan tetap lancar. “Ya penting tetap jalan, meski tidak melonjak untuk saat ini,” tambah Kariasta.
Untuk diketahui, keramik atau gerabah antik sebagian besar dibuat dan diproses di Bali. Namun demikian, bahan (tanah liat) didatangkan dari luar daerah. Di antaranya dari Serang , Provinsi Banten. Hal itu disebabkan, tanah liat (lokal) Bali tidak bisa dijadikan bahan untuk keramik/gerabah.
Harga bahan gerabah lumayan mahal. Satu truk yang setara dengan 8 kubik harganya sampai Rp 20 juta. “Kalau tanah lokal bisa buat keramik kan gampang jadinya. Tetapi kan tidak bisa,” kata Kariasta.
Ukuran gerabah antik bervariasi, mulai yang kecil seukuran 50 centimeter, hingga 1,5 meter. “Katanya di Jepang, bukan saja untuk hiasan, tetapi juga untuk menyimpan mengawetkan sayur,” ungkap Kariasa. *k17
1
Komentar