Tak Ada Negosiasi dengan Kantong Plastik
Rencana Pemkot Denpasar memberlakukan larangan penggunaan kantong plastik bagi toko modern dan pusat perbelanjaan per tahun 2019 mendapat support dari lembaga konservasi laut Oceana.
NUSA DUA, NusaBali
Chief Executive Officer Oceana, Andre Sharpless, menyebut sampah plastik di darat pada akhirnya juga menyebar ke laut. Jika sampah-sampah itu terus menumpuk di laut, maka kehidupan ikan di laut, maupun kekayaan yang terkandung di dalamnya akan terancam. “Upaya pelestarian ini tak bisa dilakukan sendirian, melainkan harus melalui pendekatan negara,” kata Sharpless, Minggu (28/10).
Pria yang memimpin Oceana sejak 2003 ini juga tak sependapat jika kantong plastik degradable menjadi perkecualian. Seperti diketahui sejumlah toko modern atau pusat perbelanjaan di Indonesia menggunakan kantong plastik kresek jenis ini. Dan dalam 1-2 tahun kantong seperti ini akan hancur sendiri.
“Tidak, kami tidak merekomendasikan itu. Tidak ada tawar-menawar denngan plastik,” kata Sherpless. Disebutkan pula bahwa plastik jenis ini juga hancur tak sempurna dan tetap menjadi masalah terkait pendaurulangannya.
Chief Policy Officer Oceana, Jacqueline Savitz menambahkan bahwa pendaurulangan plastik tidak cukup untuk menjaga kelestarian, khususnya perikanan di laut. “Karena pada akhirnya tetap ada sisa yang terbuang. Jika selalu recycle, pada akhirnya juga mencemari lautan,” tegasnya.
Jacqueline juga tak ingin keindahan pantai Bali dirusak sampah plastik. Perusahaan yang terus-menerus menggunakan kemasan plastik disebutnya bisa menghancurkan tempat-tempat yang indah seperti Bali. Jadi tak ada negosiasi, selain haruus mencari solusi lain.
“Kita telah membuang satu truk sampah plastik ke lautan setiap menitnya. Mendaur ulang dan pengunaan kembali (reuse) bukan merupakan jalan keluar dari masalah ini. Kita harus mendorong perusahaan untuk mengurangi jumlah plastik yang mereka produksi dan mencari solusi alternatif untuk mengirimkan produk mereka,” ujar Jacqueline.
Karena itulah sebagai organisasi konservasi laut global, Oceana mendukung sepenuhnya upaya peningkatan transparansi perikanan dunia dan pengurangan produksi plastik pada konferensi Our Ocean di Nusa Dua pada 29 - 30 Oktober. “Partisipasi Oceana dalam konferensi tersebut sebagai komitmen untuk menyelamatkan lautan kita dari ancaman penangkapan ikan berlebihan, penangkapan ikan ilegal, dan yang menghancurkan habitat. “Kita telah membuat polusi pada lautan kita, mengambil ikan berlebihan, dan membunuh terlalu banyak spesies berharga dan kehidupan di bawah laut, ungkap Joshua Jackson, aktor dan aktivis kelautan yang sengaja datang ke Bali terkait agenda tersebut.
Dalam paparan soal pelestarian tersebut juga hadir mantan Puteri Indonesia Nadine Chandrawinata, artis yang juga pemerhati lingkungan hidup dan dikenal sebagai aktivis kelautan. *mao
Chief Executive Officer Oceana, Andre Sharpless, menyebut sampah plastik di darat pada akhirnya juga menyebar ke laut. Jika sampah-sampah itu terus menumpuk di laut, maka kehidupan ikan di laut, maupun kekayaan yang terkandung di dalamnya akan terancam. “Upaya pelestarian ini tak bisa dilakukan sendirian, melainkan harus melalui pendekatan negara,” kata Sharpless, Minggu (28/10).
Pria yang memimpin Oceana sejak 2003 ini juga tak sependapat jika kantong plastik degradable menjadi perkecualian. Seperti diketahui sejumlah toko modern atau pusat perbelanjaan di Indonesia menggunakan kantong plastik kresek jenis ini. Dan dalam 1-2 tahun kantong seperti ini akan hancur sendiri.
“Tidak, kami tidak merekomendasikan itu. Tidak ada tawar-menawar denngan plastik,” kata Sherpless. Disebutkan pula bahwa plastik jenis ini juga hancur tak sempurna dan tetap menjadi masalah terkait pendaurulangannya.
Chief Policy Officer Oceana, Jacqueline Savitz menambahkan bahwa pendaurulangan plastik tidak cukup untuk menjaga kelestarian, khususnya perikanan di laut. “Karena pada akhirnya tetap ada sisa yang terbuang. Jika selalu recycle, pada akhirnya juga mencemari lautan,” tegasnya.
Jacqueline juga tak ingin keindahan pantai Bali dirusak sampah plastik. Perusahaan yang terus-menerus menggunakan kemasan plastik disebutnya bisa menghancurkan tempat-tempat yang indah seperti Bali. Jadi tak ada negosiasi, selain haruus mencari solusi lain.
“Kita telah membuang satu truk sampah plastik ke lautan setiap menitnya. Mendaur ulang dan pengunaan kembali (reuse) bukan merupakan jalan keluar dari masalah ini. Kita harus mendorong perusahaan untuk mengurangi jumlah plastik yang mereka produksi dan mencari solusi alternatif untuk mengirimkan produk mereka,” ujar Jacqueline.
Karena itulah sebagai organisasi konservasi laut global, Oceana mendukung sepenuhnya upaya peningkatan transparansi perikanan dunia dan pengurangan produksi plastik pada konferensi Our Ocean di Nusa Dua pada 29 - 30 Oktober. “Partisipasi Oceana dalam konferensi tersebut sebagai komitmen untuk menyelamatkan lautan kita dari ancaman penangkapan ikan berlebihan, penangkapan ikan ilegal, dan yang menghancurkan habitat. “Kita telah membuat polusi pada lautan kita, mengambil ikan berlebihan, dan membunuh terlalu banyak spesies berharga dan kehidupan di bawah laut, ungkap Joshua Jackson, aktor dan aktivis kelautan yang sengaja datang ke Bali terkait agenda tersebut.
Dalam paparan soal pelestarian tersebut juga hadir mantan Puteri Indonesia Nadine Chandrawinata, artis yang juga pemerhati lingkungan hidup dan dikenal sebagai aktivis kelautan. *mao
1
Komentar