Basarnas Prediksi Semua Penumpang Tewas
Pesawat Lion Air JT 610 baru beroperasi 2 bulan sejak 15 Agustus 2018, sementara sang pilot kantongi lebih dari 6.000 jam terbang
Sebelum Jatuh, Pesawat Lion Air Jt 610 Sempat Minta Balik ke Bandara
JAKARTA, NusaBali
Pesawat Lion Air JT 610 yang memuat 189 penumpang dan krew jatuh dalam penerbangan rute Jakarta-Pangkalpinang, Senin (29/10) pagi. Sebelum pesawat jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, pesawat naas ini sempat minta balik ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng berselang 2 menit pasca take off, karena pilot merasakan ada masalah. Sementara, Basarnas sebut keajaiban kalau ada penumpang yang selamat.
Pesawat naas ini awalnya take off dari Bandara Soekarno-Hatta, Senin pagi pukul 06.20 WIB dan diperkirakan tiba di Pangkalpinang pukul 07.20 WIB. Pesawat membawa 189 orang terdiri dari 181 penumpang, 2 pilot, dan 6 awak kabin. Dua (2) menit pasca take off, tepatnya pukul 06.22 WIB, pilot Bhavye Suneja menghubungi Jakarta Control dan menyampaikan permasalahan flight control saat terbang pada ketinggian 1.700 kaki. Intinya, meminta naik ke ketinggian 5.000 kaki. Jakarta Control pun mengizinkan pesawat naik ke ketinggian 5.000 kaki. Sekitar pukul 06.32 WIB, Jakarta Control kehilangan kontak dengan pesawat bernomor registrasi PK-LQP ini.
Bukan hanya itu, menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), pesawat juga sempat minta return to base (kembali ke bandara) 2 menit setelah take off, karena pilot merasakan ada hal yang harus membuatnya balik. "Jadi 2 menit mungkin pilot merasakan ada hal yang perlu dia kembali landing dia minta izin kepada menara pengawas untuk melakukan pendaratan kembali ke Cengka-reng," ungkap Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono.
Namun, pihaknya tidak mengetahui apa yang terjadi di pesawat saat sudah mengudara ke arah timur tersebut. "Jadi begini, situasi darurat di pesawat, pilot itu paling utama adalah berusaha mengendalikan pesawatnya dulu. Itu prinsipnya. Istilahnya fly the air crowd, saya harus terbangkan pesawatnya, mungkin karena sibuk mencoba mengendalikan pesawatnya, sehingga mau arahnya ke mana itu fine-fine saja, bukan hal yang aneh. Sampai pilot merasa dia sudah menguasai pesawatnya nanti, dia akan putar balik ke arah bandara," papar Soerjanto.
Pesawat Lion Air JT 610 diperkirakan jatuh dari ketinggian 3.000 kaki. Makanya, banyak serpihan pesawat ditemukan di lokasi jatuh yakni perairan utara Karawang, Jawa Barat. "3.000 feet itu menuju ke air, hentakannya lebih keras," kata Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Brigjen Ma-rinir Bambang Suryo Aji.
Bambang menjelaskan, kerasnya hentakan itu membuat bagian pesawat pecah berkeping-keping. Itu sebabnya, korban yang sudah ditemukan dalam kondisi tubuh terpotong-potong. "Karena adanya benturan dari korban dengan bodi pesawat yang ada di dalam dengan kekerasan menuju air laut itu, itu mungkin lebih kencang lagi," kata Bambang dilansir detikcom kemarin.
Bambang mengatakan, tim penyelam masih terus mengevakuasi korban pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang. Pihaknya memprediksi seluruh orang yang ada di pesawat tewas. "Prediksi saya, sudah tidak ada yang selamat. Karena korban yang ditemukan, beberapa potongan tubuh saja sudah tidak utuh," ungkap Bambang. "Kemungkinan sekali jumlah 189 itu sudah dalam keadaan meninggal dunia.”
Sementara itu, pihak Lion Air menyatakan pesawat dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh di perairan Karawang ini dilaporkan sempat mengalami masalah. Manajemen Lion Air menyatakan perbaikan sudah dilakukan sejak Minggu (28/10) malam. Kemudian, Senin pagi pesawat terbang ke Pangkalpinang.
Pesawat ini sebelumnya bertolak dari Denpasar (bandara Internasional Ngurah Rai Tuban), Minggu malam pukul 22.21 Wita, padahal dijadwalkan take off pukul 19.30 Wita. Pesawat baru landing di Bandara Soekarno-Hatta pukul 22.56 WIB.
"Pesawat ini terakhir terbang dari Denpasar menuju Cengkareng, dalam posisi dirilis untuk terbang. Memang ada laporan mengenai masalah teknis. Dan, masalah teknis ini sudah dikerjakan sesuai dengan prosedur maintenance yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat," ujar Presiden Direktur Lion Air, Edward Sirait, dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Senin kemarin.
Edward mengatakan, kondisi pesawat dari Denpasar ke Jakarta dalam keadaan baik. Bila ada masalah, tdak mungkin pesawat itu diizinkan terbang. "Kalau rusak, tidak mungkin dirilis terbang dari Denpasar. Cuma memang benda bergerak sebagaimana kita ketahui, bisa mengalami gangguan setelah mendarat. Hanya ketika dia mendarat adalah laporan dari awak pesawat itu, langsung kita kerjakan, itu yang kita lakukan," tutur Edward. "Jadi, malam itu langsung dilakukan pemeriksaan dan perbaikan sesuai petunjuk pabrik pesawat," imbuhnya.
Pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang itu sendiri tergolong pesawar baru. Pesawat ini baru beroperasi sejak 15 Agustus 2018. Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro, mengatakan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 dengan nomor registrasi PK-LQP ini dinyatakan laik terbang.
Menurut Danang, pesawat naas ini dikomandoi Captain Bhavye Suneja dengan copilot Harvino, bersama enam awak kabin: Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula. Pilot Bhavye Suneja sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam. "Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang, sementara copilot punya jam terbang lebih dari 5.000 jam," kata Danang.
Berdasarkan akun Linkedin-nya, pilot Bhavye Suneja menulis dirinya berasal dari New Delhi, India. Bhavye sudah 7 tahun 8 bulan bekerja di Lion Air, sejak sejak Maret 2011. Sebelum di Lion Air, Bhavye Suneja sempat menjadi trainee pilot Boeing 737 NG di Emirates selama 4 bulan pada 2010. Bhavye Suneja merupakan pilot lulusan Ahlcon Public School di New Delhi. Dia kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah pilot Bel Air. *
JAKARTA, NusaBali
Pesawat Lion Air JT 610 yang memuat 189 penumpang dan krew jatuh dalam penerbangan rute Jakarta-Pangkalpinang, Senin (29/10) pagi. Sebelum pesawat jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, pesawat naas ini sempat minta balik ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng berselang 2 menit pasca take off, karena pilot merasakan ada masalah. Sementara, Basarnas sebut keajaiban kalau ada penumpang yang selamat.
Pesawat naas ini awalnya take off dari Bandara Soekarno-Hatta, Senin pagi pukul 06.20 WIB dan diperkirakan tiba di Pangkalpinang pukul 07.20 WIB. Pesawat membawa 189 orang terdiri dari 181 penumpang, 2 pilot, dan 6 awak kabin. Dua (2) menit pasca take off, tepatnya pukul 06.22 WIB, pilot Bhavye Suneja menghubungi Jakarta Control dan menyampaikan permasalahan flight control saat terbang pada ketinggian 1.700 kaki. Intinya, meminta naik ke ketinggian 5.000 kaki. Jakarta Control pun mengizinkan pesawat naik ke ketinggian 5.000 kaki. Sekitar pukul 06.32 WIB, Jakarta Control kehilangan kontak dengan pesawat bernomor registrasi PK-LQP ini.
Bukan hanya itu, menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), pesawat juga sempat minta return to base (kembali ke bandara) 2 menit setelah take off, karena pilot merasakan ada hal yang harus membuatnya balik. "Jadi 2 menit mungkin pilot merasakan ada hal yang perlu dia kembali landing dia minta izin kepada menara pengawas untuk melakukan pendaratan kembali ke Cengka-reng," ungkap Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono.
Namun, pihaknya tidak mengetahui apa yang terjadi di pesawat saat sudah mengudara ke arah timur tersebut. "Jadi begini, situasi darurat di pesawat, pilot itu paling utama adalah berusaha mengendalikan pesawatnya dulu. Itu prinsipnya. Istilahnya fly the air crowd, saya harus terbangkan pesawatnya, mungkin karena sibuk mencoba mengendalikan pesawatnya, sehingga mau arahnya ke mana itu fine-fine saja, bukan hal yang aneh. Sampai pilot merasa dia sudah menguasai pesawatnya nanti, dia akan putar balik ke arah bandara," papar Soerjanto.
Pesawat Lion Air JT 610 diperkirakan jatuh dari ketinggian 3.000 kaki. Makanya, banyak serpihan pesawat ditemukan di lokasi jatuh yakni perairan utara Karawang, Jawa Barat. "3.000 feet itu menuju ke air, hentakannya lebih keras," kata Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Brigjen Ma-rinir Bambang Suryo Aji.
Bambang menjelaskan, kerasnya hentakan itu membuat bagian pesawat pecah berkeping-keping. Itu sebabnya, korban yang sudah ditemukan dalam kondisi tubuh terpotong-potong. "Karena adanya benturan dari korban dengan bodi pesawat yang ada di dalam dengan kekerasan menuju air laut itu, itu mungkin lebih kencang lagi," kata Bambang dilansir detikcom kemarin.
Bambang mengatakan, tim penyelam masih terus mengevakuasi korban pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang. Pihaknya memprediksi seluruh orang yang ada di pesawat tewas. "Prediksi saya, sudah tidak ada yang selamat. Karena korban yang ditemukan, beberapa potongan tubuh saja sudah tidak utuh," ungkap Bambang. "Kemungkinan sekali jumlah 189 itu sudah dalam keadaan meninggal dunia.”
Sementara itu, pihak Lion Air menyatakan pesawat dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh di perairan Karawang ini dilaporkan sempat mengalami masalah. Manajemen Lion Air menyatakan perbaikan sudah dilakukan sejak Minggu (28/10) malam. Kemudian, Senin pagi pesawat terbang ke Pangkalpinang.
Pesawat ini sebelumnya bertolak dari Denpasar (bandara Internasional Ngurah Rai Tuban), Minggu malam pukul 22.21 Wita, padahal dijadwalkan take off pukul 19.30 Wita. Pesawat baru landing di Bandara Soekarno-Hatta pukul 22.56 WIB.
"Pesawat ini terakhir terbang dari Denpasar menuju Cengkareng, dalam posisi dirilis untuk terbang. Memang ada laporan mengenai masalah teknis. Dan, masalah teknis ini sudah dikerjakan sesuai dengan prosedur maintenance yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat," ujar Presiden Direktur Lion Air, Edward Sirait, dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Senin kemarin.
Edward mengatakan, kondisi pesawat dari Denpasar ke Jakarta dalam keadaan baik. Bila ada masalah, tdak mungkin pesawat itu diizinkan terbang. "Kalau rusak, tidak mungkin dirilis terbang dari Denpasar. Cuma memang benda bergerak sebagaimana kita ketahui, bisa mengalami gangguan setelah mendarat. Hanya ketika dia mendarat adalah laporan dari awak pesawat itu, langsung kita kerjakan, itu yang kita lakukan," tutur Edward. "Jadi, malam itu langsung dilakukan pemeriksaan dan perbaikan sesuai petunjuk pabrik pesawat," imbuhnya.
Pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang itu sendiri tergolong pesawar baru. Pesawat ini baru beroperasi sejak 15 Agustus 2018. Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro, mengatakan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 dengan nomor registrasi PK-LQP ini dinyatakan laik terbang.
Menurut Danang, pesawat naas ini dikomandoi Captain Bhavye Suneja dengan copilot Harvino, bersama enam awak kabin: Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula. Pilot Bhavye Suneja sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam. "Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang, sementara copilot punya jam terbang lebih dari 5.000 jam," kata Danang.
Berdasarkan akun Linkedin-nya, pilot Bhavye Suneja menulis dirinya berasal dari New Delhi, India. Bhavye sudah 7 tahun 8 bulan bekerja di Lion Air, sejak sejak Maret 2011. Sebelum di Lion Air, Bhavye Suneja sempat menjadi trainee pilot Boeing 737 NG di Emirates selama 4 bulan pada 2010. Bhavye Suneja merupakan pilot lulusan Ahlcon Public School di New Delhi. Dia kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah pilot Bel Air. *
1
Komentar