Borobudur Under The Full Moon, Keindahan Borobudur di Bawah Bulan Purnama
Warisan budaya Indonesia yakni Candi Borobudur membuat forografer berkebangsaan Belgia, Caroline dan Hughes Dubois jatuh cinta.
GIANYAR, NusaBali
Mereka mengabadikan momen Candi Borobudur di bawah sinar bulan purnama selama empat tahun lamanya. Akhirnya, hasil karya mereka pun dicetak dalam buku yang ditulis Bruce W Carpenter, yang dikenal sebagai Author dan Co-Author yang telah mengerjakan lebih dari dua puluh buku tentang seni, budaya dan sejarah Indonesia. Buku tersebut berjudul ‘Borobudur Under The Full Moon’.
Tidak tanggung-tanggung, buku setebal 196 halaman itu dicetak dengan sampul hardcover berukuran besar dan mewah. Buku tersebut menampilkan hasil karya dari Caroline dan Hughes Dubois yang bekerja di bawah sinar bulan purnama selama kurun waktu empat tahun. Keindahan dari setiap gambar yang diambil dengan resolusi 450 juta pixels menghasilkan gambar-gambar menakjubkan, dan mumpuni untuk dicetak sesuai dengan ukuran aslinya. Buku ini menampilkan koleksi lebih dari 160 foto dari candi yang merupakan warisan budaya dunia itu.
Peluncuran buku ‘Borobudur Under The Full Moon’ dilakukan serangkaian pameran foto-foto luar biasa dari Candi Borobudur. Kegiatan ini dilangsungkan di Oracle Gallery, Jalan Raya Sanggingan, Ubud, Jumat (26/10) serangkaian dari acara Ubud Writer and Reader Festival 2018. Pameran ini akan berlangsung hingga tanggal 10 November 2018. Pameran sekaligus peluncuran buku dibuka langsung oleh sang penulis yang merupakan ahli seni Indonesia, Bruce W Carpenter serta Caroline dan Hughes Dubois selaku fotografer.
Menurut mereka, Borobudur Under the Full Moon lahir dari keinginan untuk berpartisipasi dalam penemuan kembali tempat simbolik ini yang merupakan Warisan Budaya Dunia. Caroline dan Hughes Dubois memperlihatkan seni yang menghiasi candi dalam bentuk yang belum pernah dilihat sebelumnya, yakni bermandikan pantulan cahaya bulan. Sementara teks yang ditulis oleh ahli seni Indonesia, Bruce W Carpenter, dilengkapi dengan teks kreatif dan menghibur yang menawarkan perspektif dan cerita baru tentang sejarah dan peran monumen sebagai ikon budaya dan inspirasi seni.
Bruce W Carpenter, Caroline dan Hughes Dubois di pameran sekaligus peluncuran buku "Borobudur Under The Full Moon" di Oracle Gallery, Ubud. Jumat (26/10). -INDI
“Dalam buku ini saya tidak menulis kembali sejarah. Karena memang sudah ada banyak yang menulis. Namun ada beberapa sisi yang saya ceritakan, seperti saya menceritakan Borobudur sebagai ikon nasional Indonesia, yang juga bisa dikatakan sebagai ikon internasional. Selain itu Borobudur merupakan satu benda seni rupa yang sangat luar biasa. Hal itu yang menjadikan Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage) oleh UNESCO,” ujar Bruce.
Buku tersebut mendapat apresiasi dari kalangan internasional. Sebut saja fotografer kenamaan dunia, Sebastião Salgado, Sophie Makariou Presiden Guimet dari Museum Seni Asia Nasional Prancis, dan Könchok Tsering Rinpoche, seorang kepala biara dari wilayah Tibet yang dulu dikenal sebagai Kokonur, yang menggambarkan pengalamannya sendiri di candi ini. Ketiganya bahkan memberikan kata pengantar dalam buku tersebut.
Rencananya, setelah pameran dan peluncuran buku Borobudur Under The Full Moon ini dipublikasi di Bali, selanjutnya rangkaian publikasi dan pameran akan terus berlanjut hingga puncaknya akan digelar di Museum Guimet Perancis dalam dua tahun mendatang.ind
Komentar