10 Bulan, 11 Kasus Anjing Rabies di 9 Desa
Selama 10 bulan terakhir dari Januari hingga Oktober 2018, Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan (PP) Jembrana, menemukan 11 kasus anjing rabies.
NEGARA, NusaBali
Belasan kasus rabies itu tersebar di sembilan desa, di antaranya 6 kasus di lima desa wilayah Kecamatan Melaya, 1 kasus di satu desa wilayah Kecamatan Negara, dan 4 kasus di tiga desa wilayah Kecamatan Mendoyo.
Rinciannya, 6 kasus di lima desa wilayah Kecamatan Melaya itu, 2 kasus di Desa Melaya, dan masing-masing 1 kasus di Desa Blimbingsari, di Desa Tukadaya, di Desa Tuwed, dan di Desa Candikusuma. Kemudian 1 kasus di Desa Kaliakah, Kecamatan Negara. Sedangkan 4 kasus di tiga desa wilayah Kecamatan Mendoyo, yakni 2 kasus di Desa Yehembang Kangin, dan masing-masing 1 kasus di Desa Delod Berawah dan di Desa Penyaringan.
Kepala Dinas PP Jembrana I Wayan Sutama didampingi Kepala Seksi (Kasi) Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan Bidang Keswan-Kesmavet pada Dinas PP Jembrana drh I Wayan Widarsa, Kamis (1/11), mengatakan 11 kasus anjing rabies itu terungkap dari sebanyak 150 sampel otak anjing yang diambil selama 10 bulan terakhir ini. Ratusan ekor anjing yang diambil sampel otaknya untuk diuji lab di Laboratorium Balai Besar Veteriner, itu merupakan anjing yang dicurigai rabies.
“Kalau sudah menggigit lebih dari satu orang tanpa diprovokasi, belum divaksin, dan biasa dilepasliarkan, pasti kami ambil sampel. Tetapi kalau hanya menggigit satu orang, terus anjingnya masih bisa diawasi pemilik, tidak langsung kami ambil sampel. Tetapi kami tetap minta dilakukan observasi, melihat perkembangan kondisi anjingnya, dan kalau tidak ada mati mendadak ataupun menunjukkan gejala rabies lainnya, kami serahkan ke pemilik,” jelas Sutama.
Menurutnya, jika dibandingkan secara berturut-turut dalam selang waktu tiga tahun sebelumnya, temuan 11 kasus anjing rabies selama 10 bulan terakhir pada 2018 ini menunjukkan penurunan. Pada 2015 tercatat sebanyak 78 kasus, tahun 2016 tercatat 38 kasus, dan tahun 2017 tercatat 14 kasus. “Kami berharap kasus anjing rabies yang ke-11, terakhir di Banjar Sumbul, Desa Yehembang Kangin beberapa waktu lalu, menjadi kasus terakhir. Kemarin waktu melakukan tindak lanjut ke Banjar Sumbul, dari 62 ekor anjing yang kami eliminasi, dan kami ambil 4 sampel, beruntung semua negatif,” ujarnya.
Dalam upaya menekan temuan kasus anjing rabies itu, dilakukan berbagai cara. Terutama menggalakkan vaksinasi. Selain vaksinasi massal pada waktu tertentu setiap tahun, jajarannya juga melakukan vaksinasi secara reguler melalui tim di masing-masing kecamatan, termasuk menyediakan layanan vaksinasi setiap hari Minggu pada acara car free day di areal Gedung Kesenian Bung Karno (GKBK) Jembrana. “Selama 10 bulan ini, kami telah memvaksin sebanyak 44.000 ekor anjing, termasuk HPR (hewan penular rabies) lainnya. Untuk vaksin HPR ini, disediakan gratis, dan stok juga tetap aman,” kata Sutama. *ode
Belasan kasus rabies itu tersebar di sembilan desa, di antaranya 6 kasus di lima desa wilayah Kecamatan Melaya, 1 kasus di satu desa wilayah Kecamatan Negara, dan 4 kasus di tiga desa wilayah Kecamatan Mendoyo.
Rinciannya, 6 kasus di lima desa wilayah Kecamatan Melaya itu, 2 kasus di Desa Melaya, dan masing-masing 1 kasus di Desa Blimbingsari, di Desa Tukadaya, di Desa Tuwed, dan di Desa Candikusuma. Kemudian 1 kasus di Desa Kaliakah, Kecamatan Negara. Sedangkan 4 kasus di tiga desa wilayah Kecamatan Mendoyo, yakni 2 kasus di Desa Yehembang Kangin, dan masing-masing 1 kasus di Desa Delod Berawah dan di Desa Penyaringan.
Kepala Dinas PP Jembrana I Wayan Sutama didampingi Kepala Seksi (Kasi) Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan Bidang Keswan-Kesmavet pada Dinas PP Jembrana drh I Wayan Widarsa, Kamis (1/11), mengatakan 11 kasus anjing rabies itu terungkap dari sebanyak 150 sampel otak anjing yang diambil selama 10 bulan terakhir ini. Ratusan ekor anjing yang diambil sampel otaknya untuk diuji lab di Laboratorium Balai Besar Veteriner, itu merupakan anjing yang dicurigai rabies.
“Kalau sudah menggigit lebih dari satu orang tanpa diprovokasi, belum divaksin, dan biasa dilepasliarkan, pasti kami ambil sampel. Tetapi kalau hanya menggigit satu orang, terus anjingnya masih bisa diawasi pemilik, tidak langsung kami ambil sampel. Tetapi kami tetap minta dilakukan observasi, melihat perkembangan kondisi anjingnya, dan kalau tidak ada mati mendadak ataupun menunjukkan gejala rabies lainnya, kami serahkan ke pemilik,” jelas Sutama.
Menurutnya, jika dibandingkan secara berturut-turut dalam selang waktu tiga tahun sebelumnya, temuan 11 kasus anjing rabies selama 10 bulan terakhir pada 2018 ini menunjukkan penurunan. Pada 2015 tercatat sebanyak 78 kasus, tahun 2016 tercatat 38 kasus, dan tahun 2017 tercatat 14 kasus. “Kami berharap kasus anjing rabies yang ke-11, terakhir di Banjar Sumbul, Desa Yehembang Kangin beberapa waktu lalu, menjadi kasus terakhir. Kemarin waktu melakukan tindak lanjut ke Banjar Sumbul, dari 62 ekor anjing yang kami eliminasi, dan kami ambil 4 sampel, beruntung semua negatif,” ujarnya.
Dalam upaya menekan temuan kasus anjing rabies itu, dilakukan berbagai cara. Terutama menggalakkan vaksinasi. Selain vaksinasi massal pada waktu tertentu setiap tahun, jajarannya juga melakukan vaksinasi secara reguler melalui tim di masing-masing kecamatan, termasuk menyediakan layanan vaksinasi setiap hari Minggu pada acara car free day di areal Gedung Kesenian Bung Karno (GKBK) Jembrana. “Selama 10 bulan ini, kami telah memvaksin sebanyak 44.000 ekor anjing, termasuk HPR (hewan penular rabies) lainnya. Untuk vaksin HPR ini, disediakan gratis, dan stok juga tetap aman,” kata Sutama. *ode
Komentar